Chapter: Bab 51"Sean, kamu itu cantik, pintar, punya segalanya. Pasti banyak cowok yang tertarik sama kamu." Tatapan mataku menyisir pandangan ke arahnya yang duduk tepat di hadapanku."Lantas?" Sean menyipitkan matanya seolah sedang menerka maksud ucapanku."Kamu bisa cari cowok lain selain aku, karena aku sudah mencintai wanita lain." Hatiku begitu mantap mengungkapkan apa yang kurasa, meski nanti pasti akan dapat penolakan dari orang tuaku dan orang tuanya.Kuhisap rokok yang ada di tanganku dan menghembuskan asapnya ke samping. Aku gak mau dia menghisap asap rokokku."Apa kamu bilang?" Wajahnya ia dekatkan ke arahku dengan pandangan melebar seolah ingin mendengar lebih jelas lagi."Aku tidak bisa mencintaimu karena ada nama wanita lain di hatiku," ucapku memperjelas dengan keyakinan yang mantap."Si_siapa dia? Wanita mana yang bisa mengalahkan pesonaku? Selama hidupku aku tak pernah mendapat penolakan dari seorang lelaki. Bahkan, tinggal tunjuk aja, lelaki itu takhluk di hadapanku!" sarkasnya d
Terakhir Diperbarui: 2024-12-12
Chapter: Bab 50"Mamah ... kapan pulang?" Lelaki yang kini sudah menjadi kekasihku melangkah masuk melalui pintu utama dan langsung menghampiri mamahnya."Tadi sore jam 3 an, kamu baru pulang kerja?" Nyonya besar langsung memeluk putranya erat.Aku dan Bibi sedari tadi sibuk menyiapkan makan malam besar karena katanya malam ini keluarga Sean_cewek yang dijodohkan dengan Mas Very mau datang dan makan malam di sini. "Iya, soalnya di kantor lagi banyak kerjaan. Uuh, capek banget, aku ke kamar dulu ya, Mah mau mandi," tukasnya sambil meregangkan otot-ototnya dengan menaikkan kedua tangannya ke atas. Lalu beranjak pergi."Oh, iya, Very, nanti jam 7 malam keluarga Sean mau ke sini. Kita makan malam bersama," cetusnya dengan lantang. Tiba-tiba ia berjalan menghampiriku yang masih sibuk menata hidangan di meja."Sayang, kamu masak apa? Banyak banget makanannya," bisiknya di telingaku."Memangnya barusan gak dengar apa, kalau calon istrimu mau datang ke sini," ketusku dengan memasang wajah cemberut."Masa?
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: Bab 49"Mas ... jaga ucapanmu, tak selayaknya kamu meminta begituan saat kita belum halal! Kalau kamu sayang sama aku, tolong jaga nama baikku." Mataku seketika memanas mendengar ucapannya yang konyol itu."Aku kecewa sama kamu, Mas, ternyata kamu sama saja seperti pria di luaran sana yang tak bisa menahan napsu." Kini tatapanku berubah sangar dengan mengeratkan gigi."Sayang, maaf ya, aku gak bermaksud begitu, aku cuma mau mengetes kamu aja. Aku pikir kamu wanita ....""Gampangan yang bisa menyerahkan mahkotanya pada lelaki sebelum akad? Tidak, Mas, aku tidak sehina itu meskipun aku orang miskin tapi aku tahu batasannya.""Sayang, tolong maafin aku." Tangannya langsung meraih tanganku tapi dengan segera aku hempaskan.Aku keluar menuju pintu utama, berjalan ke arah taman depan meninggalkan Mas Very di dapur dengan perasaan kacau dan emosi."Eheemm ...." Suara bariton tiba-tiba mengagetkanku, seketika aku langsung menoleh ke arah sumber suara."Mas Fe_bi," lirihku sambil menatap wajahnya se
Terakhir Diperbarui: 2024-12-09
