Share

Part 2

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 15:09:20

"Mi, jangan begitu, ngomong baik-baik 'kan, bisa. Kasihan Ratna," tegur suaminya dengan halus. Papi terlihat canggung di antara banyak tamunya.

Wajahku terasa panas sekali, mungkin sudah merah padam karena malu diomeli di hadapan orang-orang asing seperti ini.

"Biarin saja, Pi. Biar dia sadar diri dan lebih hati-hati lagi. Jangan sampai kejadian itu terulang lagi," bantah Mami tidak terima.

"Maaf, Mam. Aku tidak sengaja," sahutku dengan tenggorokan yang tercekat menahan tangis.

"Kamu cepat beresin sampai bersih sebelum mengenai kaki orang! Dan kamu tidak usah ikut makan di sini!" usirnya dengan tegas penuh emosi.

*****

Pov Very :

Aku tidak menyangka kalau Tante Kartika tidak menyukai Ratna. Sikapnya begitu kasar membuatku terenyuh dan ingin menolongnya. Tapi, aku enggak enak pada keluarga Febi, takut dikira pahlawan kesiangan.

Sejak dulu aku sudah menaruh hati padanya, hanya saja aku belum berani mengungkapkannya mengingat dia orangnya pendiam. Aku takut dia bakal marah, akhirnya rasa ini aku pendam. Akan tetapi, aku menyesal sebab keraguanku itu, kini telah terlambat. Dia malah dipersunting temanku sendiri.

"Woi, ngelamun! Lagi ngelamunin apa, sih?" Tiba-tiba Febi datang mengagetkanku, membuyarkan lamunan panjangku.

"Eh, Feb, kamu rupanya. Kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu napa?!" Aku tersenyum tipis ke arahnya.

"Lah, barusan sudah ketuk pintu tiga kali, kamunya saja yang enggak dengar. Kebanyakan ngelamun, sih!" Sahabatku itu langsung mengambil tempat duduk di depanku. Ia menatap ke arahku dengan lekat seolah ingin tahu apa yang sedang kulamunkan tadi.

Febi datang membawa beberapa map di tangannya, mungkin mau membahas proyek yang akan segera dikerjakan akhir bulan ini.

"Eh, sorry. Aku lagi enggak fokus." Aku meraih map dari tangannya dan segera membuka isinya.

"Sudah, entar saja. Percuma bahas sekarang kalau kamu sendiri lagi enggak fokus, yang ada malah nanti berantakan." Febi menutup kembali map yang aku pegang sambil mencebik.

Aku menghela napas panjang, lalu mengeluarkan udara perlahan sambil menyandarkan punggung ke belakang.

"Kamu itu lagi ngelamunin apa, sih? Coba cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu," desaknya penasaran.

"Kamu ingat enggak, dulu aku pernah cerita sama kamu kalau aku suka sama cewek waktu masih tinggal di kampung?" tuturku memulai cerita.

Febi nampak berpikir sejenak dengan wajah menghadap ke plafon. "Oh, yang kamu bilang ceweknya pendiam, terus ... cantik. Dan cewek itu pindah ke kota?"

"Iya, benar. Dan sekarang aku sudah bertemu dengannya. Dia masih sama seperti yang dulu, masih cantik dan tetap pendiam," pungkasku girang. Meski dalam hati ada rasa sedih karena dia sekarang sudah menikah dengan orang lain, dan orang itu sahabatku sendiri.

"Wah, senang, dong? Ya sudah, langsung lamar saja daripada nanti kehilangan jejak lagi," desaknya antusias sambil menepuk bahuku sedikit kencang membuatku meringis menahan sakit.

"Ya senang sih, tapi ...," ucapku menggantung, rasanya malas untuk melanjutkan.

"Tapi ...?" tanya Febi mengulang.

"Dia sudah menikah dengan orang lain," tuturku lesu.

Meskipun aku tahu dari Om Hendrik—papinya Febi— kalau pernikahannya itu tidak direncanakan dan terpaksa karena kejadian yang menimpa ibunya Ratna hingga meninggal. Akan tetapi, pernikahannya itu sah di mata hukum serta agama, dan aku tidak mau mengganggunya.

"Ya, telat deh, yang sabar ya! Mending ikhlasin saja dia sama orang lain dan sekarang kamu cari lagi penggantinya," anjurnya dengan santai tanpa dia tahu betapa besar rasa cintaku pada wanita itu—yang sudah lama aku pendam.

