Share

Part 4

Penulis: Firsyaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-27 15:23:38

"Ratna, kamu sudah mulai sok-sokan ya tinggal di sini? Sudah mulai bertingkah?" Mami menatapku dengan nyalang.

Seketika sekujur tubuhku lunglai bagai tidak bertenaga. Pagi-pagi kondisi perut masih kosong tapi beliau memberiku sarapan kata yang cetar.

"M_maksud Mami apa?" Aku pura-pura tidak tahu, padahal aku sudah mendengar dan melihat semuanya.

"Alah, kamu tidak usah pura-pura tidak tahu! Aku sudah dengar semuanya." Langkahnya semakin mendekat ke arahku lalu merebut kain lap yang aku pegang dan langsung melemparkannya lagi ke mukaku.

Sungguh tega perlakuan Mami Mertuaku itu, padahal itu lap kotor agak basah bekas mengelap kompor. Namun, aku hanya bisa beristighfar dalam hati tanpa mampu membalasnya.

Beliau langsung berbalik badan dan melangkah pergi meninggalkan aku yang masih bergeming meratapi nasib baik yang tidak berpihak padaku.

Menit kemudian, Mba Ina dan Mba Yati datang menghampiriku dengan tatapan sinis dan senyum menyeringai.

"Emang enak ... dimarahin Nyonya?" ledek Mba Ina.

"Rasain kamu! Makanya jangan berani sama kita, iya enggak Mba Ina?" lirih Mbak Yati dengan menatap ke arah Mba Ina sambil menaik turunkan alisnya.

Ya Allah, tega banget mereka sama aku, padahal aku tidak pernah mengusik mereka.

Dua ART itu berlalu ke belakang melewati pintu dapur. Biasanya jam segini mereka menyapu halaman belakang.

"Feb, itu panggilin istrimu suruh sarapan  sama-sama di sini! Jangan sibuk di belakang mulu, memangnya pembantu?" titah Papi mertuaku begitu nyaring hingga aku bisa mendengarnya dari dapur.

"Pi, biarin, napa. Orang dia pantasnya makan di belakang juga," protes Mami dengan mulut mencebik.

"Mi, jangan gitu, sama menantu sendiri," sanggah Papi tidak terima.

"Iya, Pi, sebentar," jawab sang putra  halus.

"Hei, dipanggil tuh, sama Papi suruh sarapan bareng!" panggil suamiku. Ia tahu-tahu  sudah berdiri di belakangku.

"Iya sebentar, aku cuci tangan dulu," sahutku dengan bergegas mencuci tanganku di keran wastafel.

Aku berjalan mengekor dengan langkah cepat mengimbangi langkahnya. Kutarik kursi ke belakang lalu mendaratkan bobot di sana. Tatapanku mengedar mengelilingi mereka yang sudah duduk lebih dulu.

Ada Papi yang duduk di kursi tengah sebagai kepala keluarga, di sisi kanan ada Mami dan putrinya_Aleksa, serta di sisi kiri ada putra mereka yang tak lain adalah suamiku. Dan aku duduk di sebelah suamiku.

"Ratna, makan yang banyak ya, tidak perlu malu-malu!" titah Papi saat aku tengah menyendok nasi berikut lauknya.

"Iya, Pi," lirihku sambil mengangguk.

"Feb, hari ini kamu jadi bulan madu?" tanya Papi sambil terus menyendokkan nasi ke mulutnya.

"Jadi Pi, cuma nanti berangkatnya jam dua siang. Pagi ini aku  ke kantor dulu mau merekap hasil kerja kemarin biar enak pas ditinggal," terangnya santai.

"Oh, ya sudah. Terus kamu jadinya ke mana?" tanya Papi lagi dengan wajah serius menatap ke arah putranya.

"Ke villa punya kita ajalah, Pi. Tidak perlu jauh-jauh, capek di jalannya," papar Mas Febi.

Sekilas aku menatap ke arah Mami mertua, wajahnya tidak senang mendengar aku dan Mas Febi mau bulan madu.

"Papi harap setelah kalian bulan madu bisa segera ngasih Papi cucu," ucap Papi dengan sorot penuh harap dan wajah yang berbinar.

"Uhuk ... uhuk ...!" Aku tersedak sebab mendengar ucapan itu.

