"I ... iya. Terima kasih, Tuan Moses." serunya, sambil mulai menyeka air matanya.
Entah kenapa tiba-tiba Moses merasakan kesedihan yang mendalam saat mendengar Keren menangis. Seperti ada rasa tersayat dalam hatinya saat ini. Dia sendiri pun tidak tahu pasti kenapa perasaan itu tiba-tiba menghampirinya.Hujan semakin deras, petir tak juga kunjung berhenti bersuara. Membuat Keren semakin ketakutan. Di terlihat meremas kuat sapu tangan pemberian Moses dalam genggamannya.Lalu tiba-tiba, kilatan petir yang sangat terang dibarengi suara petir yang menggelegar mulai menunjukkan kekuasaannya. Membuat Keren menjerit ketakutan. Dengan sigap, Moses meraih tubuh Keren membawanya ke dalam pelukannya."Ma ... maaf, aku sangat takut. Tuan ... maaf, aku harus memelukmu saat ini. Aku sangat takut!" isaknya semakin menjadi-jadi."Iya, Nona Keren. Sabar, ya. Cobalah untuk tetap tenang semua pasti akan baik-baik saja." tegas, Moses. Sambil menepuk-nepuk peSetelah menunggu berjam-berjam, akhirnya hujan pun reda. Hari ini Moses sangat senang karena dia dapat menghabiskan waktu yang sangat lama bersama gadis pujaan hatinya, Keren.Walaupun Keren sepertinya masih enggan untuk menjalin komunikasi dengannya. Akan tetapi Moses cukup puas bisa berada satu ruangan dengan gadis itu."Nona, sepertinya hujan telah reda." ucap, Moses."Iya, nih. Aku harus kembali ke kantor." jawabnya."Sebentar, saya cek dulu. Apakah hujannya benar-benar telah reda." Moses pun melangkah menuju kaca jendela transparan yang telah ditutupi tirai. Dia menyibakkan sedikit saja tirai itu, untuk mengecek kondisi di luar sana.Setelah mengetahui cuaca saat ini, Moses kembali melangkah ke meja di mana Keren sedang berada.Dari kejauhan, Moses dapat melihat jika Keren mulai membereskan beberapa dokumen dan juga laptopnya. Sepertinya dia akan segera pergi dari tempat itu. Namun wajahnya masih menyiratkan rasa ketakutan.
Keren sampai di ruangan Tuan Gerald, dia pun mulai menjelaskan hasil dari meeting mereka."Good job, Keren! Lain kali lakukan yang terbaik." tutur Tuan Gerald."Iya, Pa." jawabnya."Oh ya, bagaimana dengan kerjasama perusahaan Teo dengan FZ Corp." ketus sang ayah dengan nada tidak suka, karena suami anaknya yang selalu saja ingin lebih unggul dari perusahaannya."Sama dengan perusahaan kita, Pa. Perusahaan Teo juga mendapatkan kerjasama dari FZ Corp." Mendengar penuturan Keren. Tuan Gerald menjadi sangat geram."Keren! Kamu ngapain melibatkan perusahaan Teo dengan FZ Corp. Kamu tahu sendiri kan suamimu itu selalu saja menentang Papa. Lain kali jangan mau jika dia menyuruh-nyuruhmu."Sementara di luar kantor, Teo telah tiba di perusahaan ayah mertuanya. Dia segera menerobos masuk, dan tak peduli dengan tatapan Rei, asisten Tuan Gerald yang mulai mengintimidasinya."Hei, Rei! Jangan belagu, Lo!" seru Teo, lalu memberi
Di sebuah bar, Teo sedang dikelilingi oleh beberapa wanita, namun disaat dirinya sedang asyik dengan para wanita itu, pandangannya mulai terpaku kepada sosok seorang wanita yang sedang duduk sendiri di sudut bar itu.Teo mulai mengucek-ucek matanya untuk meyakinkan dirinya jika penglihatannya tidak salah saat ini."Benar! Dia, Ani. Tapi ngapain di tempat ini?" tanya Teo dalam hatinya.Ani adalah mantan pacarnya. Bisa dikatakan, Teo sempat gagal move on untuk melupakan Ani. Makanya untuk melupakan mantannya itu, Teo melampiaskannya kepada perempuan lain. Teo segera mengusir semua perempuan yang sedang bersamanya saat ini. Demi untuk mendekati Ani, sang mantan kekasih."Pergi kalian semua! Saya tidak butuh kalian! Enyah dari hadapan saya, sekarang juga!" serunya kepada para wanita itu.Para wanita, sangat terkejut dengan ucapan Teo, karena pria itu malah mengusir mereka. Apalagi Gultom juga ikut-ikutan kaget mendengarnya.