***

Saat malam tiba, jam di tanganku sudah menunjuk ke angka 8. Entah kenapa hati ini begitu resah dan gelisah memikirkan keadaan Ratna. Ada apa dengannya? Bukankah dia sudah dimiliki orang lain, mana boleh aku mengusiknya? Tapi, daripada aku enggak bisa tidur, mending aku lihat saja ke sana.

Tidak mau membuang waktu lama, aku segera menyambar mobil yang terparkir di garasi rumahku. Lekas aku melajukannya menuju rumah Febi.

*

Setelah memencet bel di depan rumahnya, tidak lama kemudian yang keluar wanita yang sangat aku sayangi.

"Hai, Febinya ada?" sapaku basa-basi. Padahal niat hati ingin berjumpa dengannya. Bertemu dengan Febi hanya sebagai alasan agar aku tidak malu.

"A–da, silakan masuk dulu biar aku panggilkan Mas Febinya!" jawabnya dengan suara yang lembut dan sopan sambil menganggukkan kepala sedikit. Senyum itu masih terukir menghiasi wajahnya yang cantik.

"Iya, terima kasih," jawabku ragu kemudian langsung masuk dan duduk di ruang tamu sambil menunggu Febi muncul.

"Hai, Feb! Sudah tidur ya? Mentang-mentang penganten baru, jam segini sudah ngajak tidur saja,"  sapaku menyindir saat dia berjalan ke arahku.

"Apaan, sih? Orang lagi teleponan sama Amel juga," kelitnya tidak terima.

"Lah, kamu masih hubungan sama Amel?" pekikku heran.

"Iya, memangnya kenapa? Sudah menikah bukan berarti harus meninggalkan Amel. Tidak, dia wanita yang aku cintai sampai kapan pun," jawabnya terus terang.

Aku kontan mengernyitkan dahi dengan kencang. Heran dengan ungkapannya. "Terus Ratna kamu anggap apa? Kamu sudah menikahinya secara resmi, itu artinya kamu harus memberikan dia cinta dan kasih sayang. Bukan hanya status saja," protesku tidak terima Febi berbuat seperti itu kepada Ratna.

Meskipun aku tahu dia telah menikah, tapi kalau dia diperlakukan tidak baik oleh suaminya aku tidak bisa terima. Aku ingin melihatnya bahagia walau bukan bersamaku.

"Ya, gimana? Orang aku tidak cinta sama Ratna. Lagian, dia itu bukan cewek idamanku," sanggah Febi dengan wajah cuek. Entah mengapa melihat sikapnya ini membuat hatiku panas.

"Ratna! Sini cepetan!" panggil Febi dengan suara lantang setengah berteriak.

Dari jauh nampak wanita yang sangat aku sayangi datang dengan jalan tergopoh-gopoh. Tadi dia sepertinya lagi membersihkan meja makan, terlihat dari sini.

"Ada apa, Mas?" tanya Ratna polos, suaranya begitu lembut terdengar di telingaku.

"Kamu buatkan dua gelas kopi hitam dan juga cemilannya! Sekalian rokok yang ada di meja makan kamu bawa ke sini, cepat ya!" titah Febi dengan tegas.

"Baik, Mas," sahut istrinya, kemudian bergegas ke belakang.

Setelah lima menit, wanita lugu itu kembali lagi dengan nampan di tangannya. Ia membawakan apa yang diperintahkan suaminya.

Dengan tangan yang gemetaran, ia menurunkan gelas ke meja. Saat tangannya oleng ke samping, aku segera meraihnya agar tidak tumpah. Namun, naas ... kopi itu malah tumpah dan menyiram tanganku.

"Aaww, panas ...!" teriakku refleks karena kopi itu memang panas dengan asap yang masih mengepul.

"Aduh, Mas! M–maafin aku. Aku tidak se_ngaja," ucapnya gugup dengan wajah pias, mungkin merasa bersalah dan panik.

Dengan cekatan dan hati-hati  dia mengelap tanganku dengan ujung gamisnya, tidak peduli nanti gamisnya bakal disemutin karena manis. Setelahnya dia meniup-niupkan dengan ujung mulutnya luka bakar di tanganku.

"Ratna, kamu itu apa-apaan, sih? Naroh gelas saja tidak becus, dasar orang kampung! Tuh, lihatin, tangan temanku jadi merah, kan?!" bentak Febi dengan netra yang membola.