"Apaan sih, Pi. Orang aku belum pengen punya anak juga, aku masih pengen bebas, pengen ngejar karir juga. Aku tidak mau diribetin soal anak dulu," tolak Mas Febi dengan menautkan kedua alisnya yang tebal.

"Punya anak sama ngejar karir itu bisa berjalan beriringan, lagian punya anak juga nanti bisa pakai baby sitter. Ribet di mananya?" sanggah lelaki berkepala botak separoh itu tidak mengerti jalan pikiran putranya.

"Ya ... pokoknya ribet deh, kalau sudah ada anak. Kita tidak bebas seperti dulu, ke mana-mana pasti anak itu minta ngikut. Belum nanti kalau dia nangis mulu," kelit suamiku memberi alasan.

*

Pukul 11 siang, aku sudah berada di kamar untuk istirahat setelah dari pagi berkutat membersihkan seisi rumah. Meskipun ada dua ART di sini, Mami lebih sering menyuruhku dan membiarkan mereka berleha-leha di kamar. Terlebih kalau suaminya tengah istirahat atau tidak ada di rumah, tenagaku lebih lagi diperas macam kerja rodi.

"Ratna ...! Ratna ...!"

Baru juga mau memejamkan mata, teriakan dari balik pintu membuat netraku membuka paksa. Dengan langkah gontai aku segera membuka pintu kamarku.

"Ma_mi, ada apa, Mi?" lirihku sembari mengumpulkan tenaga.

"Ratna, ini kamu minum setiap hari dan jangan sampai lupa, ingat itu! Aku tidak mau punya cucu yang lahir dari rahim orang miskin sepertimu karena keluargaku ini keturunan orang terhormat, terpandang dan berkelas!" titahnya dengan menekan setiap kata yang terucap dan tatapannya terlihat sengit ke arahku.

Netraku langsung menatap box yang tertulis pil KB andalan, hatiku langsung berdenyut nyeri. Bukankah tujuan pernikahan itu salah satunya adalah untuk mendapatkan keturunan? Lalu untuk apa pernikahan ini?

"Ini untuk apa, Mi?" tanyaku pura-pura tidak tahu. Padahal aku sudah sering lihat obat ini di laci ibuku. Katanya agar tidak hamil karena memang keluargaku hidup serba kekurangan jadi beliau tidak mau menambah anak lagi, cukup aku anaknya.

"Pake na_nya lagi, memangnya kamu tidak bisa baca? Di situ ada bacaannya biar kamu nanti tidak hamil meskipun sudah berhubungan," bentaknya disertai dengan tatapan mata nyalang seperti singa yang mau menerkam.

Setelahnya beliau langsung berbalik badan dan segera pergi dengan langkah anggun sebagaimana sosialita pada umumnya. Sementara aku masih tertegun di ambang pintu sambil menatap lekat box pil KB yang aku pegang.

Tidak berapa lama aku menutup pintu lalu merebahkan tubuhku di atas ranjang. Rasa capek, lelah hati, pikiran, dan tenaga semua menyatu. Komplit sudah penderitaanku hidup berumah tangga dengan orang berada.

Perlahan rasa kantukku menyapa hingga tidak menunggu waktu lama mataku sudah terpejam. Entah berapa jam aku tertidur, kemudian terbangun saat mendengar Mas Febi  tengah menelepon seseorang.

"Mas, sudah pulang?" tanyaku kaget saat melihatnya sudah berganti baju.

"Sudah dari tadi. Buruan siap-siap, kita jalan sekarang!" titahnya sambil membenarkan posisi jam tangannya.

Gegas aku turun dari ranjang menuju kamar mandi, dan setengah jam kemudian aku sudah siap.

"Ini kamu bawa kopernya!" perintahnya lagi.

"Iya, Mas," sahutku cepat.

Aku dan Mas Febi lekas keluar dari kamar menuruni anak tangga dan menghampiri Papi dan Mami yang tengah duduk santai di ruang keluarga.

"Selamat berbulan madu ya, semoga cepat kasih kabar baik buat Papi," cakap Papi dengan wajah yang berbinar.

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ucapannya.

Mas Febi terlihat  tidak suka mendengarnya, ekspresi pria itu datar dengan senyum yang dipaksakan. Sementara Mami terlihat fokus menatap layar TV dan enggan untuk berbasa-basi.

Setelah pamit pada mereka, kami langsung jalan menuju villa milik keluarga suamiku. Mas Febi mengemudikan sendiri mobil mewahnya. Katanya butuh waktu dua jam untuk sampai ke tempat tujuan.

