Share

6

Saras berdiri di depan pintu kamar Leona dengan perasaan cemas, sementara kedua anaknya yang sudah sangat mengantuk di biarkan merengek. 

Wanita itu menggigiti kuku jarinya, bayangannya Leona dan Denis melakukan adegan ranjang memenuhi kepalanya. 

"Mama, kami mengantuk," rengek Miko, terbiasa tidur siang di tambah lagi baru melakukan perjalanan membuat keduanya mengantuk.

Sebuah ide melintas di kepalanya. "Tunggu Miko,” kata Saras. “Minta Om Denis menemani Miko tidur, merengek atau menangis tidak papa, yang penting buat Om Denis bersama Miko dan Mayra ya," hasut Saras pada kedua anaknya.

Ceklek…

Tidak lama pintu kamar itu terbuka, Denis menampakan dirinya, rambut acak-acakan dengan kemeja yang tak terkancing sudah membuktikan jika keduanya tengah melakukan apa yang Sarah pikir.

"Saras, ada apa?" Denis menatap wanita itu, terlihat ada Miko dan Mayra memegangi kaki ibu mereka dengan deraian air mata.

Tidak lama Leona ikut menyusul, wanita itu menyembulkan kepalanya di samping Denis. "Mbak, ada apa?" tanya Leona heran.

"Maaf ganggu Leona, ini Miko dan Mayra terbiasa tidur dengan Papanya, karena Papanya sedang tidak ada disini jadi aku bingung," alibinya mencari alasan.

"Om, temani Miko tidur." Miko mendongak, anak itu memegangi lengan Denis.

Sontak saja Denis dibuat bingung dengan permintaan anak-anak itu, pria itu menatap Leona yang ada di sebelahnya.

"Biar ditemani mas Denis dulu mbak, siapa tahu mereka bisa tidur dengan anteng," Putus Leona akhirnya.

Dalam hati Saras bersorak riang, tidak sesulit yang dia bayangkan.

"Benar nggak apa-apa Leona, aku nggak enak ganggu kalian, tapi gimana lagi, Miko dan Mayra menangis terus," ujarnya.

Denis paham betul jika itu hanya alasan yang Saras buat.

"Kamu nggak apa-apa sayang?" Denis kembali menatap Leona, terlihat sang istri tersenyum, namun Denis tahu jika Leona terpaksa mengiyakan.

"Iya nggak apa-apa, aku tunggu kamu di kamar," putusnya.

"Makasih banyak ya Leona," ucap Saras, wanita itu menuntut Miko dan Mayra masuk ke kamar lain.

Sementara Denis mau tidak mau harus mengikuti rencana yang sudah Saras buat, entah apa yang sebenarnya wanita itu lakukan, Denis dibuat pusing karenanya.

"Aku coba bantu tidurin mereka ya, tunggu aku!" Denis melumat singkat bibir Leona sebelum ia menyusul Saras.

"Iya," jawabnya tanpa rasa curiga sama sekali.

Denis melempar senyuman pada istrinya itu. Lantas menyusul masuk setelah Leona menutup pintu kamar mereka.

"Ras, kamu apa-apaan sih?" 

Denis menutup pintu kamar itu, ia menatap kesal pada Saras yang nampak santai saja. Bahkan kini wanita itu mengunci pintu.

"Mana yang lebih penting? Miko dan Mayra atau dia? Apa kamu lebih memilih memuaskan Leona dibanding menemani Miko dan Mayra?" tuduhnya.

Denis berdecak, keputusan salah karena dia setuju membawa mereka kemari, padahal ini bisa membahayakan rencana yang sudah disusunnya.

"Kamu jelas tahu apa tujuanku Ras, jangan kekanakan, kita sudah sepakat, seharusnya kamu bersabar dan membiarkan aku menyelesaikan semuanya, bukan malah bersikap seperti ini!" sahut Denis kesal.

"Aku tidak tahan mas, aku stress memikirkan kamu dan Leona, aku cemburu." 

Saras memeluk tubuh Denis, dilihat dari sudut manapun Leona memang cantik, tentu ada ketakutan sendiri dalam hati Saras jika harus lebih lama menunggu. Dia takut jika akhirnya Denis tergoda dan melupakan tujuan utamanya.

Denis menghela napas dalam. Dia memahami betul perasaan Saras, hanya saja tak mungkin dia mengabaikan Leona, apalagi hubungan mereka baik-baik saja. Akan menjadi boomerang jika Denis mengubah sikapnya.

"Mama, ngantuk," ucap Mayra yang sudah sedari tadi menunggu Mamanya.

"Sana, tidurkan Mayra dan Miko dulu! Kasihan, mereka pasti lelah," bujuk Denis.