"Sudah Feb, ini enggak apa-apa kok! Paling merah doang, besok juga sembuh. Kamu jangan marahin Ratna ya, dia tidak sengaja," belaku di depan suaminya.

"Ada apa Febi, Very, kenapa berisik gitu?" Tante Kartika tiba-tiba muncul dari balik tembok ruang tengah, ia langsung menghampiri kami.

"Ini Mam, si Ratna numpahin kopi ke tangan Very sampai merah gitu," adu Febi pada maminya.

Tanpa terduga, tiba-tiba Tante mendorong Ratna yang tengah berjongkok meniupkan tanganku yang terasa panas dan terbakar hingga terjengkang ke belakang. Aku terkejut bukan kepalang melihat hal itu.

"Dasar perempuan enggak guna! Bisanya apa sih, kamu? Jadi ART saja tidak becus apalagi jadi menantu!" maki wanita sosialita itu dengan tatapan nyalang ke arah Ratna.

Bab terkait

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 3

    "Dasar perempuan enggak guna! Bisanya apa sih, kamu? Jadi ART saja tidak becus apalagi jadi menantu!" maki wanita sosialita itu dengan tatapan nyalang ke arah Ratna.Aku iba melihat Ratna diperlakukan demikian. Spontan aku pun beranjak dan menghampiri wanita yang aku sayangi terjungkal ke belakang. Aku berusaha untuk menolongnya."Sini, biar aku bantu!" Aku membantu istri dari Febi itu bangun, kupegangi punggungnya hingga berdiri."Terima kasih ya, Mas," lirihnya dengan wajah kaku seakan menahan malu dan pilu. Aku berusaha tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban atas ucapannya.Mertua dari Ratna mencebik sambil menatap sinis ke arah menantunya. Mengapa beliau terlihat begitu benci?"Biarin ajalah Ver, nanti dia malah ge__er," protes mertuanya itu seakan tidak setuju ada orang lain berempati kepada sang menantu."Sudah ... kamu mendingan masuk terus ganti baju, gih," saranku pada Ratna. Aku tidak tega melihatnya diperlakukan tidak semestinya seperti ini.Kemudian istri dari sahaba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 4

    "Ratna, kamu sudah mulai sok-sokan ya tinggal di sini? Sudah mulai bertingkah?" Mami menatapku dengan nyalang.Seketika sekujur tubuhku lunglai bagai tidak bertenaga. Pagi-pagi kondisi perut masih kosong tapi beliau memberiku sarapan kata yang cetar."M_maksud Mami apa?" Aku pura-pura tidak tahu, padahal aku sudah mendengar dan melihat semuanya. "Alah, kamu tidak usah pura-pura tidak tahu! Aku sudah dengar semuanya." Langkahnya semakin mendekat ke arahku lalu merebut kain lap yang aku pegang dan langsung melemparkannya lagi ke mukaku.Sungguh tega perlakuan Mami Mertuaku itu, padahal itu lap kotor agak basah bekas mengelap kompor. Namun, aku hanya bisa beristighfar dalam hati tanpa mampu membalasnya.Beliau langsung berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan aku yang masih bergeming meratapi nasib baik yang tidak berpihak padaku.Menit kemudian, Mba Ina dan Mba Yati datang menghampiriku dengan tatapan sinis dan senyum menyeringai."Emang enak ... dimarahin Nyonya?" ledek Mba Ina

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 5

    "M–Mas, siapa wanita itu? tanyaku saat sudah berada di dekat wanita yang tengah duduk di teras dengan koper yang berdiri di sampingnya."Oh, iya, kenalin ini pacarku dan dia mau menemaniku di sini," pungkasnya tanpa beban membuatku terperangah, apalagi saat wanita dengan pakaian kurang bahan itu kini mendekatinya, lalu tangannya bergelayut manja di lengan suamiku."Mak–ud–nya apa, Mas?" tanyaku tergagap dengan pandangan tidak lepas menatap dua manusia di depanku yang bersikap seakan tidak tahu etika.Bagaimana tidak, Mas Febi itu sudah menikah dan sekarang aku dan dia mau bulan madu di sini. Tapi kenapa dia datang kemari sambil membawa koper? Jangan bilang, kalau dia berniat untuk mengganggu acara bulan maduku."Maksudnya, nanti aku tidur sama dia dan kamu tidur di kamar sebelah. Ingat ya, kita ke sini bukan untuk bulan madu, kamu jangan pernah berharap. Ini semua kulakukan hanya di depan Papi, karena aku tidak enak kalau menolaknya," papar Mas Febi. Kontan saja perkataan itu membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 6

