Share

Part 7

"Kamu duduk aja di sini, jangan banyak gerak. Biar aku ambil air minum dulu!" Very mendudukkan aku di bangku panjang yang ada di taman villa ini.

Ia memapahku untuk bisa sampai ke sini, aku bersyukur banget ada dia. Coba kalau enggak, gimana aku bisa pulang. Sementara suamiku sendiri tidak perduli dengan keadaanku, dia lebih perhatian sama pacarnya.

Very berjalan cepat ke arahku sambil membawa dua gelas air putih dan juga roti bantal." Ini kamu minum dulu, dan ini makan rotinya buat ganjal perut!"

"Makasih ya, Mas. Kalau tidak ada Mas Very ... gak tahu gimana pulangnya." Aku mengulum, menahan malu dan gak enak hati padanya.

"Udah, gak usah dipikirin." Very tersenyum teduh ke arahku.

"Hei, Ratna ...! Buatkan sarapan dong buat aku dan Amel, dah lapar nih!" Lelaki yang berperawakan tinggi itu datang menghampiriku di taman.

"Kamu bikin sarapan sendiri bisa dong? Atau kalau enggak, suruh tuh si Amel. Jangan maunya enak-enakan di sini," bentak Very tak terima.

"Ver, kenapa loe yang sewot? Dia kan, istri gue, wajar dong kalau gue nyuruh-nyuruh dia? Lagian ya, Amel itu anak konglomerat, jadi gak pantas turun ke dapur. Kalau dia mah, emang kerjaannya," sanggah Febi berang.

Very mendengkus dengan mengeratkan giginya." Istri, kamu bilang? Terus kenapa kamu tidak perlakukan dia sebagaimana istri seharusnya? Kenapa kamu tidak perduli dengan yang terjadi pada istrimu? Suami macam apa loe."

"Hei ... santai bro, kenapa loe gitu ngomongnya? Jangan-jangan loe suka ya sama dia__gadis kampungan yang miskin dan b0_doh itu?" pekiknya dengan senyum yang menyeringai sebagai ejekan.

Buuggh .... Buuuggg!!

Bogem mentah melayang di pipi suamiku tanpa aba-aba hingga membuatnya terkapar di tanah yang berumput.

"Jaga ucapanmu! Gue gak terima loe berbuat semena-mena dan merendahkan Ratna!" murka Mas Very tak terima dengan mencengkeram kerah kaos yang suamiku kenakan.

"Mas Very, jangan lakukan itu, kasihan Mas Febi," teriakku agar Mas Very melepaskan cengkeramannya.

"Biarin aja, Rat, dia emang pantas diberi pelajaran, suami kurang ajar. Biar dia gak semena-mena lagi sama kamu," ucap Mas Very dengan gigi yang bergemeletuk.

"Ve_ry, gue ini sahabat loe, kenapa loe malah memukul gue?" bentaknya dengan wajah memerah menahan amarah seraya mendorong tubuh Mas Very hingga terjengkang ke belakang.

Baru mau menolong suamiku, Amel muncul dari teras ruang tamu lalu menghampiri kami, akhirnya urung kulakukan.

"Mas Fe_bi, kamu kenapa?" teriak Amel dari jauh sambil melangkah cepat setengah berlari ke arah sini.

Aku memegang bahu Mas Very hendak membangunkan." Mas Very gak papa?"

"Aku gak papa, Rat," jawabnya lirih.

"Sayang, kenapa mulutmu berdarah? Kamu habis berantem sama Very?" pekik Amel perhatian sambil menatap dua lelaki ini bergantian.

"Iya, gak tau tuh, Very tiba-tiba menyerangku," adu suamiku kesal.

"Mas Very! Mas Very kenapa sampai memukul Mas Febi?" bentak Amel dengan muka sewot.

"Semua itu gara-gara kamu," serang balik Very dengan tatapan nanar ke arah Amel.

Amel menautkan kedua alisnya dengan mulut mengerucut." Loh, kenapa jadi aku yang salah?"