"Berapa lama lagi sampainya, Mas?" tanyaku tidak sabar karena ini kali pertama aku mau ke villa membuatku penasaran tentang suasana di sana.

"Tuh, di depan sudah sampai!" Pandangannya terarah ke depan berisyarat kepadaku.

Benar saja dia memelankan laju kendaraan dan langsung masuk ke halaman rumah yang nampak luas. Pemandangan di sana terlihat begitu cantik.

Sebentar, itu kenapa ada mobil yang sudah terparkir lebih dulu di sini? Mobil siapa ya? Bukankah ini acara bulan maduku dengan Mas Febi?

Bab terkait

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 5

    "M–Mas, siapa wanita itu? tanyaku saat sudah berada di dekat wanita yang tengah duduk di teras dengan koper yang berdiri di sampingnya."Oh, iya, kenalin ini pacarku dan dia mau menemaniku di sini," pungkasnya tanpa beban membuatku terperangah, apalagi saat wanita dengan pakaian kurang bahan itu kini mendekatinya, lalu tangannya bergelayut manja di lengan suamiku."Mak–ud–nya apa, Mas?" tanyaku tergagap dengan pandangan tidak lepas menatap dua manusia di depanku yang bersikap seakan tidak tahu etika.Bagaimana tidak, Mas Febi itu sudah menikah dan sekarang aku dan dia mau bulan madu di sini. Tapi kenapa dia datang kemari sambil membawa koper? Jangan bilang, kalau dia berniat untuk mengganggu acara bulan maduku."Maksudnya, nanti aku tidur sama dia dan kamu tidur di kamar sebelah. Ingat ya, kita ke sini bukan untuk bulan madu, kamu jangan pernah berharap. Ini semua kulakukan hanya di depan Papi, karena aku tidak enak kalau menolaknya," papar Mas Febi. Kontan saja perkataan itu membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 6

    "Sebenarnya ... aku sudah lama menyimpan rasa padamu, tapi aku tidak berani mengatakannya dulu saat kita masih tinggal di kampung karena kamu anaknya pendiam, takut kamu marah," tutur Mas Very panjang lebar membuat otakku seketika memutar ke masa lalu."E_emangnya Mas Very kenal denganku?" tanyaku ragu."Kamu nggak ingat kalau kita dulu sekampung? Kita kan, dulu sekolah bareng di SMP Persada, dan aku Kakak kelasmu. Ya, mungkin kamu dah lupa," pekiknya dengan wajah yang begitu serius seakan menyuruhku untuk ingat kembali tentangnya.Sementara aku masih berpikir keras untuk mengingatnya, mengurai lembar cerita di masa laluku yang penuh perjuangan. "Mm ... kamu Very yang dulu ikut kelas musik dan basket, ya? Yang dulu jadi incaran cewek-cewek karena permainanmu begitu memukai saat tampil?" tebakku semoga tak meleset."Nah, itu kamu ingat," pungkasnya dengan wajah yang ekspresif."Oh, jadi kamu itu Very yang sekampung denganku? Aku gak nyangka kita bisa ketemu di sini. Terus, kalau boleh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 7

    "Kamu duduk aja di sini, jangan banyak gerak. Biar aku ambil air minum dulu!" Very mendudukkan aku di bangku panjang yang ada di taman villa ini. Ia memapahku untuk bisa sampai ke sini, aku bersyukur banget ada dia. Coba kalau enggak, gimana aku bisa pulang. Sementara suamiku sendiri tidak perduli dengan keadaanku, dia lebih perhatian sama pacarnya. Very berjalan cepat ke arahku sambil membawa dua gelas air putih dan juga roti bantal." Ini kamu minum dulu, dan ini makan rotinya buat ganjal perut!" "Makasih ya, Mas. Kalau tidak ada Mas Very ... gak tahu gimana pulangnya." Aku mengulum, menahan malu dan gak enak hati padanya. "Udah, gak usah dipikirin." Very tersenyum teduh ke arahku. "Hei, Ratna ...! Buatkan sarapan dong buat aku dan Amel, dah lapar nih!" Lelaki yang berperawakan tinggi itu datang menghampiriku di taman. "Kamu bikin sarapan sendiri bisa dong? Atau kalau enggak, suruh tuh si Amel. Jangan maunya enak-enakan di sini," bentak Very tak terima. "Ver, kenapa loe yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 8