    "Sebenarnya ... aku sudah lama menyimpan rasa padamu, tapi aku tidak berani mengatakannya dulu saat kita masih tinggal di kampung karena kamu anaknya pendiam, takut kamu marah," tutur Mas Very panjang lebar membuat otakku seketika memutar ke masa lalu."E_emangnya Mas Very kenal denganku?" tanyaku ragu."Kamu nggak ingat kalau kita dulu sekampung? Kita kan, dulu sekolah bareng di SMP Persada, dan aku Kakak kelasmu. Ya, mungkin kamu dah lupa," pekiknya dengan wajah yang begitu serius seakan menyuruhku untuk ingat kembali tentangnya.Sementara aku masih berpikir keras untuk mengingatnya, mengurai lembar cerita di masa laluku yang penuh perjuangan. "Mm ... kamu Very yang dulu ikut kelas musik dan basket, ya? Yang dulu jadi incaran cewek-cewek karena permainanmu begitu memukai saat tampil?" tebakku semoga tak meleset."Nah, itu kamu ingat," pungkasnya dengan wajah yang ekspresif."Oh, jadi kamu itu Very yang sekampung denganku? Aku gak nyangka kita bisa ketemu di sini. Terus, kalau boleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 7

    "Kamu duduk aja di sini, jangan banyak gerak. Biar aku ambil air minum dulu!" Very mendudukkan aku di bangku panjang yang ada di taman villa ini. Ia memapahku untuk bisa sampai ke sini, aku bersyukur banget ada dia. Coba kalau enggak, gimana aku bisa pulang. Sementara suamiku sendiri tidak perduli dengan keadaanku, dia lebih perhatian sama pacarnya. Very berjalan cepat ke arahku sambil membawa dua gelas air putih dan juga roti bantal." Ini kamu minum dulu, dan ini makan rotinya buat ganjal perut!" "Makasih ya, Mas. Kalau tidak ada Mas Very ... gak tahu gimana pulangnya." Aku mengulum, menahan malu dan gak enak hati padanya. "Udah, gak usah dipikirin." Very tersenyum teduh ke arahku. "Hei, Ratna ...! Buatkan sarapan dong buat aku dan Amel, dah lapar nih!" Lelaki yang berperawakan tinggi itu datang menghampiriku di taman. "Kamu bikin sarapan sendiri bisa dong? Atau kalau enggak, suruh tuh si Amel. Jangan maunya enak-enakan di sini," bentak Very tak terima. "Ver, kenapa loe yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 8

    "Tutup mulutmu dan jangan asal bicara! Kamu tau kan, papiku itu orangnya seperti apa? Dia paling gak suka dibantah, keputusan yang sudah diambil tidak bisa diganggu gugat. Kalau tidak, sudah dari dulu aku menolak untuk menikahimu." Ia mendekat ke arahku. "Jangan-jangan karena kamu kemarin bermalam di villa sama Very, terus timbul rasa suka makanya sekarang kamu minta pisah dariku lalu mau menikah dengannya, iya?" sangkanya berang. Aku menggeleng cepat sebagai bentuk penolakan atas ucapannya yang tidak benar. "Apalagi Very itu seorang CEO yang tampan, single dan juga perhatian sama kamu. Makanya kamu langsung kepincut," terkanya lagi dengan mulut menyeringai. "Bukan itu alasanku, tapi banyak pertimbangan yang membuatku ingin mundur dari pernikahan ini. Terutama mamimu yang tidak pernah suka sama aku dan kerap bersikap kasar dan semena-mena sama aku," ucapku apa adanya dengan suara yang bergetar. "Jangan suka berdalih, mami tidak seperti yang kau tuduhkan. Beliau wanita terhormat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 9