"Iya dong, gara-gara kamu yang manja minta dibikinkan sarapan, terus Febi malah nyuruh Ratna seenaknya. Padahal kaki Ratna lagi sakit, bukannya perihatin malah marahahin Ratna gak jelas," bentak pria berkharismatik itu kesal bercampur dongkol.

"Oh ..., gara-gara cewek kampungan itu kamu jadi marah, gak terima kalau pacarku nyuruh-nyuruh dia?  Emang pantasnya juga dia itu jadi pembantu, bukan istri Mas Febi," sanggah Amel nyolot.

"Emang dasar ya, kamu sama Febi sama aja, sama-sama  gak punya hati," berang pria yang berdiri di sampingku.

Aku berusaha melerai perdebatan mereka sambil berdesis." Mas, sudah, jangan diributin!"

Lekas aku mengajaknya masuk agar perdebatan sengit mereka disudahi.

"Rat, kamu duduk sini ya, biar aku ke dapur bikin nasi goreng.  Semalam masih ada sisa nasi, sayang kalau dibuang. Kamu pasti sudah lapar." Lelaki berkulit hitam manis itu begitu baik dan perhatian.

"Biar aku bantu ya, Mas." Aku berusaha bangun lalu langsung mengekor di belakangnya.

"Gak usah, kakimu masih sakit. Kamu istirahat aja," tolaknya halus.

"Mas Very kok, pintar banget bikin nasi goreng?" cetusku saat kami sudah berada di meja makan.

"Aku memang suka masak, nanti kalau aku sudah punya istri akan kumasakkan menu spesial setiap hari," tuturnya sambil menatap ragu ke arahku.

Aku tersenyum tipis ke arahnya, kemudian menyuapkan nasi ke mulut.

"Coba aa ...," ucap Mas Very.

"Mm ... bagus ya, maen suap-suapan. Loe itu ya Ver, diam-diam suka sama istri orang. Pura-pura perduli, taunya mah mau diembat," pekik suamiku yang tiba-tiba muncul.

"Feb ... maaf, gue gak bermaksud," sanggahnya lirih dengan raut muka pias.

Mas Febi mengabaikan ucapan Mas Very dengan muka masam.

"Ratna, besok pagi-pagi kita pulang. Tapi nanti kamu jangan katakan kalau aku ke sini membawa Amel!" titahnya yang seperti seorang Raja wajib dipatuhi.

****

Saat sudah sampai di rumah

Aku dan Mas Febi tengah istirahat di kamar, aku duduk di tepian dipan. Sementara suamiku tengah memainkan benda pipihnya dengan serius.

"Mas, kenapa kamu masih berhubungan dengan pacarmu, padahal kita sudah menikah. Bisa gak sedikit saja kamu menjaga perasaanku?" tanyaku hati-hati.

"Ya, karena aku mencintainya, sampai kapan pun aku tidak akan pernah memutuskannya. Kamu dan dia berbeda jauh bagai langit dan bumi. Dia wanita berkelas, sementara kamu cuma anak orang miskin yang berharap naik kelas setelah aku nikahi," jawab suamiku tak terima dan begitu menohok di relung hatiku.

"Lalu mau dibawa kemana pernikahan kita kalau kamu masih jalan dengan wanita lain? Lebih baik kamu pilih, aku atau dia?" cecarku memberi pilihan meski aku sudah tahu jawabannya kalau dia bakal memilih pacarnya.

"Kamu itu gak usah cerewet dan jangan banyak menuntut. Sudah bagus aku nikahin kamu, kalau enggak kamu bakal jadi gembel di luar sana," bentaknya dengan tatapan nyalang ke arahku.

Lagi, dan lagi dia terus menghujaniku dengan makian dan hinaan pedas, sama seperti halnya dengan maminya. Emang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

" Baiklah, kalau begitu talak aku sekarang juga!"

Firsyaka

Waduh.... Apakah Febi akan benar-benar menalak Ratna?

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status