Share

Bab 25

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-17 18:50:16

Took .... Toook ..... Took.

Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Flavia tersentak, matanya memicing dengan kening berkerut. Ada rasa takut yang menjalar dalam dirinya. "Jangan-jangan ... itu Dokter Ale," pikirnya, jantungnya mulai berdebar kencang.

"Fla, itu siapa ya?!" Suara ibunya, Bu Mireya, terdengar dari luar kamar.

"Aku nggak tahu, Bu," jawab Flavia dengan suara lirih.

Tidak lama kemudian, Bu Mireya membuka pintu kamar Flavia. "Fla, keluar sebentar, yuk. Di luar ada Uwa Kardi sama anaknya," katanya dengan nada penuh semangat.

Flavia bangkit perlahan, rasa penasaran bercampur enggan menghampiri. "Uwa Kardi? Anak? Maksudnya sepupuku, Rasya?" pikirnya. Sepupu yang jarang dia temui itu kini tiba-tiba datang ke rumahnya malam-malam.

Saat melangkah ke ruang tamu, Flavia melihat Uwa Kardi duduk santai dengan senyum ramah. Di sampingnya, seorang pemuda bertubuh tegap dan berwajah tenang sedang menyesap teh yang disuguhkan ibunya.

"Ini Rasya, Fla," kata Uwa Kardi sambil menepu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 26

    “Alesa, bukain pintu, dong,” pinta Flavia. Alesa menoleh dengan enggan. "Aku lagi bikin gambar buat Kak Fla, nih. Penting banget, ya?""Kalau nggak dibuka, gimana aku tahu penting apa nggaknya?" Flavia melipat tangan di dada, berusaha menahan tawa. Alesa berdiri malas-malasan sambil menggerutu. "Kenapa selalu aku, sih, yang harus buka pintu ..." gumamnya. Begitu pintu terbuka, terdengar suara yang langsung membuat suasana rumah jadi riuh. “Permisi, Tuan Putri Alesa! Apakah Kak Flavia ada di istana ini?” suara berat tapi sok formal itu terdengar, membuat Flavia langsung mengenali siapa yang datang. Alesa mendengus. "Mending kalian balik lagi aja, deh. Kakakku lagi sibuk." Flavia tertawa kecil dari balik pintu. "Masuk aja, kalian berdua. Alesa memang suka jutek kalau lagi menggambar." Dua pria masuk sambil menyeringai. Irfan, dengan tubuh jangkung dan kemeja kotak-kotaknya, langsung duduk di sofa. Seno, yang lebih pendek dan berisi, berdiri dengan gaya bercanda khasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 27

    "Fla, aku mau nanya sesuatu, tapi jangan tersinggung, ya." Flavia mengernyitkan alis. "Nanya apa?" "Em... kamu udah punya pacar belum?" tanya Rasya ragu, hampir berbisik. Flavia terdiam. Pertanyaan itu seperti duri yang menusuk luka lama. Tangannya menggenggam erat ponsel. Suaranya tercekat, tak mampu langsung menjawab. "Fla? Maaf, ya, kalau pertanyaanku nggak enak," suara Rasya berubah cemas. "Aku cuma—ya, cuma pengin tahu aja. Siapa tahu ada yang bisa bikin kamu senyum," Flavia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Belum, Ras. Aku nggak tahu kapan bisa punya pacar lagi, atau ... mungkin nggak akan pernah." "Aduh, aku minta maaf, Fla," Rasya buru-buru menimpali. "Nggak bermaksud ngorek-ngorek masa lalu kamu. Aku bego banget sih." "Enggak, Ras. Nggak apa-apa," ujar Flavia dengan suara yang bergetar. Ia mencoba tersenyum walau tahu Rasya tak bisa melihatnya. "Mungkin emang nggak semua orang beruntung soal cinta." Rasya terdiam, merasa bersalah telah memuncul