    Saat membuka mata ternyata aku sudah berada di ruangan rumah sakit. Apa yang terjadi denganku?"Ratna ... Alhamdulillah kamu sudah sadar." Ternyata di ruangan ini hanya ada Mas Very yang tengah duduk di samping tempat tidurku."Mas Febi mana?" Netraku menyapu pandangan mencari sosok suamiku yang harusnya ada di sini."Tadi Febi keluar katanya mau beli makanan dulu." Lelaki ini menatapku lekat.Aku mengangguk pelan dengan senyum tipis yang kuperlihatkan. "Mas Very kenapa bisa tahu kalau aku ada di sini?""Tadi aku dengar saat Febi menerima telefon dari maminya, katanya kamu pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Terus aku minta ngikut saat Febi izin mau ke sini," paparnya menjelaskan."Kamu sebenarnya kenapa bisa sampai pingsan gini? Kamu sakit?" cecar Very ingin tahu."Iya, Mas. Hari ini aku lagi gak enak badan, tulang-tulangku berasa r3 muk dan sakit. Tapi, Mami m4 ksa nyuruh aku ngerjain semua pekerjaan rumah. Dan terakhir aku j4 tuh dari tangga, terus aku sudah gak ingat la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 10

    "Aku sudah mengatakan itu pada Mas Febi, tapi dia menolak." Aku gugup berhadapan dengan Mas Very.Wajahnya kini mendekat ke arahku, dua pasang mata saling bertukar pandang. Desir d4r ahku mengalir der as, serta degup jantungku memompa lebih cepat dari biasanya. "Kenapa katanya? Buat apa dipertahankan pernikahan toxic kayak gitu?" Pandangannya semakin lekat menatapku, Dan tangannya mmb3lai pucuk kepalaku yang tertutup hijab. "Mas Febi takut sama Papinya, karena Beliau tak menginginkan perc3 raian. Papi merasa bertanggung jawab atas hidupku setelah ibuku tiada, apalagi aku sekarang hidup seb4 tang kara," paparku lirih." Ya udah, kamu tidur sekarang! Dah malam noh. Kamu gak usah takut, aku akan menjagamu di sini dan aku tidak akan berbuat macam-macam sama kamu," ucapnya dengan senyum meneduhkan.Tak terasa tengah malam aku terjaga dari tidurku, karena ingin buang air kecil. "Ratna, mau ngapain?" Suara itu terdengar nyaring hingga aku terlonjak kaget dan segera menoleh."Aku mau ke to

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 57

    "Ver, gimana kalau lo sewa jasa Detektif?" pesan dari Febi sudah kubaca."Boleh, lo yang cari y?" pintaku berbalas."Siyap, Bos." ***Itu dua orang kenapa ya dari tadi ngikutin aku terus? Emangnya aku orang kaya apa yang kalau diculik dapat tebusan?Kalian salah kalau mengira aku anak orang kaya. Tapi, apa mungkin mereka orang suruhan Mas Very yang disewa untuk mencariku? Secara dia kan, orang berduit, yang gak mau capek dan karena kesibukan yang menyita waktunya. Ah, apa iya dia masih menginginkanku untuk jadi pendamping hidupnya? Sementara di rumahnya sudah ada calon yang disiapkan orang tuanya.Gak usah ngarep, Ratna. Dia orang berduit, gampang kok kalau mau mencari 1000 Ratna, gumamku.Dengan langkah cepat, setengah berlari aku terus menghindari dua orang yang sedari tadi ngikutin aku terus. Padahal aku pengen buru-buru sampai kontrakan biar bisa merebahkan tubuhku ke kasur. Rasanya punggung ini pegel banget seharian mondar-mandir mulu.Sekarang mending aku lewat jalan pintas aja

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 56

    "Iya, aku karyawan baru." Netraku menyisir ke arahnya yang kini berdiri tepat di hadapanku. Seorang lelaki berkulit hitam manis dengan rambut lurus tersenyum ke arahku."Perkenalkan aku Reno, karyawan di sini." Ia menyodorkan tangan ke arahku hendak mengajakku kenalan. "Aku Ratna." Aku menerima uluran tangannya Kami berdiri mematung, saling diam dalam kekakuan karena baru kenal. Lantas aku menarik diri mencoba menghilangkan rasa gugupku dengan menata barang dagangan di rak agar tersusun rapi. Dan dia pun sama mengerjakan tugasnya seperti biasa."Reno, nanti kamu kasih tahu Ratna ya tugas-tugasnya apa saja. Misal kamu mau istirahat jangan ditinggal tokonya, kamu gantian saja!" titah Pak Haji pada lelaki yang berdiri tak jauh dariku."Iya, Pak Haji," sahutnya cepat tanda mengerti."Ratna, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan ngomong sama Reno ya! Bapak tinggal dulu," selorohnya dengan ramah."Iya, Pak Haji," sahutku sambil menganggukkan kepala.Kemudian pemilik toko itu berlalu per

