Keren yang baru saja mendapatkan kabar dari ayahnya, Tuan Gerald. Jika ada perusahaan besar yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan mereka, saat ini baru saja sampai di sebuah restoran, kalangan elit untuk menemui utusan dari perusahaan itu.
Oma Nena melihat sesosok wanita cantik nan anggun memasuki restoran itu. Tampilannya sangat manis dan elegan."Apakah dia perempuan cantik itu?" Wajah Oma Nena semakin berbinar disaat sang perempuan itu mulai melangkah menuju ke arahnya."Selamat pagi, Nyonya. Mohon maaf sekali, saya agak telat. Tadi jalanan sedikit macet." Sapanya kepada Oma Nena."Apakah Anda, Nona Kerenhapuk?" Tanya Oma Nena."Iya, Nyonya. Nama saya Kerenhapukh biasa di panggil Keren.""Ayo silakan duduk." Ucap Oma Nena kepada Keren."Terima kasih, Nyonya." Jawab Keren lalu duduk tepat di depan Oma Nena.Keren mulai berpikir, sepetinya wanita tua di depannya ini bukan orang biasa. Mengingat satu resto"Bagaimana pertemuanmu dengan Nyonya Nena?" Tanya Tuan Gerald kepada anaknya, Keren."Lancar, Papa." Ucapnya lalu menyodorkan dokumen-dokumen yang tadi telah ditandatangani oleh Oma Nena."Lancar bagaimana?" Tuan Gerald sepertinya selalu saja meremehkan kemampuan Keren dalam hal pekerjaan.Namun tiba-tiba beliau tersenyum lebar, lalu tertawa."Ha-ha-ha-ha, wah Nyonya Nena ternyata menyetujui semuanya. Bagus! Hasil pekerjaannmu kali ini sangat bagus!" Setelah berkata begitu Tuan Gerald segera duduk di kursi kebesarannya dan tidak mempedulikan Keren lagi."Apakah Papa yang ku kenal selama ini adalah Papa kandungku? Kenapa beliau sepertinya sangat membenciku?" Ucapnya sedih dalam hati.Keren masih saja berdiri mematung di ruangan ayahnya. Dia menatap sendu lelaki paruh baya di depannya yang selalu saja berbuat kasar kepadanya baik dalam perkataan maupun dalam tindakan. Tuan Gerald mengalihkan pandangannya dari dokumen itu
Keren memilih diam mendengar semua hinaan suaminya kepadanya."Tunggu apa lagi? Sana pergi! Sebentar lagi, perwakilan FZ Group akan sampai di sini. Mereka malas lihat muka Lo!" Tukasnya yang lagi-lagi merendahkan Keren."Baiklah Teo. Saya akan pergi dari sini." Jawab Keren. Lalu bersiap-siap untuk pergi."Silakan! Nggak ada yang menahan Lo di sini dan gue juga nggak butuh bantuan Lo lagi, ingat itu!" Ketus Teo.'Ok, Teo. Gue akan ingat omongan Lo kali ini. Lo sendiri yang mengatakan jika Lo tidak membutuhkan bantuan gue. Permisi." Keren pun benar-benar berlalu dari tempat itu.Niat awal Teo, sebenarnya ingin memanfaatkan Keren agar mengambil hati Moses, untuk memuluskan jalannya yang ingin bekerja sama dengan perusahaan milik Moses. Karena Teo tahu, jika Moses diam-diam menaruh hati kepada Keren.Namun satu panggilan telpon dari perwakilan FZ Group, mengubah segalanya.Teo tak lagi butuh bantuan Keren. Bahkan dia menghi
Sementara itu, Keren sedang menghadiri meeting dengan perwakilan FZ Group. Dia masih belum menyadari jika perusahaan raksasa itu adalah milik Moses. Laki-laki yang sangat ingin dirinya hindari saat ini. Bagaimana tidak, menurutnya Moses terlalu usil dan ingin tahu lebih jauh tentang kehidupannya, dan dia tidak menyukai itu.Sesuatu hal yang paling dibenci oleh Keren, jika ada orang baru yang ikut campur dengan kehidupan pribadinya."Maaf Nona Keren. Sepertinya proposal dari perusahaan Anda sangat banyak memiliki kekurangan. Ada beberapa bagian yang harus direvisi. Jadi untuk sementara saya tidak bisa memprosesnya lebih lanjut." Ucap perwakilan FZ Group tajam."Baik, Pak. Saya akan berkoordinasi kembali bersama tim saya untuk melakukan revisi ulang. Terima kasih." Sahut Keren sambil tersenyum.Di kelas bela diri.Wajah Moses menatap tajam ke arah Lusi. Saat ini, dia sangat kesal kepada sekretarisnya itu. karena sampai m