    "Tutup mulutmu dan jangan asal bicara! Kamu tau kan, papiku itu orangnya seperti apa? Dia paling gak suka dibantah, keputusan yang sudah diambil tidak bisa diganggu gugat. Kalau tidak, sudah dari dulu aku menolak untuk menikahimu." Ia mendekat ke arahku. "Jangan-jangan karena kamu kemarin bermalam di villa sama Very, terus timbul rasa suka makanya sekarang kamu minta pisah dariku lalu mau menikah dengannya, iya?" sangkanya berang. Aku menggeleng cepat sebagai bentuk penolakan atas ucapannya yang tidak benar. "Apalagi Very itu seorang CEO yang tampan, single dan juga perhatian sama kamu. Makanya kamu langsung kepincut," terkanya lagi dengan mulut menyeringai. "Bukan itu alasanku, tapi banyak pertimbangan yang membuatku ingin mundur dari pernikahan ini. Terutama mamimu yang tidak pernah suka sama aku dan kerap bersikap kasar dan semena-mena sama aku," ucapku apa adanya dengan suara yang bergetar. "Jangan suka berdalih, mami tidak seperti yang kau tuduhkan. Beliau wanita terhormat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 9

    Saat membuka mata ternyata aku sudah berada di ruangan rumah sakit. Apa yang terjadi denganku?"Ratna ... Alhamdulillah kamu sudah sadar." Ternyata di ruangan ini hanya ada Mas Very yang tengah duduk di samping tempat tidurku."Mas Febi mana?" Netraku menyapu pandangan mencari sosok suamiku yang harusnya ada di sini."Tadi Febi keluar katanya mau beli makanan dulu." Lelaki ini menatapku lekat.Aku mengangguk pelan dengan senyum tipis yang kuperlihatkan. "Mas Very kenapa bisa tahu kalau aku ada di sini?""Tadi aku dengar saat Febi menerima telefon dari maminya, katanya kamu pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Terus aku minta ngikut saat Febi izin mau ke sini," paparnya menjelaskan."Kamu sebenarnya kenapa bisa sampai pingsan gini? Kamu sakit?" cecar Very ingin tahu."Iya, Mas. Hari ini aku lagi gak enak badan, tulang-tulangku berasa r3 muk dan sakit. Tapi, Mami m4 ksa nyuruh aku ngerjain semua pekerjaan rumah. Dan terakhir aku j4 tuh dari tangga, terus aku sudah gak ingat la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Part 10

    "Aku sudah mengatakan itu pada Mas Febi, tapi dia menolak." Aku gugup berhadapan dengan Mas Very.Wajahnya kini mendekat ke arahku, dua pasang mata saling bertukar pandang. Desir d4r ahku mengalir der as, serta degup jantungku memompa lebih cepat dari biasanya. "Kenapa katanya? Buat apa dipertahankan pernikahan toxic kayak gitu?" Pandangannya semakin lekat menatapku, Dan tangannya mmb3lai pucuk kepalaku yang tertutup hijab. "Mas Febi takut sama Papinya, karena Beliau tak menginginkan perc3 raian. Papi merasa bertanggung jawab atas hidupku setelah ibuku tiada, apalagi aku sekarang hidup seb4 tang kara," paparku lirih." Ya udah, kamu tidur sekarang! Dah malam noh. Kamu gak usah takut, aku akan menjagamu di sini dan aku tidak akan berbuat macam-macam sama kamu," ucapnya dengan senyum meneduhkan.Tak terasa tengah malam aku terjaga dari tidurku, karena ingin buang air kecil. "Ratna, mau ngapain?" Suara itu terdengar nyaring hingga aku terlonjak kaget dan segera menoleh."Aku mau ke to

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 11

    "Oh, jadi, diam-diam loe naksir Ratna? Sejak kapan?" Mas Febi mendorong kasar tubuh Mas Very hingga mundur beberapa langkah."Lo tidak perlu tahu."Mas Very menatap nyalang ke arah suamiku."Loe mau jadi pahlawan kesiangan?" Kini Mas Febi mendekati Mas Very seolah ingin menantang."Aku hanya ingin melindungi orang yang aku sayang, apakah itu salah?" "Kamu tanya? Kamu bertanya-tanya? Hei bro, Ratna itu istri gue, lo gak berhak dan gak perlu melakukan itu. Itu biar menjadi urusan gue!" "Mas Febi ... sudah, jangan berantem! Ini kantor, gak enak dilihat orang," ucapku melerai perdebatan sengit mereka." Dan kamu __ Mentang-mentang aku tidak pernah menyentuhmu, lantas kamu godain temenku minta dib3lai, iya?! Dasar perempuan gatal!' Lelaki yang bergelar suami itu kini murka dengan tatapan nyalang ke arahku seraya menggerak-gerakkan telunjuknya tepat di depan wajahku kemudian berlalu pergi menuruni anak tangga.Kenapa dia ngomong seperti itu di depan sahabatnya, dan ini tempat umum. Kala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 12

