"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu.
"Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka.Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan."Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas."Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah.Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut.Brandon sangat bahagia melihat Jannah menandatangani surat gugat itu. Setelah Jannah tanda tangan, Brandon menarik kertas tersebut dan memasukan ke dalam tasnya.Tanpa pamit Brandon meninggalkan kediaman Jannah. Pria itu mengendarai mobilnya meninggalkan kediaman Jannah.Sedangkan Jannah, wanita itu duduk dengan kepala menunduk. Hatinya sangat sakit dengan semua yang dilakukan oleh Brandon padanya.'Aku tidak boleh lemah, aku harus bisa menghadapi ini semua.' Jannah bergumam lirih dalam hati. Sesudah itu dia langsung bersiap diri untuk berangkat kerja.Jannah pun bersiap siap diri dan berangkat kerja.Jannah memutuskan kembali ke kantor setelah tiga hari libur. Dia bertekad untuk tidak berlama-lama hanyut dalam kekecewaan.Jannah memasuki ruangan yang akan menjadi tempatnya melupakan semua masalah.Setibanya di ruangan, Jannah langsung disambut pelukan hangat oleh Ratna. Rekan kerjanya yang begitu pengertian."Aku turut prihatin."Aku turut prihatin, Jan," ucap Ratna."Kamu yang kuat, ya? Mungkin dia bukan jodoh kamu, oleh sebab itu Sang Maha Pencipta menunjukan sifat aslinya," ucap Ratna, lagi."Kamu tetap semangat, kami yakin kamu bisa melewati ini semua." Ratna menyemangati Jannah dengan tangannya mengusap punggung Jannah.Tidak hanya Ratna yang memberikan dukungan pada Jannah, tetapi sesama karyawan lain juga menyemangati Jannah agar bisa menerima semuanya dengan lapang dada."Terima kasih kalian sudah support aku," ucap Jannah."Iya, sama-sama," jawab rekan kerja Jannah yang berjumlah tiga orang.Para rekan kerja Jannah sangat peduli pada Jannah, mereka pun memeluk Jannah guna memberikan semangat pada rekan kerja mereka itu.Usai berbicara dengan sesama teman kerjanya, Jannah pun melangkah menuju ruangannya. Jannah meletakkan tasnya di atas meja dan dia pun duduk di kursinya.Baru juga Jannah duduk tiba-tiba ada asisten CEO perusahaan masuk ke dalam ruangannya."Selamat pagi, Bu Jannah. Ibu Jannah dipanggil sama CEO," ucap asisten pribadi CEO perusahaan. Namanya Frans."Baik, saya akan ke sana," jawab Jannah.Sebelum ke ruangan CEO, Jannah merapihkan baju dan juga rambutnya. Karena CEO perusahaan tidak suka dengan karyawan yang berpenampilan yang berantakan."Selamat pagi, Tuan," ucap Jannah dengan kepala yang sedikit menunduk."Bagaimana dengan laporan yang saya tugaskan ke kamu? Apa sudah kamu selesaikan?" Tanpa menjawab salam Jannah, CEO itu menanyakan berkas yang ditugaskan pada Jannah beberapa hari lalu dan Jannah sendiri sudah janji kalau dia bakalan selesaikan proposal tersebut. Tetapi sampai hari ini Jannah belum juga menyerahkan proposal itu pada CEO."Saya minta maaf, Tuan. Saya belum mengerjakan proposal yang Tuan minta." Jannah berkata pelan dengan kepala tertunduk malu.BRAK .....Pria itu menggebrak meja dengan sangat kencang, sampai membuat Jannah terperanjat."Selama ini kamu kemana saja, ah?!" bentak pria itu, menjatuhkan tatapan tajam, yang tajamnya melebihi sebuah pisau. Sedangkan Jannah masih tertunduk."Saya sudah memberikan tugas itu sebelum kamu ambil libur tiga hari dan kamu sendiri sudah berjanji, akan memberikan proposal itu setelah hari pernikahan kamu!" Pria itu tidak mampu menyembunyikan kemarahannya."Apa kamu terlalu sibuk berbulan madu? Sehingga kamu lupa mengerjakan