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 28

    Dokter Alessandro, atau biasa dipanggil Dr. Ale, melangkah santai di sisi Valeri, wanita yang akhir-akhir ini cukup sering ia temui. Mereka berbincang ringan tentang hal-hal sepele, diselingi tawa kecil Valeri yang renyah. Namun, di tengah suasana hangat itu, langkah Dr. Ale tiba-tiba terhenti. Matanya terpaku pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berjalan. "Fla?" gumamnya hampir tak terdengar, namun cukup untuk membuat Valeri menoleh dengan bingung. "Ada apa, sayang?" tanya Valeri sambil menyentuh lengan Dr. Ale dengan lembut. Dr. Ale menatap wanita itu dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Wajah yang ia kenal dengan baik itu membuat dadanya berdegup lebih kencang. Tanpa menjawab Valeri, ia berkata singkat, "Tunggu sebentar, ya. Aku ... ada sesuatu yang harus kulihat."Valeri hanya mengangguk pelan, meski kebingungan tetap tergurat di wajahnya. Dr. Ale melangkah mendekat ke arah wanita itu. Jantungnya semakin cepat seiring langkahnya mendekat. Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 29

    Hari Sabtu itu terasa istimewa. Dr. Alessandro duduk dengan tenang di ruang tamu rumah keluarga Valeri di Jogja. Di sekelilingnya, suasana penuh canda tawa saat dua keluarga besar, keluarganya dan keluarga Valeri, merancang detail pernikahan megah yang akan digelar di Jakarta. “Ale, bagaimana menurutmu dekorasi ballroom nanti? Valeri sudah memilih tema serba putih dengan bunga mawar, kan?” tanya Ibu Valeri penuh semangat. “Bagus sekali, Tante. Saya rasa itu akan jadi pesta pernikahan yang tak terlupakan,” jawab Alessandro dengan senyum lebar, melirik Valeri yang duduk di sampingnya. Valeri tersipu malu. “Aku hanya ingin pernikahan kita sempurna, Ale. Semua tamu harus bahagia menyaksikan hari besar kita,” katanya pelan. “Aku pastikan itu akan jadi hari paling indah untukmu,” balas Alessandro sambil menggenggam tangan Valeri. Namun, di balik senyum Valeri, ada kegelisahan yang sulit disembunyikan. Sorot matanya sesekali redup, seakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 30

    Dr. Alessandro mengemudi dengan tangan mencengkeram setir erat, matanya berkaca-kaca namun tajam menatap jalan di depannya. Dalam benaknya, rasa marah, kecewa, dan patah hati bercampur menjadi satu. Dentuman suara klakson mobil di belakangnya tidak ia pedulikan. "Bagaimana mungkin? Valeri hamil delapan minggu?" gumamnya dengan nada rendah, hampir tidak terdengar, namun penuh amarah yang terpendam. "Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya sejauh itu ..."Mobilnya terus melaju tanpa tujuan. Alessandro menginjak pedal gas lebih dalam, seolah kecepatan itu mampu melarikan dirinya dari kekacauan yang baru saja menghancurkan dunianya. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya kini berbalik menjadi neraka. Alessandro berhenti di pinggir jalan di sebuah tempat sepi. Ia keluar dari mobil, menghirup udara malam yang dingin. Tetesan hujan mulai turun, membasahi rambut dan jasnya. Ia meraih ponsel di sakunya, memandangi layar yang penuh panggilan tak terjawab dari keluarganya.Tapi tidak satu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 31

    Suara debur ombak di pantai terdengar menghantam bebatuan karang. Dr. Alessandro, atau yang biasa dipanggil Dr. Ale, duduk di atas pasir, memandangi cakrawala yang mulai memerah.Matanya nanar, pikirannya melayang entah ke mana. Sejak kegagalan pernikahannya, hidupnya seperti kehilangan makna. Hampir setiap hari ia meninggalkan rumah, menghindari tatapan iba dari kedua orang tuanya. Hari ini, seperti biasa, ia memilih menghabiskan waktu di pantai hingga larut malam.Sementara itu, di rumah, kedua orang tuanya tak henti-hentinya mengkhawatirkan putra sulung mereka. Sang ibu, Bu Sofia mondar-mandir di ruang tamu, sesekali menghela napas berat. “Pak, sampai kapan Ale akan seperti ini? Mamah nggak kuat lihat dia tersiksa begini terus,” ujar Bu Sofia sambil duduk di sofa.Pak Maximus, ayah Ale, mengangguk pelan. “Kita harus sabar, Bu. Luka seperti ini butuh waktu untuk sembuh. Yang penting, kita tetap ada untuk dia.”Percakapan mereka terhenti saat pintu rumah terbuka. Severus, adik Ale,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 32

