Setelah pertemuan di bar itu, Ani mulai intens menemui Teo. Tujuannya hanya satu, membuat pria itu kembali jatuh hati kepadanya. Setelah itu, dia akan balas dendam kepadanya.
Erik yang mengetahui keinginan Ani untuk membalas dendam kepada Teo, sama sekali tidak disetujui olehnya. Dia tidak mau terjadi sesuatu kepada Ani. Karena diam-diam Erik telah jatuh hati kepada ibu satu anak itu.Seperti siang ini, Erik terpaksa menyusul Ani ke suatu pusat perbelanjaan untuk menjemputnya setelah bertemu dengan Teo.Saat ini keduanya sedang berada di dalam sebuah restoran."Ani, please. Apakah tidak bisa kamu menghentikan semuanya?" harap Erik penuh kecemasan."Maaf, Rik. Aku telah terjun bebas. Tidak mungkin aku berhenti sekarang. Jika semua dendamku terbalaskan. Aku akan menghentikan semuanya." jawab Ani tegas."Tapi, Ani. Aku sangat mengkhawatirkanmu." tutur Erik sambil menggenggam tangan wanita itu.Erik sudah tidak mau menunda lagi,Setelah menempuhbeberapa saat di dalam perjalanan, Keren akhirnya sampai di butik miliknya."Selamat sore, Nona. Selamat datang di butik," sapa Yen, sang asisten."Sore juga, Yen. Maaf ya, aku baru sekarang sempat mampir ke sini.""Iya ... nggak apa-apa, Nona. Saya tahu Anda pasti sangat sibuk," seru sang asisten."Oh ya, Yen. Bagaimana perkembangan butik kita akhir-akhir ini?""Banyak pemesanan, Nona. Omset meningkat tajam," jawab Yeni.Lalu Keren melihat Cika yang sedang berada di depan laptop. Wanita itu juga ikut menyapa dan memberi salam kepada Keren."Cika, apakah kamu masih sibuk?" tanya Keren kepadanya."Pekerjaan saya hampir saja selesai, Nona." sahut Cika yang memiliki feeling jika Keren ingin berbicara dengannya."Baiklah, selesaikan pekerjaanmu. Setelah itu kamu ke ruangan saya," serunya.Cika mengangguk lalu mempercepat pekerjaannya. Sepertinya dia penasaran dengan apa ya
Keren masuk ke dalam apartemen. Dia melihat jika Teo sedang duduk sambil bersiul-siul ria. "Ha-ha-ha! Ternyata istriku sudah pulang rupanya," serunya sambil tersenyum mengejek Keren.Betapa begitu jengkelnya Keren melihat tingkah Teo yang sungguh sangat menyebalkan itu. Akan tetapi dia mencoba untuk bersabar menghadapi sikap pria itu, demi untuk mencari tahu maksud dan tujuan Teo mengarang cerita dan mengatakan jika dirinya mandul."Kamu sungguh sangat picik, Teo! Apa maksudmu mengatakan jika aku mandul? Tega sekali kamu? Padahal selama ini aku selalu membantumu. Terutama yang berkaitan dengan FZ Corp!""Ha-ha-ha! Karena kamu terlalu ikut campur dengan urusanku. Makanya aku harus membalaskan dendam kepadamu!""Ikut campur bagaimana maksudmu, Teo?" seru Keren jengkel. Tak habis pikir dengan jalan pikiran pria itu."Mikir saja Lo, sendiri!" serunya santai.Keren semakin jengkel. Namun dia tahu pasti jika yang dimaksu
Tubuh Keren tiba-tiba menjadi lemah saat membaca hasil test DNA yang ada di dalam genggamannya saat ini. Rasanya dunianya akan runtuh sekarang.Gadis itu telah mengetahui kebenaran tentang semuanya. Ternyata Keren bukanlah darah daging dari Tuan Gerald. "Jadi aku sebenarnya anak siapa?" Tangisannya akhirnya pecah juga. Dia tidak dapat membendung rasa sakit hati yang selama ini menderanya."Pantas saja Papa selalu berlaku kasar kepadaku sejak kecil. Ternyata aku bukanlah anak kandungnya!" Air matanya terus saja mengalir di pipinya. Keren sudah tidak dapat membendung rasa sedih yang telah merasuki jiwanya.Saat ini, Keren berada di dalam sebuah butik. Tepatnya di ruangan pribadi miliknya. Perempuan itu telah bertekad untuk melawan saat ini. Sudah cukup penderitaan yang telah dirinya alami sejak dia masih kecil."Kali ini aku harus melawan! Aku tidak mau lagi menjadi boneka Papa! Sekarang aku adalah orang dewasa yang dapat me
Atas saran dari Oma Nena. Keren pun mengabaikan panggilan dari Teo."Mulai hari ini, kamu akan tinggal bersama Oma. Jadi kamu tidak perlu khawatir lagi," tutur Oma Nena kepada Keren."Terima kasih, Oma. Segala kebaikan Oma akan selalu ku kenang dalam hati." sahut Keren terharu."Oh, ya. Menunggu situasi kondusif. Ada baiknya kamu menutup butikmu dalam waktu yang agak lama.""Iya, Oma. Aku akan mengikuti semua perkataan Oma." jawab Keren kepadanya."Baiklah kalau begitu. Mulai saat ini kamu akan dikawal oleh Yeni dan beberapa bodyguard terbaik pilihan Oma untukmu." ucap Oma Nena.Mereka pun melangkah menuju ke luar dari butik itu. Sebelum masuk ke dalam mobil pribadinya, sang oma berkata lagi kepada Keren,"Segera selesaikan urusan mu dengan Tuan Gerald. Oma menunggumu di rumah." "Iya, Oma." jawab Keren singkat.Keduanya pun masuk ke dalam mobil masing-masing. Kemudian meninggalkan tempat itu dengan cep