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 55

    "Kenapa loe? Suntuk amat kayaknya?" tegur sahabat sekaligus partner kerja Febi saat di kantor."Gue lagi pusing," sahut Very tak bersemangat, ia mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Kemudian menyalakannya dan langsung menghisapnya."Pusing kenapa? Loe lagi berantem sama Ratna?" desak Febi ingin tahu, ia pun ikut mengambil rokok yang ada di atas meja dan menyalakannya."Bukan berantem, tapi Ratna diusir dari rumah sama Nyokap gue," tukas sang CEO di kantor Febi sendu sambil mengusap wajahnya dengan kasar."Kok, bisa? Memangnya kenapa? Terus Ratna pergi kemana sekarang?" cecarnya dengan mata yang terbelalak karena kaget."Nyokap gak suka sama Ratna karena takut dia menggagalkan rencana perjodohanku dengan Sean. Sampai sekarang gue belum tahu keberadaannya, kemarin sudah nyari tapi lom ketemu." Tatapan kekasih Ratna itu menatap ke sembarang arah, hatinya limbung, pikirannya pun kacau."Kalau Bokap gue denger, loe pasti dimaki abis, soalnya Bokap gue itu sayang banget sama dia."

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 54

    Ya Allah aku mesti kemana ini? Nyari kontrakan kan gak gampang, mana ini bukan daerah sendiri lagi!! Kaki ini terus melangkah menyusuri komplek perumahan elit menuju jalan raya. Dan lima belas menit kemudian aku sampai di halte, terdiam sendiri sambil duduk di halte menunggu kendaraan umum yang lewat.Nyonya bilang aku harus pergi jauh agar tak bertemu dengan Mas Very lagi, huuuufftt. Ingin rasanya menangis meratapi nasib ini, aku sendiri, tak ada saudara atau kerabat di sini. Keluarga besar Ibu dan Bapak jauh di luar pulau, dah gitu kami lost contack semenjak aku pindah ke kota."Neng, mau naik?" tanya Pak kenek saat melihatku."Iya, Bang, ke terminal ya?" tanyaku memastikan."Iya, Neng. Ayok, naik!" ajaknya, ia turun lalu mempersilakan aku duduk di jok yang kosong. Kemudian mobil melaju hingga beberapa menit baru sampai terminal."Neng, sudah sampai terminal," tutur Pak Kenek memberitahu. Dan aku langsung turun setelah memberi ongkos.Kemudian aku naik bis ingin ke makam Ibu dulu, t

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bba 53

    "Ver, gue mau dong disuapin sama Ratna, kayaknya enak deh." Dia menatapku penuh arti dan seolah ada maksud tersembunyi, entahlah aku juga gak yakin.Ddeegg!! Apa? Dia mau aku suapin, gak salah? Selama nikah aja dia gak pernah memintaku seperti ini, kenapa sekarang ...? Why??Sekilas aku melirik ke arah kekasihku, ternyata mimik mukanya menunjukkan kalau dia ...iya dia sepertinya tak suka tapi berusaha tersenyum meski sangat terlihat terpaksa."Ayo, dong, aku mau nyobain spagetinya. Kamu bikin sendiri?" Mas Febi sepertinya tak sabar ingin nyobain makanan yang aku buat. Lantas aku segera mengarahkan garpu yang sudah dikaitkan dengan spageti ke mulutnya, dan dia sudah siap menerima suapan dariku.Sesaat dia terpejam menikmati setiap sentuhan rasa yang menempel di lidahnya."Enak banget, sumpah. Baru kali ini aku makan spageti seenak ini, restoran bintang lima aja kalah. Gila ... ini enak buanget." Mas Febi terus nyerocos mendeskripsikan semua rasa yang ia nikmati."Ya enaklah orang tin