    Alessandro merebahkan tubuhnya di ranjang. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, sementara jemarinya memainkan selembar surat yang baru saja diterimanya. Surat itu dari Valeri, perempuan yang dulunya ia cintai tetapi kini menjadi sumber luka terdalam dalam hidupnya."Pourquoi maintenant? Kenapa sekarang?" gumam Alessandro lirih, melontarkan kalimat dalam bahasa Prancis yang biasa ia gunakan untuk meluapkan perasaannya. Matanya berkaca-kaca mengingat kenyataan pahit yang membekas. Valeri mengkhianatinya dan kini mengandung anak lelaki lain.Ia enggan membaca surat itu lebih jauh. Sejak pernikahannya dengan Valeri dibatalkan, Alessandro tak pernah lagi ingin bertemu dengannya, apalagi keluarganya. Luka itu terlalu dalam. Setelah pulang kerja sore ini, biasanya Alessandro melepas lelah dengan berenang di kolam halaman rumahnya. Namun, kali ini ia bahkan tidak bersemangat melakukan apa pun. Ia hanya berbaring, tenggelam dalam pikirannya. "Fla ..." nama itu muncul begitu sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 33

    Dr. Alessandro duduk termenung di ruang kerjanya. Pikirannya penuh dengan wajah Flavia yang telah lama hilang. "Where are you, Flavia?" gumamnya pelan sambil memandang foto Flavia yang selalu disimpan di laci meja kerjanya. Setelah kepergian Flavia, hidupnya terasa hampa. Ditambah lagi, pengkhianatan Valeri membuat luka di hatinya semakin dalam. "Why did she leave without saying a word?" tanyanya pada dirinya sendiri, frustrasi. Alessandro menarik napas panjang dan memutuskan sesuatu. Dia harus mencari Flavia, apapun caranya. "Sev," panggil Alessandro ketika Severus, adiknya, masuk ke ruang kerjanya sambil membawa secangkir kopi. "Ada apa, Mas Ale? Kelihatannya serius banget," jawab Severus, duduk di sofa kecil dekat meja Alessandro. "I need to find her. Flavia," kata Alessandro sambil memijat pelipisnya. Severus mengerutkan dahi. "Flavia? Maksudmu cewek yang dulu kamu sering jemput itu?" "Exactly. Aku nggak bisa terus begini. Aku harus tahu dia ada di mana." Alessandro m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 37

    "Selamat pagi, Flavia. Apa kabar? Kok pagi-pagi sudah menelepon?" suara Alessandro terdengar hangat, membuat senyum kecil terbit di wajah Flavia.Namun, sebelum Alessandro sempat melanjutkan, terdengar suara perempuan memanggil dari latar belakang."Sayang, kopinya sudah siap!"Flavia membeku. Kata "sayang" itu seakan menusuk telinganya. Senyumnya lenyap, digantikan oleh kekhawatiran yang bergejolak. Ia tidak menjawab, hanya memutuskan sambungan dengan cepat tanpa berpamitan.Sepanjang pagi, Flavia merasa tidak tenang. Alessandro beberapa kali menelepon balik, tetapi ia tidak berniat mengangkatnya. Pikirannya penuh dengan prasangka. Siapa perempuan itu? Apakah dia pacar Alessandro? Atau mungkin lebih dari itu?"Ah, aku ini bodoh! Kenapa langsung percaya saja padanya? Dia mungkin cuma main-main," gumam Flavia sambil merapikan jaketnya. Ia memutuskan untuk berangkat kerja ke toko material yang dikelola uwa-nya. Di sana, setidaknya ada Irfan dan Seno, dua teman yang selalu berhasil meng

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 36

    Di dalam mobil hitamnya yang nyaman, Dokter Alessandro menatap Flavia yang duduk di sampingnya dengan raut wajah penuh ketegangan.“Fla, aku mencintaimu.” Alessandro menatap lurus ke depan, menghindari tatapan Flavia yang kini membelalak. “Aku tahu ini mungkin terdengar tiba-tiba. Tapi aku nggak bisa menyembunyikan perasaan ini lebih lama. Aku ingin kamu tahu, aku serius sama kamu.”Keheningan panjang menyelimuti mereka. Flavia menunduk, kedua tangannya mengepal erat di pangkuannya. Kata-kata Alessandro masih menggema di telinganya, membuat pikirannya berkecamuk."Bukannya aku nggak merasa apa-apa sama kamu, Ale ..." gumam Flavia akhirnya, suaranya pelan seperti bisikan. “Tapi aku takut.”Alessandro mengerutkan kening. "Takut kenapa, Fla? Aku nggak akan nyakitin kamu, aku janji."Flavia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan perasaan yang mulai tumpah. "Aku takut ... karena aku sudah pernah dikhianati. Aku nggak mau merasakan sakit itu lagi. Apalagi sekarang ... aku bukan siapa-sia