    Buuugghh!!Bogem mentah spontan melayang ke pipi Very hingga membuatnya tersungkur di lantai. Tangan kekarnya mampu membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya."Apa loe bilang? Ayo, ngomong sekali lagi! Biar gue hajar loe sampe bonyok!" Kedua tangan Febi mencengkeram kerah kemeja Very dengan tatapan nyalang penuh amarah."Gue ngomong apa adanya. Dari pada loe sia-siakan Ratna dengan tidak memenuhi haknya, lebih baik loe lepasin aja dia." "Gak usah loe ceramahin gue! Lebih baik diam!" Kedua tangan Febi mendorong kasar dada bidang lelaki yang dibawah cengkeramannya hingga dia terlentang di lantai granit berwarna cokelat susu itu Suami dari Ratna itu berlalu meninggalkan Very yang masih tergeletak di lantai begitu saja lalu beranjak menuju ruangannya. "Pak, Bapak kenapa mulutnya berdarah? Siapa yang melakukannya?" tegur sekertarisnya di kantor yang biasa ia panggil dengan nama Amanda. Dia melintas di depannya. Tangannya dengan sigap menyeka darah yang mengalir di sudut bibir Ve

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16

Bab terbaru

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 57

    "Ver, gimana kalau lo sewa jasa Detektif?" pesan dari Febi sudah kubaca."Boleh, lo yang cari y?" pintaku berbalas."Siyap, Bos." ***Itu dua orang kenapa ya dari tadi ngikutin aku terus? Emangnya aku orang kaya apa yang kalau diculik dapat tebusan?Kalian salah kalau mengira aku anak orang kaya. Tapi, apa mungkin mereka orang suruhan Mas Very yang disewa untuk mencariku? Secara dia kan, orang berduit, yang gak mau capek dan karena kesibukan yang menyita waktunya. Ah, apa iya dia masih menginginkanku untuk jadi pendamping hidupnya? Sementara di rumahnya sudah ada calon yang disiapkan orang tuanya.Gak usah ngarep, Ratna. Dia orang berduit, gampang kok kalau mau mencari 1000 Ratna, gumamku.Dengan langkah cepat, setengah berlari aku terus menghindari dua orang yang sedari tadi ngikutin aku terus. Padahal aku pengen buru-buru sampai kontrakan biar bisa merebahkan tubuhku ke kasur. Rasanya punggung ini pegel banget seharian mondar-mandir mulu.Sekarang mending aku lewat jalan pintas aja

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 56

    "Iya, aku karyawan baru." Netraku menyisir ke arahnya yang kini berdiri tepat di hadapanku. Seorang lelaki berkulit hitam manis dengan rambut lurus tersenyum ke arahku."Perkenalkan aku Reno, karyawan di sini." Ia menyodorkan tangan ke arahku hendak mengajakku kenalan. "Aku Ratna." Aku menerima uluran tangannya Kami berdiri mematung, saling diam dalam kekakuan karena baru kenal. Lantas aku menarik diri mencoba menghilangkan rasa gugupku dengan menata barang dagangan di rak agar tersusun rapi. Dan dia pun sama mengerjakan tugasnya seperti biasa."Reno, nanti kamu kasih tahu Ratna ya tugas-tugasnya apa saja. Misal kamu mau istirahat jangan ditinggal tokonya, kamu gantian saja!" titah Pak Haji pada lelaki yang berdiri tak jauh dariku."Iya, Pak Haji," sahutnya cepat tanda mengerti."Ratna, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan ngomong sama Reno ya! Bapak tinggal dulu," selorohnya dengan ramah."Iya, Pak Haji," sahutku sambil menganggukkan kepala.Kemudian pemilik toko itu berlalu per