Chapter: Bab 48Mataku menyisir menatap sekujur tubuhku, dan ternyata bajuku masih utuh tanpa terbuka sedikit pun. Alhamdulillah dia semalam gak macam-macam. Lalu pandanganku beralih ke arah lelaki yang kini tidur sekamar denganku.Ya ampuuuun ..."Mas ka_mu kenapa? Kenapa badanmu gemeteran kek gini?" Aku mendekat ke arahnya yang masih meringkuk di sofa."Aku meng_gi_gil sema_lam." Dia menatapku sayu dengan badan yang masih gemeteran.Aku melihat ke arah jam dinding, ternyata sudah pukul 04.00. Semalam aku tidur memakai selimut karena udara dingin banget. Tapi ternyata Mas Very kedinginan semalam, mungkin dia gak mau mengambil selimut di badanku. "Mas, aku buatkan teh hangat dulu, ya di dapur," pamitku dan segera bergegas keluar kamar tanpa menunggu persetujuannya.Aku segera menyalakan kompor untuk membuat teh hangat karena di sini gak ada dispenser hanya ada air galon. "Lagi mau bikin apa?" Suara bariton tiba-tiba terdengar dari arah belakang.Aku terlonjak kaget mendengarnya hingga teh yang aku
Terakhir Diperbarui: 2024-12-08
Chapter: Bab 47Took .... Took .... Toook ...Saat aku lagi siap-siap untuk keluar makan, terdengar suara pintu kamarku diketuk. Tak lama panggilan darinya terdengar mesra di telinga."Sayang ... dah siap belum? Aku tunggu di depan ya?!" "Iya, bentar lagi aku keluar!"Dengan langkah pasti aku berjalan menuju teras depan villa. Dan ternyata dia tidak sendiri melainkan bersama mantan suamiku. "Hai, dah siap," sapa lelaki yang sudah mengisi hatiku dengan ramah."Sudah," sahutku sambil tersenyum ke arahnya. Tak sengaja aku menatap sekilas wajah lelaki yang sudah melukai hati dengan perlakuannya dan di waktu yang bersamaan dia pun menatapku dengan tatapan menggoda. Sontak aku langsung membuang pandangan dan beralih menatap kekasihku lalu duduk di sampingnya."Tunggu sebentar ya, Amel masih di dalam," cetus lelaki di sampingku."Iya, Mas," sahutku."Amel mah kebiasaan kalau dandan lama banget, dah," sela suaminya dengan nada kesal."Biasa, istrimu mah dah dari dulu kalau dandan heboh kayak mau manggung
Terakhir Diperbarui: 2024-12-07
Chapter: Bab 46"Hei, kamu tahu, siapa yang datang semalam?" Tau-tau Nyonya besar sudah berdiri di belakangku saat aku sedang menyapu halaman belakang.Dan seketika aku menoleh ke arahnya. Aku menatapnya tanpa mampu menjawabnya."Dia itu calon istrinya Very, dia cantik, modis, berkelas dan anggun. Beda sama kamu yang bisanya cuma bersih-bersih doang, dah gitu kucel lagi." Wanita paruh baya itu yang masih terlihat cantik menatapku penuh kebencian."Maaf, Nyonya, saya harus ikut bicara. Nyonya gak boleh merendahkan orang seenaknya, dia manusia yang punya perasaan. Kasihanilah Nyonya, apalagi dia ini sebatang kara. Kalau dia terluka mau ngadu kepada siapa?" bela Bibi di depanku. Bibi tiba-tiba hadir di antara kami."Oh, dia sebatang kara? Waaah, lebih parah lagi dong! Macam orang ilang aja!" cebiknya dengan sinis."Itu bukan maunya, tapi takdir dari Yang Maha Kuasa. Jangan begitulah, Nyonya ngomongnya. Maaf kalau saya lancang!" Bibi terus membelaku, aku hanya memandang keduanya bergantian sambil masih
Terakhir Diperbarui: 2024-12-06
Chapter: Part 50“Tuh, cewek kasihan banget ya, jidatnya sampai berdarah gitu,” cerita cewek yang lewat ke temannya.“Siapa suruh jadi pelakor, gue aja kalau jadi istrinya sudah kucakar-cakar wajahnya. Pake jilbab tapi kelakuan minus,” celetuk yang lainnya menimpali.Abi menajamkan pendengarannya agar suara mereka terdengar jelas. Dia takut kalau yang mereka ceritakan itu Indira karena sudah 15 menit ke toilet tapi belum kembali.Lalu lelaki tampan nan mapan itu bergegas ke toilet untuk mengecek kebenarannya. Ternyata memang benar, di toilet wanita terjadi keributan. Abi langsung menerobos kerumunan sambil netranya memutar mencari keberadaan kekasihnya.“Hentikaaaan!” teriaknya sambil memeluk tubuh kekasihnya dari belakang dan satu tangannya ke atas sebagai tanda menghalangi dari amukan mereka yang terprofokasi Kamila. Indira kini berada di pelukan sang kekasih sambil digandengnya keluar dari kerumunan.