Seminggu telah berlalu sejak vonis dokter kepadanya. Teo memilih untuk tidak dirawat di rumah sakit manapun. Sepertinya pria itu mengaku kalah dan memilih pasrah untuk menerima hukuman yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.Teo juga telah mewanti-wanti Gultom untuk merahasiakan penyakitnya kepada kedua orang tuanya. Dia tidak mau mengkhawatirkan mereka. Saat ini Teo berada di sebuah vila miliknya yang berada di daerah Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Dia ingin menenangkan dirinya di sini.Rentetan kejadian menimpa Teo setelah itu. FZ Corp memutuskan hubungan kerjasama dengan perusahaan miliknya. Pagi ini, Teo juga mendapatkan surat gugatan cerai dari istrinya.Air mata penyesalan kembali terlihat di wajah pucatnya.Sepertinya Teo mengingat bagaimana jahatnya dia kepada Keren selama ini."Tuan, are you okay?" seru Gultom khawatir kepada Teo."Gultom, tolong katakan kepada Keren jika saya akan menandatangani surat cerai dariny
Keren juga ikut menitikkan air matanya. Kesedihan mendalam mulai dirinya rasakan saat ini. Gultom yang terkenal garang pun ikut menangis meraung-raung sambil menyebutkan nama Teo beberapa kali.Cika sudah tidak dapat menahan dirinya lagi. Dia pun segera memeluk Teo dalam dekapannya. Sambil menangis. Baik Teo dan Cika, keduanya saling mencurahkan rasa yang menyesakkan di dalam hati mereka masing-masing selama ini.Lalu setelah agak tenang, Cika kembali berkata,"Teo bisakah kamu mengabulkan permintaanku?""Permintaan apa, Cika? Sebisa mungkin aku akan mengabulkannya demi untuk membalas kesalahan ku kepada mu." ujar Teo lemah."Aku ingin merawatmu mulai dari sekarang. Aku juga ingin anak kita lahir dengan status kita telah menjadi sepasang suami istri yang sah," seru Cika mengutarakan keinginannya kepada Teo."Aku sangat setuju dengan ide Cika. Aku akan usahakan perceraian kita secepatnya dapat selesai, Teo. Berbahagilah kamu
"Keren ...? Oma? Tapi kok bisa?" ucap Moses bingung."Tuan Moses?" Keren juga ikut-ikutan kaget dengan kedatangan pria itu di rumah Oma Nena.Menyadari adanya kecanggungan diantara kedua pria dan wanita itu, Oma Nena pun segera angkat bicara untuk meluruskan semuanya."Cucu Oma! Ternyata kamu ingat pulang juga rupanya?""Cu ... cucu?" lirih Keren pelan."Ya maaf, Oma. Namanya juga aku sibuk urusan bisnis di luar negeri," ucap pria itu. Namun ekor matanya tidak lepas dari Keren."Oh iya, hampir lupa. Keren, perkenalkan ini Cucu Oma, Moses." tutur Oma Nena mencoba memperkenalkan Keren kepada cucunya. Walaupun sang Oma tahu betul, jika Moses menaruh hati kepada Keren. Namun Oma Nena mencoba untuk berpura-pura tidak tahu. "Kami sudah saling kenal, Oma." seru Moses jujur lalu mengulurkan tangannya kepada Keren."Hallo, Nona Keren. Apa kabar?""Hai, juga. Kabarku baik, kok." jawab Keren mencoba unt
Keesokan harinya di meja makan. Oma Nena telah duduk dan menunggu Keren untuk bergabung sarapan dengannya."Morning, Oma." sapa Keren pagi itu.Gadis itu lalu duduk sambil mulai menyendokkan nasi untuk sang nenek dan dirinya. Keren penasaran karena pagi ini, Moses tidak bergabung bersama mereka di meja makan. Padahal tadi malam dia berada di rumah Oma Nena. Karena sangat penasaran Keren pun bertanya kepada sang oma,"Oma, Tuan Moses tidak sarapan juga?" "Eh, kamu ngapain memanggil Moses dengan sebutan tuan? Dia itu umurnya tidak lebih jauh darimu. Panggil Moses saja," tegur Oma Nena."Maaf, Oma. Sudah menjadi kebiasaan saya memanggilnya seperti itu. Karena kami sering bertemu saat jam kantor." Keren mencoba menjelaskan."Itu kan, di kantor. Sekarang kan sudah sangat berbeda." Oma Nena juga ikut menyuarakan isi hatinya kepada Keren."Maaf, Oma. Maksud saya, Moses kok nggak ikut bergabung dengan kita di meja makan un