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 55

    "Kenapa loe? Suntuk amat kayaknya?" tegur sahabat sekaligus partner kerja Febi saat di kantor."Gue lagi pusing," sahut Very tak bersemangat, ia mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya. Kemudian menyalakannya dan langsung menghisapnya."Pusing kenapa? Loe lagi berantem sama Ratna?" desak Febi ingin tahu, ia pun ikut mengambil rokok yang ada di atas meja dan menyalakannya."Bukan berantem, tapi Ratna diusir dari rumah sama Nyokap gue," tukas sang CEO di kantor Febi sendu sambil mengusap wajahnya dengan kasar."Kok, bisa? Memangnya kenapa? Terus Ratna pergi kemana sekarang?" cecarnya dengan mata yang terbelalak karena kaget."Nyokap gak suka sama Ratna karena takut dia menggagalkan rencana perjodohanku dengan Sean. Sampai sekarang gue belum tahu keberadaannya, kemarin sudah nyari tapi lom ketemu." Tatapan kekasih Ratna itu menatap ke sembarang arah, hatinya limbung, pikirannya pun kacau."Kalau Bokap gue denger, loe pasti dimaki abis, soalnya Bokap gue itu sayang banget sama dia."

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 54

    Ya Allah aku mesti kemana ini? Nyari kontrakan kan gak gampang, mana ini bukan daerah sendiri lagi!! Kaki ini terus melangkah menyusuri komplek perumahan elit menuju jalan raya. Dan lima belas menit kemudian aku sampai di halte, terdiam sendiri sambil duduk di halte menunggu kendaraan umum yang lewat.Nyonya bilang aku harus pergi jauh agar tak bertemu dengan Mas Very lagi, huuuufftt. Ingin rasanya menangis meratapi nasib ini, aku sendiri, tak ada saudara atau kerabat di sini. Keluarga besar Ibu dan Bapak jauh di luar pulau, dah gitu kami lost contack semenjak aku pindah ke kota."Neng, mau naik?" tanya Pak kenek saat melihatku."Iya, Bang, ke terminal ya?" tanyaku memastikan."Iya, Neng. Ayok, naik!" ajaknya, ia turun lalu mempersilakan aku duduk di jok yang kosong. Kemudian mobil melaju hingga beberapa menit baru sampai terminal."Neng, sudah sampai terminal," tutur Pak Kenek memberitahu. Dan aku langsung turun setelah memberi ongkos.Kemudian aku naik bis ingin ke makam Ibu dulu, t

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bba 53

    "Ver, gue mau dong disuapin sama Ratna, kayaknya enak deh." Dia menatapku penuh arti dan seolah ada maksud tersembunyi, entahlah aku juga gak yakin.Ddeegg!! Apa? Dia mau aku suapin, gak salah? Selama nikah aja dia gak pernah memintaku seperti ini, kenapa sekarang ...? Why??Sekilas aku melirik ke arah kekasihku, ternyata mimik mukanya menunjukkan kalau dia ...iya dia sepertinya tak suka tapi berusaha tersenyum meski sangat terlihat terpaksa."Ayo, dong, aku mau nyobain spagetinya. Kamu bikin sendiri?" Mas Febi sepertinya tak sabar ingin nyobain makanan yang aku buat. Lantas aku segera mengarahkan garpu yang sudah dikaitkan dengan spageti ke mulutnya, dan dia sudah siap menerima suapan dariku.Sesaat dia terpejam menikmati setiap sentuhan rasa yang menempel di lidahnya."Enak banget, sumpah. Baru kali ini aku makan spageti seenak ini, restoran bintang lima aja kalah. Gila ... ini enak buanget." Mas Febi terus nyerocos mendeskripsikan semua rasa yang ia nikmati."Ya enaklah orang tin

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 52

    "Ya, udah besok kita nikah yuuk, biar bisa mandi bareng," cakapnya membuatku terkejut setengah mati. Emang segampang itu nikah? Restu aja lom dapet. Huuuftt!!!"Jangan becanda deh?" protesku sambil bersungut, sebenarnya itu ungkapan yang ingin aku dengar secepatnya. Tapi, mengingat orang tuanya yang tak merestui hubungan kami, itu menjadi suatu yang sulit untuk mewujudkannya."Aku serius, sayang, malahan seratus rius loh." Ia begitu gigih meyakinkanku atas perasaan dan niat seriusnya. Tapi aku sendiri menjadi dilema??"Tapi gimana dengan Tuan dan Nyonya besar? Mereka gak ...." Belum selesai ngomong dia sudah duluan memotong ucapanku."Huusstt!! Kamu gak usah khawatir soal itu. Aku lelaki bisa tetap nikah tanpa wali, aku tak peduli bagaimana keputusan orang tuaku nantinya." Ia seakan begitu semangat untuk terus melanjutkan hubungan ke jenjang serius. Aku mencintai dan menyayanginya sepenuh hati, rasa ini pertama dalam hidupku. Bahkan, meski aku kemarin sempat menikah selama 6bulan kur