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26
Chapter: Part 49“A—bi, ma—af, bu—kan mak ...,” Panji tak melanjutkan ucapannya karena Abi segera memotongnya.Abi tersenyum menatap Panji, wajahnya terlihat santai. Tak ada gurat emosi atau kecewa. Hari ini entah dapat angin dari mana, Abi menunjukkan sikap yang penyabar. Tak seperti biasanya yang gampang terpancing emosi dan cemburu. Justru sebaliknya, Indira begitu tegang dan gugup terlihat dari guratan dahinya serta netranya yang fokus memantau situasi.“Udah, santai aja. Aku gak marah, kok. Yang penting nanti kalau aku dan Indira sudah menikah, kamu jangan coba-coba meng-go-da-nya!” Abi menatap lekat wajah kekasihnya sambil tersenyum, tapi wanita cantik itu membalasnya dengan memasang wajah penuh tanya.“Ada apa dengan dia? Tumben banget sok bijak kayak gitu, apa jangan-jangan dia kesambet?” dalam hatinya penuh teka-teki.“Ma—af, Ji. Aku menganggapmu sebagai sahabat baikku, tidak lebih karena aku hanya menc
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26
Chapter: Part 48“Pi ..., kenapa anak kita belum pulang juga, ya? Apa di kantor lagi banyak kerjaan?” Wajah Mami terlihat tegang, netranya menyisir ke arah ruang tamu berharap putrinya muncul dari situ.“Eng—gak, hari ini gak terlalu sibuk. Apa mungkin dia pergi sama Abi, ya?” Papi berjalan mendekat ke arah istrinya sambil menyisir rambutnya yang terlihat tinggal separo tersisa di kepalanya.Mereka berdua panik, padahal malam ini mau ada pertemuan dua keluarga dari pihak Abi mau datang ke rumah Indira. Namun, sampai detik ini putrinya belum kunjung pulang dari kantornya.“Coba Papi telefon anak kita, dia lagi di mana?” Nyonya Sukma sambil berjalan bolak balik seperti Siti Hajar yang lagi mencari air dari bukit sofa ke bukit marwa dengan pikiran limbung.“Iya, tunggu sebentar,” Tuan Presdir mencoba menghubungi putrinya , tapi berkali-kali tak di angkat. Kemudian langsung menelefon Abi untuk menanyakan
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26
Chapter: Part 47Revan menatap Abi dengan tatapan gak suka, dia begitu cemburu saat melihat kebersamaannya seakan tak rela ada lelaki lain mendekati mantan istrinya. Lalu Revan mengajak berbicara empat mata di depan ruangan ibunya dirawat. Mereka berdiri berseberangan.“Gue mau loe jauhi Indira, karena gue mau mengajaknya rujuk demi Manaf!” Wajahnya begitu serius dan netranya nanar menatapnya.“Kalau gue gak mau, gimana?” Abi tersenyum tipis menanggapi ucapannya tanpa menatap ke arahnya.“Jangan nunggu gue berbuat kasar sama loe, gue gak main-main!” Matanya melotot ke arahnya dengan wajah merah menahan emosi seraya menunjuk satu jari ke wajahnya.“Dasar cowok aneh!” Abi tersenyum getir sambil menyalakan rokok yang ia keluarkan dari saku celana lalu menghisapnya.Buugg!!Seketika bogem mentah melayang ke wajah Abi, membuatnya terhunyung ke samping. Tak terima dengan sikap kasarnya, lalu Abi me
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26
Chapter: Part 46“Mas A_ bi? “ sapanya dengan menarik kedua ujung bibirnya ke atas.Abi hanya tersenyum membalas panggilannya. Rona bahagia terpancar dari sorot mata dan wajah keduanya. Sekian minggu tak bertemu membuat keduanya memendam rindu yang membuncah, begitu tersiksanya karena terbelenggu oleh rindu.“Mas, kenapa ke sini? Kalau Papih sampai tahu bagaimana?” tanyanya dengan perasaan takut dan khawatir.“Tenang saja, tadi Mas sudah menemui papihmu dan ngomong baik-baik. Lalu Beliau sudah mengizinkan Mas untuk selalu menjaga dan mendampingimu, wanita cantik yang Mas sayangi,” balasnya seraya mencolek dagunya lalu menggenggam erat jemarinya dan netranya tak lepas menatapnya.Membuat wanita yang berhijab nan cantik itu tersipu malu hingga pipinya merona. Tak berselang lama, Pak Presdir lewat kemudian melihatnya dan langsung menghampirinya.“Ehemm .... “ Beliau tersenyum melihat keakraba
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26
Chapter: Part 45Tuan dan Nyonya Gunadi datang bersamaan ke kamar putrinya. Mereka hendak menanyakan sikapnya yang begitu cuek dan jutek tiap kali bertemu Revan. Kemudian mereka masuk setelah diizinkan olehnya. Lalu duduk bersama di sofa kamarnya.“Nak, kami mau tanya, apa kamu masih mencintai Revan, dan ingin kembali rujuk demi Manaf?” tanya mereka seraya menatap lekat putrinya.“Maaf, Mih, Pih, rasa cinta itu perlahan pudar seiring sikapnya yang sudah keterlaluan sama aku. Aku tidak bisa rujuk dengannya, hati ini masih sakit atas pengkhianatannya. Perlu kalian tahu, pipi ini sudah sering jadi sasaran kemarahannya. Dan aku berapa kali hampir diperk*s* oleh majikanku saat kerja jadi ART. Tak ada yang menolongku saat itu, aku menangis sendirian dalam ketakutan dan kepedihan hidup,” terangnya dengan linangan air mata dan netranya menyiratkan kesedihan yang mendalam.“Astaghfirulla
Terakhir Diperbarui: 2024-04-26