"Perkenalkan, nama saya Cika." Ujarnya lalu mengulurkan tangannya kepada Keren."Apakah ada yang bisa saya bantu, Nona Cika?" Seru Keren."Sebenarnya, saya sangat malu menemui Anda, Nona. Ta-pi saya harus melakukan ini demi bayi yang ada di dalam kandungan saya saat ini." Lirih Cika sedih.Keren terus menyimak setiap kata demi kata yang keluar dari bibir Cika."Jujur saat ini, aku sangat menyesal telah mempercayainya. Aku telah dikelabui oleh cintanya. Bujuk rayunya telah menghanyutkan akal sehatku sehingga aku menyerahkan milikku yang paling berharga kepadanya." Cika pun mulai menangis.Sementara Keren, dilanda kebingungan. Tidak mengerti sedikit pun apa yang dimaksud oleh Cika."Maaf, Nona Cika. Sepertinya Anda salah alamat menemui saya. Jujur, saya sedikit pun tidak mengerti apa yang Anda maksud." Jelas Keren. Dia pun mulai bersiap-siap meninggalkan restoran itu.Namun ucapan Cika, tiba-tiba menghentikan langkahn
Alat tempur milik Teo tidak bangun sekali pun. Para perempuan itu mulai kelelahan."Bos, kami kelelahan!" Keluh para wanita itu secara bergantian."Sial! Kok alat perang gue tidak bereaksi sama sekali? Hanya gara-gara Keren? Sungguh menyebalkan!" Keluhnya dalam hati."Ya sudah kalian bisa berhenti!" Bentaknya lalu berjalan menuju ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Kembali ke restoran,Ponsel Keren kembali bergetar, pertanda ada pesan masuk. Dia kembali memeriksanya.Terlihat senyum tipis di wajahnya. Lalu memandang ke arah Cika."Cika, mulai hari ini kamu akan tinggal di butik saya. Kamu, saya angkat sebagai salah satu karyawan saya di sana. Sebentar lagi, asisten saya, Yeni akan menjemput Anda."Cika sangat kaget mendengar perkataan Keren. Dia kembali menangis lalu tiba-tiba sujud di bawah kaki Keren."Cika, apa yang sedang kamu lakukan?" Beberapa orang dalam restoran itu melihat ke arah
"Siap, Tuan. Saya akan segera menyerahkan semuanya ke pihak rumah sakit secepatnya, untuk diperiksa." Jawab"Atur pertemuan saya dengan Monik. Saya ingin memastikan semua kepadanya." Seru Tuan Ari lagi.Di sebuah markas rahasia,Moses terlihat menahan amarah saat tahu jika Teo adalah dalang atas kematian sahabatnya bernama Didit."Bagas, apakah semua informasi ini benar?""Semua benar, Bos." Bagas lalu menunjukkan bukti-bukti yang dirinya dapatkan."Ternyata Teo, pria yang sangat berbahaya. Aku harus hati-hati. Keren harus tahu tentang ini. Tapi bagaimana caraku memberitahukan kepadanya? Sementara Keren sepertinya sama sekali tidak respek kepadaku." Gumamnya dalam hati."Om Moses! Sini main bersamaku!" Ucap Arum, anak dari Didit dan Ani. Memanggil Moses untuk bermain bersamanya.Saat ini Moses sedang mengajak Arum bermain di tepian Pantai Ancol."Sebentar, Rum. Om mau ngobrol dulu dengan Mamamu. Kamu ma
"Sudah! Cukup! Gue nggak mau bahas tentang rumah tangga ini. Nggak ada gunanya dan nggak ada ngaruhnya dalam hidup gue!" Tegas Teo."Ya sudah, kalau gitu. Gue mau balik lagi ke kamar." Seru Keren lagi, lalu mulai melangkahkan kakinya.Namun suara Teo yang menggelegar berhasil menghentikan langkahnya."Duduk Lo, Kerenhapukh! Jika tidak! Semua foto-foto Lo bersama Bimo akan gue kirim kepada Bokap Lo sekarang juga!"Mata Teo yang tadinya teduh berubah tajam menatap ke arah Keren."Gue nggak main-main dengan semua ancaman ini! Jadi bekerja sama lah!" Serunya marah.Keren terdiam dan mulai duduk kembali di sofa.Dia sama sekali tidak takut dengan Teo. Akan tetapi dia takut dengan ancaman Teo yang ingin mengadukan semuanya kepada sang ayah. Sementara hubungan Keren dengan Tuan Gerald, ayahnya kurang harmonis."Ya sudah cepat katakan Lo mau apa?" Ucap Keren membalas tatapan tajam suaminya."Gitu kek dari tadi!
Wajah Teo seketika berbinar saat Keren mengatakan tidak akan mengambil satu peser pun keuntungan darinya.Tentu saja dia sangat menyukai penawaran Keren itu. Dia sudah membayangkan begitu banyak keuntungan yang akan dirinya peroleh."Keren memang penuh kejutan, ha-ha-ha-ha. Dengan penawarannya itu. Aku pasti akan semakin berjaya dan kaya raya! Tunggu saja pembalasanku, Tuan Gerald dan Tuan Dino!" Geramnya dalam hati.Ternyata oh ternyata, Teo memiliki dendam pribadi kepada sang ayah, Tuah Dino dan kepada sang ayah mertua, Tuan Gerald. Dia beranggapan kalau kedua orang tua egois itulah yang membuat dirinya terjebak dalam pernikahan dengan Keren. Perempuan yang sama sekali tidak dirinya cintai."Gue harus melakukan apa, Ke?" Serunya berbinar."Baiklah, gue akan ceritakan, karena sepertinya, Lo juga penasaran." Seru Keren."Yaiyalah, gue penasaran. Siapa juga yang mau kehilangan keuntungan lima puluh persen?" Sindirnya kep