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 51

    "Sean, kamu itu cantik, pintar, punya segalanya. Pasti banyak cowok yang tertarik sama kamu." Tatapan mataku menyisir pandangan ke arahnya yang duduk tepat di hadapanku."Lantas?" Sean menyipitkan matanya seolah sedang menerka maksud ucapanku."Kamu bisa cari cowok lain selain aku, karena aku sudah mencintai wanita lain." Hatiku begitu mantap mengungkapkan apa yang kurasa, meski nanti pasti akan dapat penolakan dari orang tuaku dan orang tuanya.Kuhisap rokok yang ada di tanganku dan menghembuskan asapnya ke samping. Aku gak mau dia menghisap asap rokokku."Apa kamu bilang?" Wajahnya ia dekatkan ke arahku dengan pandangan melebar seolah ingin mendengar lebih jelas lagi."Aku tidak bisa mencintaimu karena ada nama wanita lain di hatiku," ucapku memperjelas dengan keyakinan yang mantap."Si_siapa dia? Wanita mana yang bisa mengalahkan pesonaku? Selama hidupku aku tak pernah mendapat penolakan dari seorang lelaki. Bahkan, tinggal tunjuk aja, lelaki itu takhluk di hadapanku!" sarkasnya d

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 50

    "Mamah ... kapan pulang?" Lelaki yang kini sudah menjadi kekasihku melangkah masuk melalui pintu utama dan langsung menghampiri mamahnya."Tadi sore jam 3 an, kamu baru pulang kerja?" Nyonya besar langsung memeluk putranya erat.Aku dan Bibi sedari tadi sibuk menyiapkan makan malam besar karena katanya malam ini keluarga Sean_cewek yang dijodohkan dengan Mas Very mau datang dan makan malam di sini. "Iya, soalnya di kantor lagi banyak kerjaan. Uuh, capek banget, aku ke kamar dulu ya, Mah mau mandi," tukasnya sambil meregangkan otot-ototnya dengan menaikkan kedua tangannya ke atas. Lalu beranjak pergi."Oh, iya, Very, nanti jam 7 malam keluarga Sean mau ke sini. Kita makan malam bersama," cetusnya dengan lantang. Tiba-tiba ia berjalan menghampiriku yang masih sibuk menata hidangan di meja."Sayang, kamu masak apa? Banyak banget makanannya," bisiknya di telingaku."Memangnya barusan gak dengar apa, kalau calon istrimu mau datang ke sini," ketusku dengan memasang wajah cemberut."Masa?

  • TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN   Bab 49

    "Mas ... jaga ucapanmu, tak selayaknya kamu meminta begituan saat kita belum halal! Kalau kamu sayang sama aku, tolong jaga nama baikku." Mataku seketika memanas mendengar ucapannya yang konyol itu."Aku kecewa sama kamu, Mas, ternyata kamu sama saja seperti pria di luaran sana yang tak bisa menahan napsu." Kini tatapanku berubah sangar dengan mengeratkan gigi."Sayang, maaf ya, aku gak bermaksud begitu, aku cuma mau mengetes kamu aja. Aku pikir kamu wanita ....""Gampangan yang bisa menyerahkan mahkotanya pada lelaki sebelum akad? Tidak, Mas, aku tidak sehina itu meskipun aku orang miskin tapi aku tahu batasannya.""Sayang, tolong maafin aku." Tangannya langsung meraih tanganku tapi dengan segera aku hempaskan.Aku keluar menuju pintu utama, berjalan ke arah taman depan meninggalkan Mas Very di dapur dengan perasaan kacau dan emosi."Eheemm ...." Suara bariton tiba-tiba mengagetkanku, seketika aku langsung menoleh ke arah sumber suara."Mas Fe_bi," lirihku sambil menatap wajahnya se

DMCA.com Protection Status