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 52

    "Ya, udah besok kita nikah yuuk, biar bisa mandi bareng," cakapnya membuatku terkejut setengah mati. Emang segampang itu nikah? Restu aja lom dapet. Huuuftt!!!"Jangan becanda deh?" protesku sambil bersungut, sebenarnya itu ungkapan yang ingin aku dengar secepatnya. Tapi, mengingat orang tuanya yang tak merestui hubungan kami, itu menjadi suatu yang sulit untuk mewujudkannya."Aku serius, sayang, malahan seratus rius loh." Ia begitu gigih meyakinkanku atas perasaan dan niat seriusnya. Tapi aku sendiri menjadi dilema??"Tapi gimana dengan Tuan dan Nyonya besar? Mereka gak ...." Belum selesai ngomong dia sudah duluan memotong ucapanku."Huusstt!! Kamu gak usah khawatir soal itu. Aku lelaki bisa tetap nikah tanpa wali, aku tak peduli bagaimana keputusan orang tuaku nantinya." Ia seakan begitu semangat untuk terus melanjutkan hubungan ke jenjang serius. Aku mencintai dan menyayanginya sepenuh hati, rasa ini pertama dalam hidupku. Bahkan, meski aku kemarin sempat menikah selama 6bulan kur

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 51

    "Sean, kamu itu cantik, pintar, punya segalanya. Pasti banyak cowok yang tertarik sama kamu." Tatapan mataku menyisir pandangan ke arahnya yang duduk tepat di hadapanku."Lantas?" Sean menyipitkan matanya seolah sedang menerka maksud ucapanku."Kamu bisa cari cowok lain selain aku, karena aku sudah mencintai wanita lain." Hatiku begitu mantap mengungkapkan apa yang kurasa, meski nanti pasti akan dapat penolakan dari orang tuaku dan orang tuanya.Kuhisap rokok yang ada di tanganku dan menghembuskan asapnya ke samping. Aku gak mau dia menghisap asap rokokku."Apa kamu bilang?" Wajahnya ia dekatkan ke arahku dengan pandangan melebar seolah ingin mendengar lebih jelas lagi."Aku tidak bisa mencintaimu karena ada nama wanita lain di hatiku," ucapku memperjelas dengan keyakinan yang mantap."Si_siapa dia? Wanita mana yang bisa mengalahkan pesonaku? Selama hidupku aku tak pernah mendapat penolakan dari seorang lelaki. Bahkan, tinggal tunjuk aja, lelaki itu takhluk di hadapanku!" sarkasnya d

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 50

    "Mamah ... kapan pulang?" Lelaki yang kini sudah menjadi kekasihku melangkah masuk melalui pintu utama dan langsung menghampiri mamahnya."Tadi sore jam 3 an, kamu baru pulang kerja?" Nyonya besar langsung memeluk putranya erat.Aku dan Bibi sedari tadi sibuk menyiapkan makan malam besar karena katanya malam ini keluarga Sean_cewek yang dijodohkan dengan Mas Very mau datang dan makan malam di sini. "Iya, soalnya di kantor lagi banyak kerjaan. Uuh, capek banget, aku ke kamar dulu ya, Mah mau mandi," tukasnya sambil meregangkan otot-ototnya dengan menaikkan kedua tangannya ke atas. Lalu beranjak pergi."Oh, iya, Very, nanti jam 7 malam keluarga Sean mau ke sini. Kita makan malam bersama," cetusnya dengan lantang. Tiba-tiba ia berjalan menghampiriku yang masih sibuk menata hidangan di meja."Sayang, kamu masak apa? Banyak banget makanannya," bisiknya di telingaku."Memangnya barusan gak dengar apa, kalau calon istrimu mau datang ke sini," ketusku dengan memasang wajah cemberut."Masa?

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 49

    "Mas ... jaga ucapanmu, tak selayaknya kamu meminta begituan saat kita belum halal! Kalau kamu sayang sama aku, tolong jaga nama baikku." Mataku seketika memanas mendengar ucapannya yang konyol itu."Aku kecewa sama kamu, Mas, ternyata kamu sama saja seperti pria di luaran sana yang tak bisa menahan napsu." Kini tatapanku berubah sangar dengan mengeratkan gigi."Sayang, maaf ya, aku gak bermaksud begitu, aku cuma mau mengetes kamu aja. Aku pikir kamu wanita ....""Gampangan yang bisa menyerahkan mahkotanya pada lelaki sebelum akad? Tidak, Mas, aku tidak sehina itu meskipun aku orang miskin tapi aku tahu batasannya.""Sayang, tolong maafin aku." Tangannya langsung meraih tanganku tapi dengan segera aku hempaskan.Aku keluar menuju pintu utama, berjalan ke arah taman depan meninggalkan Mas Very di dapur dengan perasaan kacau dan emosi."Eheemm ...." Suara bariton tiba-tiba mengagetkanku, seketika aku langsung menoleh ke arah sumber suara."Mas Fe_bi," lirihku sambil menatap wajahnya se

DMCA.com Protection Status