Matahari menyelinap masuk lewat celah tirai, menyilaukan mata wanita cantik yang masih terpejam. la meraba sisi ranjang, mencari sosok gagah yang bisa dipeluknya, namun sayang tidak ada siapapun disana. Seketika Leona langsung terjaga, wanita itu terduduk diatas ranjang, menatap sekeliling mencari keberadaan suaminya."Mas," panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur.Tidak mendapati jawaban dari Denis. Leona pun bangkit, ia membuka pintu toilet, namun tetap saja tidak ada Denis disana. "Kemana sih mas Denis?" tanya Leona heran. la membuka tirai gorden, seraya membuka pintu balkon, membiarkan udara segar masuk kedalam kamarnya. Samar-samar rungunya mendengar suara canda gurau dari arah bawah. Leona mendekati balkon, ia menilik ke arah kolam, nampak suaminya sedang berenang bersama Miko dan Mayra, ada pula Saras yang turut menyeburkan diri, padahal cuaca masih sangat pagi.Semula Leona tampak biasa saja, namun saat ia melihat Saras berenang mendekati suaminya ia mulai heran. En
"Aku berangkat ya." Denis mendekati Leona mengulurkan tangannya kehadapan istri mudanya itu. Sementara Saras hanya bisa menyaksikan, tak bisa ia melakukan hal yang sama, ternyata setiap hari Denis dan Leona akan bersikap manis seperti ini. Membayangkan saja sudah membuatnya muak."Iya, hati-hati ya mas," ucap Leona dengan senyum manisnya."Ras, Miko, Mayra, Om pergi dulu ya," seru Denis pada istri tua dan kedua anaknya."Iya Om," sahut mereka.Denis melempar senyuman pada Leona seraya mengusap pucuk kepalanya, dan setelah itu ia pergi menghampiri Tomy yang sudah menunggu.Tidak seperti biasanya, setiap akan pergi ke kantor Denis pasti akan mencium keningnya. Namun pagi ini suaminya berlalu begitu saja, padahal Leona sudah menunggu ciuman hangat sang suami."Pasti mas Denis malu," batin Leona. Wanita itu berlalu masuk, kembali mendekati Saras dan kedua anaknya yang masih duduk di meja makan."Mbak Saras nggak mau jalan-jalan?" tawar Leona.Saras yang tengah menyuapkan nasi ke mulut Ma
Jam makan siang Denis menemui salah satu perwakilan Perusahaan Dirgantara. Pria itu melenggang masuk kedalam resaturant dimana dia akan menemui seseorang. Di dampingi oleh Leo, pandangan pria itu mengedar kesana kemari mencari meja yang sudah dipesan. Seseorang yang ditunggu belum menampakan diri. "Itu kursinya pak," ucap Leo menunjuk salah satu meja kosong yang sudah ia pesan. "Mereka belum datang?" tanya Denis. "Belum, tidak apa-apa kita menunggu, lagi pula ini kesempatan emas Pak, bapak sudah menunggu selama dua tahun untuk bisa meyakinkan Dirgantara," sahut Leo. Denis mengangguk, benar apa yang Leo katakan, kesempatan ini tidak boleh ia sia-siakan. Jika sudah mendapat kerja sama dengan prusahaan itu, maka Denis bisa mengeksekusi tujuannya. Jarum jam ter
"Ini susunya, Sayang!" Leona menyerahkan botol susu pada Mayra yang tengah berbaring di pangkuan ibunya. "Maaf ya, Leona, jadi merepotkan kamu seperti ini," ujar Saras dengan raut wajah yang terasa begitu berat. Tak ada yang bisa membaca isi hati Saras. Seolah-olah di balik raut wajah berat tersebut, ia malah senang karena berhasil menjadikan Leona sebagai baby sister-nya. "Ah, tidak apa-apa, Mbak. Ini juga bagus, sekalian latihan untuk saya kalau nanti punya anak sendiri," sahut Leona dengan senyuman ikhlas. Saras hanya merespon dengan senyum sinis. "Tetaplah berharap sampai kamu lelah, karena tak akan pernah ada anak yang kamu harapkan itu," gumamnya dalam hati, penuh ejekan. "Mama, panas sekali!" Mayra tiba-tiba melemparkan botol susu itu ke lantai, membuat Saras dan Leona terkejut.
Leona membuka pintu kamarnya, matanya melototi ke sekeliling dengan tajam mencari sosok suaminya, Denis. Dia yakin sebelumnya Denis telah lebih dulu naik ke atas bersama Mayra, namun tidak ada tanda-tanda keberadaannya di sana. Leona menghela napas panjang, firasatnya mengatakan bahwa mungkin Denis tengah berada di kamar Saras. Tanpa pikiran panjang, langkah Leona bergegas menuju pintu kamar di sebelahnya. Baru saja tangan Leona hendak menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Denis muncul dengan cepat dari dalam kamar. "Leona, kamu sudah dari tadi di sini?" tanya Denis khawatir, ia takut seandainya Leona sejak tadi menguping perbincangan hangatnya bersama Saras. "Aku baru mau buka pintu. Aku kira kamu di kamar kita, ternyata kamu ada di sini," jawab Leona, bibirnya mengerucut merasakan keanehan yang terjadi. Denis menghela napas lega, kembali mengumpulkan tenaga dan p
Leona melangkah turun dari anak tangga, wajahnya berseri bagai cahaya matahari yang terpancar di senja hari. Tangannya terjalin erat dengan Denis. Senyum Leona yang tulus, mencerminkan harmoni dalam hubungan mereka. Sementara, di ujung meja, Saras tak bisa menahan iri melihat kedekatan keduanya. Denis, yang dulu begitu hangat dan perhatian terhadapnya, kini menjalin hubungan bahagia dengan wanita muda. Hati Saras mencelos dengan kepedihan. Sesekali pertanyaan muncul di pikirannya, "Apakah Denis benar-benar tak menaruh hati pada istri mudanya? Atau apakah ini hanyalah permainan waktu belaka?" Walau secara sadar Saras pun memahami, semua yang terjadi karena kesalahannya pula, itu mengapa Denis bisa bersama dengan Saras. "Mbak," sapa Leona dengan ramah, memecah lamunan Saras yang kelam. Saras mengangguk pelan, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Hai, Leona."
Denis meraba meja nakas, mencari ponselnya yang terdengar bergetar. Dengan mata setengah terbuka, pria itu membaca rangkaian kalimat yang dikirim melalui aplikasi chatting berwarna hijau. "Aku menunggumu di luar. Kalau kamu tidak keluar, aku akan mendatangi kamar kalian." Pesan singkat itu membuat Denis menghela napas panjang. Tak tahu untuk apa Saras memintanya keluar dilarut malam begini, padahal esok hari mereka akan menghabiskan waktu bersama. Karena sudah mengantuk, terpaksa pria itu mengabaikan saja, dan kembali meletakkan ponselnya di tempat semula. Baru saja kelopak matanya hendak tertutup, suara getaran kembali mengusik ketenangannya. Denis melirik pada Leona yang tidur dengan kepala bersandar di lengannya. Perlahan ia menggeser kepala Leona, lalu turun dari ranjang sambil membawa ponselnya. Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Denis membuka pint
"Masuklah ke kamarmu, aku akan mengecek siapa yang tadi di sini," perintah Denis, berusaha menjauhkan Saras dari situasi yang tengah dihadapinya. Sebenarnya, Saras ingin Leona segera mengetahui hubungan antara dirinya dan Denis, namun ia ingin menunggu hingga semua rencana dan ambisi Denis terwujud. Jika Denis berpisah dengan Leona tanpa membawa hasil apapun, akan jadi sia-sia pengorbanannya selama ini. Bahkan, sudah tentu ibu mertuanya pun akan terus mencibir dirinya. "Aku yakin ada seseorang yang menjatuhkan vas itu, Mas," gumam Saras dengan suara yang ketakutan. Alih-alih mendapat kepuasan, keduanya malah mendapat kejutan yang tidak terduga. "Tidak apa-apa, biar aku yang mencari tahu," ujar Denis seraya merapikan pakaiannya. Lalu, ia bergegas kembali ke dalam kamar untuk memeriksa keadaan istri mudanya, Leona. Sementar