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 35

    "Silakan duduk, Dok," Bu Mireya menyambut dengan senyum ramah, meski terlihat bingung. Ia segera menyuruh Flavia menemaninya "Saya buatkan teh hangat, ya?"Alessandro mengangguk sopan. "Terima kasih, Bu Mireya."Flavia akhirnya duduk di seberang Alessandro. Suasana ruang tamu terasa hening dan kikuk. Alessandro ingin memulai pembicaraan, tapi Flavia terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Flavia mematung. Dia tidak tahu harus berkata apa. “Bagaimana Dokter bisa menemukan aku di sini? Dan kenapa ... kenapa Dokter mencari saya?” tanyanya dengan nada heran dan gugup."Aku menyewa detektif," katanya langsung, menatap Flavia penuh intensitas. " Dan aku ingin cerita banyak sama kamu."“Kenapa kamu pergi tanpa pamit, Fla?” tanyanya dengan nada serak. “Kenapa kamu lari dari aku?” Flavia menghela napas panjang, mencoba mengendalikan getar di dadanya. “Aku nggak lari, Dok …” katanya perlahan, menghindari tatapan tajam pria itu. “Aku hanya … kembali ke tempat yang seharusnya.”“Kembali? Tanp

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 34

    Sudah beberapa hari terakhir Detektif Arman bersama rekannya, Bayu, melakukan pengawasan di Cirebon untuk menemukan keberadaan Flavia. Mereka rutin memberikan laporan hasil investigasi kepada Dokter Alessandro. “Dia memang di sini, tapi kita harus lebih hati-hati. Perempuan ini pintar menyembunyikan jejak,” ujar Arman.Bayu mengangguk. “Sepertinya dia sudah curiga, Bang. Beberapa kali dia terlihat celingukan, seperti mencari sesuatu.”“Jangan sampai kita ketahuan. Kalau Dokter Alessandro tahu kita gagal, habis kita,” balas Arman, sambil mengetik laporan di ponselnya. Dia lalu menekan tombol kirim dan bersandar lelah di kursin mobilnya. Satu bulan sudah mereka melakukan tugasnya sebagai Detektif, dan beberapa hari ke sini sudah mulai menemukan titik terang.---Sementara itu, di Brebes, Alessandro membaca laporan yang baru diterima. Matanya fokus pada detail yang diberikan oleh Arman. Meski wajahnya terlihat tenang, hatinya bergolak. “Dia memang di sana …” gumam Alessandro sambil be

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 33

    Dr. Alessandro duduk termenung di ruang kerjanya. Pikirannya penuh dengan wajah Flavia yang telah lama hilang. "Where are you, Flavia?" gumamnya pelan sambil memandang foto Flavia yang selalu disimpan di laci meja kerjanya. Setelah kepergian Flavia, hidupnya terasa hampa. Ditambah lagi, pengkhianatan Valeri membuat luka di hatinya semakin dalam. "Why did she leave without saying a word?" tanyanya pada dirinya sendiri, frustrasi. Alessandro menarik napas panjang dan memutuskan sesuatu. Dia harus mencari Flavia, apapun caranya. "Sev," panggil Alessandro ketika Severus, adiknya, masuk ke ruang kerjanya sambil membawa secangkir kopi. "Ada apa, Mas Ale? Kelihatannya serius banget," jawab Severus, duduk di sofa kecil dekat meja Alessandro. "I need to find her. Flavia," kata Alessandro sambil memijat pelipisnya. Severus mengerutkan dahi. "Flavia? Maksudmu cewek yang dulu kamu sering jemput itu?" "Exactly. Aku nggak bisa terus begini. Aku harus tahu dia ada di mana." Alessandro m