"Tunggu di sini! Jangan keluar dulu," rayu Saras dengan suara manjanya.

"Iya," jawab Denis singkat.

Saras bergegas mendekati anak-anaknya, wanita itu berusaha menidurkan Miko dan Mayra, kepalanya sudah dipenuhi berbagai rencana agar nanti Denis dan Leona tidak melakukan hubungan badan.

Sementara Denis menjatuhkan bobot tubuhnya di atas sofa yang ada di dalam kamar. Laki-laki itu pun merasa was-was, jika sikap Saras terus seperti ini, cepat atau lambat Leona pasti akan tahu. 

Sebisa mungkin Denis akan membujuk Saras agar segera pergi meninggalkan rumah itu.

Tidak butuh waktu lama sampai Miko dan Mayra terlelap. Saras bangkit dari ranjang dan mendekati Denis yang tengah melamun. 

Wanita itu membuka kancing kemejanya satu per satu. Lantas melemparnya ke sembarang arah. Menyadari apa yang akan Saras lakukan membuat Denis panik.

"Ras, apa yang kamu lakukan?" tanya Denis syok.

"Melakukan apa yang ingin kamu dan Leona lakukan." 

Dalam sekejap Saras bersimpuh di sela-sela paha Denis. Wanita itu menatap Denis dengan penuh gairah. Tangannya bergerak lincah membuka kancing celana Denis. 

Jika sudah begini Denis hanya bisa pasrah, sulit baginya menolak Saras. Wanita itu pandai membuatnya bergairah, permainannya begitu lihai jika dibandingkan dengan Leona. Hanya saja, jiwa lelakinya selalu tak pernah puas bermain dengan satu wanita.

Mulut Saras melahap habis benda tumpul yang sudah begitu mengeras. Sontak hal itu membuat Denis memejamkan mata menikmati. Walaupun dalam hati ia pun takut jika tiba-tiba Leona datang ke sana.

"Kamu begitu hebat, Sayang," puji Denis, membuat Saras tersenyum simpul. Dia yakin setelah ini Denis tak akan menggagahi Leona. Dia akan membuat Denis lelah.

Detik berikutnya, Denis menuntut Saras untuk naik ke pangkuannya. Seperti tidak ada bosannya mereka terus bercumbu. Denis melahap habis daging kenyal yang ada di hadapannya. 

Hal itu membuat Saras menggila, wanita itu seakan sengaja mengeluarkan suara erotisnya, dengan terus mendesah dan menyebutkan nama Denis. Namun Denis yang masih dalam keadaan waspada melahap bibir itu, dia tak mau jika ada yang mendengar suara Saras. Apa lagi kamar ini tidak kedap suara seperti kamarnya.

"Akkhh mass.. Aku mau ke-"

Denis kembali membungkam mulut Saras, keduanya mengubah posisi menuntaskan hasrat yang sama-sama hampir sampai di akhir.

Sementara, di kamar sebelah Leona baru saja selesai mandi, wanita itu mengenakan pakaian seksi untuk menarik perhatian Denis. Jujur dia sedikit kesal karena aktivitas mereka tadi harus terhenti, namun di sisi lain Leona jadi memiliki kesempatan untuk bersiap. 

la menyemprotkan wewangian dikamarnya, tak lupa memoles wajahnya dengan make-up tipis. Hanya tinggal menunggu Denis kembali dari kamar sebelah, ia bisa mengurangi rindunya selama empat hari ini.

"Jangan seperti ini lagi Ras, apa kamu mau rencana dan pengorbanan yang sudah kamu lakukan berakhir sia-sia. Kamu tahu aku melakukan ini untuk kamu dan anak-anak kita, jadi jangan terlalu lama di sini, agar aku juga bisa bergerak cepat menyelesaikan semuanya," ucap Denis seraya mengenakan pakaiannya kembali.

"Kasih aku kepastian mas, kapan saat itu tiba? Sampai kapan lagi aku harus bertahan? Setiap kamu bersama dengannya, aku selalu gelisah, aku takut," sahut Saras.

Denis menghela napas dalam. Pria itu mendekati Saras. "Sedikit lagi, hanya tinggal perusahaan utama, aku harus mendapatkan itu untuk bekal anak-anak kita nanti, sabar ya?" Denis mengecup dahi Saras yang masih tergeletak diatas sofa tanpa sehelai benang pun.

Saras hanya bisa mengangguk, dan lagi-lagi harus menunggu semuanya selesai. 

"Tolong jangan bercinta dengan Leona selama ada aku di sini," katanya dengan wajah memelas.

Denis mengangguk. "Aku keluar dulu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status