proposal?" sindirnya terus memojokkan Jannah.Pria berparas tampan bertubuh tegap itu adalah Alexander Abercio, CEO perusahaan tempat Jannah bekerja. CEO itu sangat kejam dan sikapnya sangat dingin."Saya tidak mau tahu hari ini juga kamu kerjakan proposal itu dan hari ini juga kamu kumpulkan pada saya!" ujar Abercio."Baik, Tuan," jawab Jannah disertai anggukkan kepala.Setelah itu Jannah pun pamit dan kembali ke ruangannya.Masalah yang dihadapinya saat ini membuatnya lupa dengan pekerjaannya. Sungguh sial hidup Jannah beberapa hari ini. Digugat cerai sang suami dan dimarahi atasan karena tidak mengerjakan proposal."Hah! Sungguh sial nasibku," ujar Jannah dengan mata berkaca-kaca. Jannah menyeka air matanya, setelah itu Jannah fokus dengan pekerjaannya.Jannah yang tidak mau dimarahi oleh sang atasan dia mulai mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio. Jannah mulai fokus pada layar komputer.Jika saat ini Jannah sibuk dengan pekerjaannya berbeda dengan Brandon. Pria itu baru saja pulang dari pengadilan dan dia langsung kembali ke perusahaannya."Dari mana?" tanya seorang wanita yang mengagetkan Brandon.Brandon menghentikan langkahnya dan dia melihat me arah sumber suara lalu dia tersenyum."Hai, sayang," sapa Brandon pada wanita yang memanggilnya. Brandon menghampiri wanita itu dan merangkulnya."Tinggal menghitung hari aku dan wanita miskin itu akan bercerai, dan aku akan menikahi." Brandon mendaratkan kecupan pada pipi wanita itu."Aku tunggu kabar baik darimu, aku juga sudah tidak sabar menjadi istrimu, sayang." Wanita berpakaian mini itu adalah Rosa Amelia, kekasihnya Brandon.Brandon menuntun kekasihnya itu menuju ruangannya dan Brandon dikejutkan dengan keberadaan Ayahnya yang ada di dalam ruangan kerjanya. Dengan cepat Brandon menjauhkan tangannya dari pinggang ramping sang wanita dan sedikit berjauhan dari wanita itu.Egi menatap putranya dengan tatapan sinis. Sorot mata pria paruh baya itu menatap Brandon dan Rosa secara bergantian."Ayah, di sini?" Brandon mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sang Ayah, akan tetapi sang Ayah mengibas tangannya."Ayah datang ke sini hanya mau menyampaikan kepada kamu bahwa mulai hari ini kamu bukan lagi CEO di perusahaan ini. Ayah mengambil kembali posisi dan jabatan itu." Dengan suara lantang Egi memberitahukan pada putranya, bahwa perusahaan itu akan dia ambil kembali dari tangan Brandon."Ma --- maksud, Ayah?" Brandon sangat tersebut dan syok dengan penurunan Ayahnya yang mengambil kembali perusahaan."Iya, mulai hari ini kamu jadi karyawan biasa di perusahaan ini." Setelah itu Egi langsung meninggalkan ruangan CEO.Brandon menatap kepergian Ayahnya dengan tatapan penuh kebencian dan juga amarah yang membludak."Ini semua pasti gara-gara Jannah!""Aku tidak akan membiarkan kamu hidup tenang Jannah, aku akan membunuhmu!""Aku akan membunuhmu Jannah. Wanita miskin kamu akan mati di tanganku!" Brandon mempersalahkan Jannah atas apa yang dilakukan oleh Ayahnya padanya.Ikshan, ayah dari Jannah telah mengorbankan satu ginjalnya untuk Brandon dan oleh sebab Egi menjodohkan Brandon dan Jannah agar membayar semua kebaikan Ikshan. Tapi, nyatanya Brandon mempermalukan keluarga Ikshan di depan orang banyak.Bersambung ...Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny
DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
"Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran
DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny
"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand
"Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran