Share

bab 4

Penulis: Kak Fonnia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu.

"Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.

Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.

Jin apa yang merasuki bosnya itu?

"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup.

"Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.

Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu.

"Iya, Pak!"

Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. 

Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. 

Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun dari mobilnya dan melangkah menuju pintu utama.

"Brandon?" Ikshan mengerutkan keningnya saat dia melihat kedatangan Brandon. 

"Selamat pagi, Bapak mertua." Brandon mengucap salam dan menghampiri Ikshan. 

Ikshan tidak menjawab dia menutup pintu rumah, tetapi belum juga tertutup rapat Brandon menahan dan mendorong pintu itu hingga pintu kembali terbuka lebar. 

"Jangan pernah datang gubuk jelek ini, jika kedatanganmu hanya menambah luka dan menginjak--injak harga diri keluarga kami!" Ikshan berucap dengan dengan suara lantang. 

Brandon tertawa dan tanpa permisi pria muda itu menerobos masuk ke dalam rumah sederhana itu dan dia menjatuhkan pantatnya pada sofa lusuh yang sudah puluhan tahun tidak ganti. 

"Kedatanganku ke sini, tentu saja membawa kabar baik untuk keluarga kalian. Aku akan membatalkan perceraianku dengan Jannah, aku ingin jadikan di istriku." Dengan entengnya Brandon mengatakan pada Ikshan jikalau dia membatalkan perceraian dengan Jannah. 

Tentunya Brandon punya niat terselubung yang dia ingin dari Jannah dan itu adalah perusahaan ayahnya yang akan diserahkan pada Jannah. Hanya dengan balikan dengan Jannah, maka dia akan kembali menjadi seorang CEO.

Ikshan tersenyum sinis dengan mata yang menatap ke arah Brandon. 

"Kamu masih muda, tapi kasihan sekali kamu tidak paham agama. Sepertinya kamu harus lebih banyak belajar agama, dari pada kamu hanya fokus dengan harta kekayaan dan menjelekan dan merendahkan orang lain!" Ikshan berucap sinis. 

Walaupun dikatai oleh Ikshan, tetapi Brandon masih bersikap angkuh. 

"Tidak usah sok paham agama, kamu itu orang miskin jadi tidak perlu yang seperti itu. Kamu seharusnya senang dengan adanya aku membatalkan perceraianku dengan Jannah, kalian bisa menjadi keluarga kaya dan terpandang." 

Sikap angkuh Brandon membuatnya lupa bahwa jika dia sudah menjatuhkan talak pada istrinya maka dia tidak akan bisa rujuk dengan istrinya tersebut. Terkecuali mereka menikah dengan orang lain dan mereka baru bisa rujuk kembali.

"Lebih baik kamu pulang dan bertanya pada kedua orang tuamu, apakah bisa rujuk dengan istri setelah kamu menjatuhkan talak tiga padanya?" Ikshan tidak mau berbicara panjang lebar dengan pemuda angkuh seperti Brandon.  Ikshan merasa muak pada mantan suami anaknya itu.

Sudah minim etika, minim juga tentang agama! 

"Dasar tua bangka! Dasar miskin!" Brandon memaki Ikshan. 

"Katakan pada Jannah kami akan kembali rujuk." Sesudah mengatakan itu Brandon langsung pergi. 

Ikshan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menatap kepergian pemuda angkuh itu. 

-

-

Di tempat lain Jannah baru saja selesai mendampingi atasannya meeting bersama klien. 

Jannah dan Abercio yang baru saja selesai meeting pun langsung mencari makan siang. Abercio bawa karyawan itu ke salah satu restoran ternama di kota itu.

"Kamu boleh pesan makanan kesukaan kamu dan saya yang bayar." Abercio berbicara dengan nada rendah dan tentunya tanpa ekspresi. Pria itu tetap bersikap dingin pada Jannah. 

"Terima kasih, Pak." Jannah yang merasa lapar langsung memesan makanan dan minuman untuk dirinya. 

"Bapak sendiri mau pesan apa?" tanya Jannah dan menyodorkan buku menu pada atasannya. 

"Samakan saja dengan punya kamu," jawab Abercio. 

Tidak mau bertanya dua tiga kali, Jannah pun memesan makanan yang sama dengannya untuk atasannya yang itu. 

Sambil menunggu makan siang mereka, atasan dan bawahan itu duduk diam dan sibuk mengotak atik ponsel mereka. 

Sekitar 15 menit akhirnya pesanan Jannah dan Abercio, hidang di atas meja dan mereka menyantap makan siang mereka dalam suasana hening. Tidak ada obrolan di antara dua manusia itu. 

"Bagaimana pernikahan kamu?" tanya Abercio memecahkan keheningan diantara dia dan bawahannya. 

Entahlah memiliki keberanian dari mana sehingga Abercio menanyakan pernikahan Jannah yang jelas-jelas dia sudah mengetahui kalau pernikahan bawahan itu kandas di hari pertama dan tentunya dia dengar kabar itu dari asistennya.

Jannah mengangkat kepalanya dan menatap atasannya dan tidak sengaja mata mereka saling bertemu. Jannah meletakkan sendok di atas piringnya, selera makannya seketika hilang. 

"Maaf, kalau saya bertanya seperti itu." Abercio merasa tidak enak hati karena sudah merusak mood Jannah saat santap makan siang. 

"Tidak masalah. Pernikahan saya kandas dan dalam proses perceraian," jawab Jannah dengan nada rendah. 

Abercio manggut-manggut dan dia kembali melahap makanan tanpa melanjutkan pertanyaan pada bawahannya. 

"Silakan lanjut makan siangmu," ucap Abercio. 

"Saya sudah kenyang." Jannah tidak ingin lanjut makan. 

Abercio meletakkan sendoknya dan dia bangkit berdiri. CEO tampan itu meninggalkan meja makan dan berjalan ke arah kasir. Dia membayar makan siang mereka. 

Jannah mengerutkan keningnya dan dia pun ikut bangun dan mengikuti langkah Abercio. Dia bertanya-tanya dalam hati, apa dia melakukan kesalahan sehingga atasannya itu berhenti makan dan pergi. 

"Pak, kenapa Bapak tidak lanjut makan?" Dengan ragu-ragu, Jannah bertanya pada atasannya. 

"Saya sudah kenyang." Abercio membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. 

Jannah juga masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah bangku kemudi. 

Abercio melesat mobil dan mereka kembali ke kota asal. 

-

-

"Bangun!" Abercio membangunkan Jannah. 

Jannah perlahan membuka matanya dan dia mengucek matanya. Jannah tertidur sepanjang perjalanan. 

Jannah dan Abercio baru saja tiba di perusahaan dan saat mereka sampai di sana sudah ada Brandon yang menunggu Jannah.

"Buruan turun, suamimu sudah tunggu kamu." Abercio membuka membukakan pintu dan membiarkan Jannah keluar dari mobilnya. 

Jannah menajamkan matanya dan seketika raut wajahnya langsung berubah kusut. 

"Antar saya pulang, saya tidak mau bertemu pria itu lagi." Berani-beraninya Jannah meminta Abercio untuk mengantarnya pulang. 

Tapi lucunya Abercio tidak menolak ataupun marah pada bawahannya itu. Abercio langsung melesat mobil menuju kediaman Jannah. 

Setiba di rumah, Jannah keluar dari mobil atasannya dan tidak lupa dia berikan uang lima puluh ribu pada Abercio. 

"Ini sebagai bayaran karena Bapak sudah antar saya pulang." Jannah menyodorkan uang 50 satu lembar pada Abercio. 

Abercio tidak mengambil uang itu, tetapi dia langsung melesat mobilnya kembali ke rumahnya. 

Abercio hanya bisa menggerutu dalam hatinya dan mulutnya berkomat kamit. Karena ini adalah pertama kalinya seorang bawahan berani menyuruh-nyuruh  seperti ini.

'Sialan' umpat Abercio. 

Bersambung ...

Bab terkait

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 5

    "Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 6

    "Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 7

    DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 1

    "Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 2

    "Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 3

    Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp

Bab terbaru

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 7

    DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 6

    "Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 5

    "Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 4

    Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 3

    Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 2

    "Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 1

    "Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran

DMCA.com Protection Status