Setelah pertemuan di bar itu, Ani mulai intens menemui Teo. Tujuannya hanya satu, membuat pria itu kembali jatuh hati kepadanya. Setelah itu, dia akan balas dendam kepadanya.Erik yang mengetahui keinginan Ani untuk membalas dendam kepada Teo, sama sekali tidak disetujui olehnya. Dia tidak mau terjadi sesuatu kepada Ani. Karena diam-diam Erik telah jatuh hati kepada ibu satu anak itu.Seperti siang ini, Erik terpaksa menyusul Ani ke suatu pusat perbelanjaan untuk menjemputnya setelah bertemu dengan Teo.Saat ini keduanya sedang berada di dalam sebuah restoran."Ani, please. Apakah tidak bisa kamu menghentikan semuanya?" harap Erik penuh kecemasan."Maaf, Rik. Aku telah terjun bebas. Tidak mungkin aku berhenti sekarang. Jika semua dendamku terbalaskan. Aku akan menghentikan semuanya." jawab Ani tegas."Tapi, Ani. Aku sangat mengkhawatirkanmu." tutur Erik sambil menggenggam tangan wanita itu.Erik sudah tidak mau menunda lagi,
Setelah menempuhbeberapa saat di dalam perjalanan, Keren akhirnya sampai di butik miliknya."Selamat sore, Nona. Selamat datang di butik," sapa Yen, sang asisten."Sore juga, Yen. Maaf ya, aku baru sekarang sempat mampir ke sini.""Iya ... nggak apa-apa, Nona. Saya tahu Anda pasti sangat sibuk," seru sang asisten."Oh ya, Yen. Bagaimana perkembangan butik kita akhir-akhir ini?""Banyak pemesanan, Nona. Omset meningkat tajam," jawab Yeni.Lalu Keren melihat Cika yang sedang berada di depan laptop. Wanita itu juga ikut menyapa dan memberi salam kepada Keren."Cika, apakah kamu masih sibuk?" tanya Keren kepadanya."Pekerjaan saya hampir saja selesai, Nona." sahut Cika yang memiliki feeling jika Keren ingin berbicara dengannya."Baiklah, selesaikan pekerjaanmu. Setelah itu kamu ke ruangan saya," serunya.Cika mengangguk lalu mempercepat pekerjaannya. Sepertinya dia penasaran dengan apa ya
Keren masuk ke dalam apartemen. Dia melihat jika Teo sedang duduk sambil bersiul-siul ria. "Ha-ha-ha! Ternyata istriku sudah pulang rupanya," serunya sambil tersenyum mengejek Keren.Betapa begitu jengkelnya Keren melihat tingkah Teo yang sungguh sangat menyebalkan itu. Akan tetapi dia mencoba untuk bersabar menghadapi sikap pria itu, demi untuk mencari tahu maksud dan tujuan Teo mengarang cerita dan mengatakan jika dirinya mandul."Kamu sungguh sangat picik, Teo! Apa maksudmu mengatakan jika aku mandul? Tega sekali kamu? Padahal selama ini aku selalu membantumu. Terutama yang berkaitan dengan FZ Corp!""Ha-ha-ha! Karena kamu terlalu ikut campur dengan urusanku. Makanya aku harus membalaskan dendam kepadamu!""Ikut campur bagaimana maksudmu, Teo?" seru Keren jengkel. Tak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu."Mikir saja Lo, sendiri!" serunya santai.Keren semakin jengkel. Namun dia tahu pasti jika yang dimaksu
Tubuh Keren tiba-tiba menjadi lemah saat membaca hasil test DNA yang ada di dalam genggamannya saat ini. Rasanya dunianya akan runtuh sekarang.Gadis itu telah mengetahui kebenaran tentang semuanya. Ternyata Keren bukanlah darah daging dari Tuan Gerald. "Jadi aku sebenarnya anak siapa?" Tangisannya akhirnya pecah juga. Dia tidak dapat membendung rasa sakit hati yang selama ini menderanya."Pantas saja Papa selalu berlaku kasar kepadaku sejak kecil. Ternyata aku bukanlah anak kandungnya!" Air matanya terus saja mengalir di pipinya. Keren sudah tidak dapat membendung rasa sedih yang telah merasuki jiwanya.Saat ini, Keren berada di dalam sebuah butik. Tepatnya di ruangan pribadi miliknya. Perempuan itu telah bertekad untuk melawan saat ini. Sudah cukup penderitaan yang telah dirinya alami sejak dia masih kecil."Kali ini aku harus melawan! Aku tidak mau lagi menjadi boneka Papa! Sekarang aku adalah orang dewasa yang dapat me
Atas saran dari Oma Nena. Keren pun mengabaikan panggilan dari Teo."Mulai hari ini, kamu akan tinggal bersama Oma. Jadi kamu tidak perlu khawatir lagi," tutur Oma Nena kepada Keren."Terima kasih, Oma. Segala kebaikan Oma akan selalu ku kenang dalam hati." sahut Keren terharu."Oh, ya. Menunggu situasi kondusif. Ada baiknya kamu menutup butikmu dalam waktu yang agak lama.""Iya, Oma. Aku akan mengikuti semua perkataan Oma." jawab Keren kepadanya."Baiklah kalau begitu. Mulai saat ini kamu akan dikawal oleh Yeni dan beberapa bodyguard terbaik pilihan Oma untukmu." ucap Oma Nena.Mereka pun melangkah menuju ke luar dari butik itu. Sebelum masuk ke dalam mobil pribadinya, sang oma berkata lagi kepada Keren,"Segera selesaikan urusan mu dengan Tuan Gerald. Oma menunggumu di rumah." "Iya, Oma." jawab Keren singkat.Keduanya pun masuk ke dalam mobil masing-masing. Kemudian meninggalkan tempat itu dengan cep