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 32

    Alessandro merebahkan tubuhnya di ranjang. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, sementara jemarinya memainkan selembar surat yang baru saja diterimanya. Surat itu dari Valeri, perempuan yang dulunya ia cintai tetapi kini menjadi sumber luka terdalam dalam hidupnya."Pourquoi maintenant? Kenapa sekarang?" gumam Alessandro lirih, melontarkan kalimat dalam bahasa Prancis yang biasa ia gunakan untuk meluapkan perasaannya. Matanya berkaca-kaca mengingat kenyataan pahit yang membekas. Valeri mengkhianatinya dan kini mengandung anak lelaki lain.Ia enggan membaca surat itu lebih jauh. Sejak pernikahannya dengan Valeri dibatalkan, Alessandro tak pernah lagi ingin bertemu dengannya, apalagi keluarganya. Luka itu terlalu dalam. Setelah pulang kerja sore ini, biasanya Alessandro melepas lelah dengan berenang di kolam halaman rumahnya. Namun, kali ini ia bahkan tidak bersemangat melakukan apa pun. Ia hanya berbaring, tenggelam dalam pikirannya. "Fla ..." nama itu muncul begitu sa

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 31

    Suara debur ombak di pantai terdengar menghantam bebatuan karang. Dr. Alessandro, atau yang biasa dipanggil Dr. Ale, duduk di atas pasir, memandangi cakrawala yang mulai memerah.Matanya nanar, pikirannya melayang entah ke mana. Sejak kegagalan pernikahannya, hidupnya seperti kehilangan makna. Hampir setiap hari ia meninggalkan rumah, menghindari tatapan iba dari kedua orang tuanya. Hari ini, seperti biasa, ia memilih menghabiskan waktu di pantai hingga larut malam.Sementara itu, di rumah, kedua orang tuanya tak henti-hentinya mengkhawatirkan putra sulung mereka. Sang ibu, Bu Sofia mondar-mandir di ruang tamu, sesekali menghela napas berat. “Pak, sampai kapan Ale akan seperti ini? Mamah nggak kuat lihat dia tersiksa begini terus,” ujar Bu Sofia sambil duduk di sofa.Pak Maximus, ayah Ale, mengangguk pelan. “Kita harus sabar, Bu. Luka seperti ini butuh waktu untuk sembuh. Yang penting, kita tetap ada untuk dia.”Percakapan mereka terhenti saat pintu rumah terbuka. Severus, adik Ale,

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 30

    Dr. Alessandro mengemudi dengan tangan mencengkeram setir erat, matanya berkaca-kaca namun tajam menatap jalan di depannya. Dalam benaknya, rasa marah, kecewa, dan patah hati bercampur menjadi satu. Dentuman suara klakson mobil di belakangnya tidak ia pedulikan. "Bagaimana mungkin? Valeri hamil delapan minggu?" gumamnya dengan nada rendah, hampir tidak terdengar, namun penuh amarah yang terpendam. "Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya sejauh itu ..."Mobilnya terus melaju tanpa tujuan. Alessandro menginjak pedal gas lebih dalam, seolah kecepatan itu mampu melarikan dirinya dari kekacauan yang baru saja menghancurkan dunianya. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagianya kini berbalik menjadi neraka. Alessandro berhenti di pinggir jalan di sebuah tempat sepi. Ia keluar dari mobil, menghirup udara malam yang dingin. Tetesan hujan mulai turun, membasahi rambut dan jasnya. Ia meraih ponsel di sakunya, memandangi layar yang penuh panggilan tak terjawab dari keluarganya.Tapi tidak satu

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 29

    Hari Sabtu itu terasa istimewa. Dr. Alessandro duduk dengan tenang di ruang tamu rumah keluarga Valeri di Jogja. Di sekelilingnya, suasana penuh canda tawa saat dua keluarga besar, keluarganya dan keluarga Valeri, merancang detail pernikahan megah yang akan digelar di Jakarta. “Ale, bagaimana menurutmu dekorasi ballroom nanti? Valeri sudah memilih tema serba putih dengan bunga mawar, kan?” tanya Ibu Valeri penuh semangat. “Bagus sekali, Tante. Saya rasa itu akan jadi pesta pernikahan yang tak terlupakan,” jawab Alessandro dengan senyum lebar, melirik Valeri yang duduk di sampingnya. Valeri tersipu malu. “Aku hanya ingin pernikahan kita sempurna, Ale. Semua tamu harus bahagia menyaksikan hari besar kita,” katanya pelan. “Aku pastikan itu akan jadi hari paling indah untukmu,” balas Alessandro sambil menggenggam tangan Valeri. Namun, di balik senyum Valeri, ada kegelisahan yang sulit disembunyikan. Sorot matanya sesekali redup, seakan ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. "

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status