Chapter: bab 13"Apa-apaan kamu?!" bentak Sean dan kembali bangun. Dengan raut wajah takut, Jessika turun dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu. Dia ingin kabur dari hadapan Sean. Tetapi sangat disayangkan sekali pintu tersebut sudah dikunci oleh Sean dan tentunya kuncinya ada di Sean.Dengan raut wajah merah padam Sean mendekati Jessika mengapit rahang wanita itu keras."Mau keman? Hm? Kabur? Silakan!" seru Sean lantang."Silakan kamu pergi, tapi jangan pernah berharap kamu bisa bawa darah daging saya!" ujar Sean murka. Plak!"Dia anak saya! Bukan anak kamu!" seru Jessika setelah melayangkan tamparan pada wajah tampan Sean."Kamu tidak berhak atas Lea!" seru Jessika lagi."Ha? Apa? Anak kamu? Kalau bukan saya yang meniduri kamu mana mungkin dia bisa ada di dunia ini! Oh, iya, saya tahu sekarang, kamu itu kan wanita murahan yang bisa jual diri pada lelaki di luar sana!" Sean juga tidak kalah sengit hingga dia mengatai Jessika wanita murahan.Jessika, menatap lekat nanar hitam lelaki di depann
Terakhir Diperbarui: 2023-07-04
Chapter: bab 13"Tidak! Biarkan Lea di sini sama saya!" Jessika tetap kekeh menahan Lea dibawa oleh Stella."Lea, sama Aunty dulu, Ayah mau bicara sama Ibu," ujar Sean dan mengambil Lea dari Jessika. Dengan berat hati Jessika membiarkan putri kecilnya di bawa oleh Stella."Nanti pulang sama Ibu, ya," ucap Jessika sebelum Alea dibawa oleh Stella masuk ke dalam kamar."Iya, Ibu,"Stella dan Alea masuk ke dalam kamar dan bermain.Jessika menghela nafas saat matanya tak melihat putrinya lagi."Ke kamar saya," ujar Sean dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.Jessika mengikuti langkah pria itu menuju kamar. Dengan perasaan tak gelisah sekaligus takut, Jessika masuk ke dalam kamar.Sean menduduki sofa yang ada di kamar itu dan menatap wanita di depannya. Dia mengambil bungkus rokok, mengeluarkan sebatang rokok lalu dia bakar dan dihisapnya sehingga asap rokok itu memenuhi ruangan kamar."Untuk apa datang jam segini?" tanya Sean memulai p"Saya minta kamu datang jam 7 bukan sekarang!" uj
Terakhir Diperbarui: 2023-07-01
Chapter: bab 12"Jessi, pulang, yuk!" ajak Stella."Kamu duluan saja, aku ada yang jemput," jawab Jessika jujur, karena Leon akan menjemputnya."Oh, ya, sudah aku duluan," pamit Stella dan berlalu pergi meninggalkan sahabatnya. Karena sudah jam pulang, Jessika merapikan meja kerjanya dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sesudah itu Ibu anak satu itu sudah lalu keluar meninggalkan ruangannya. Jessika membuka pintu ruangan dan dia terkejut saat mendapati Sean yang berdiri di depan ruangannya dengan kedua tangan yang lipat di depan dada."Pe--permisi, Tuan," ucap Jessika gugup.Tidak menjawab, Sean memundurkan langkahnya dan tetap menghadang jalan Jessika."Saya tunggu di rumah jam 7." Sean berucap datar. Tanpa menunggu jawaban dari Jessika, Sean, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Jessika. Jessika menghela nafas lega setelah Sean pergi. Dia juga ikut pergi.Leon sudah menunggunya di depan perusahaan."Enggak usah lihat kayak gitu kali!" seru Stella yang mengangetkan Sean yang tengah me
Terakhir Diperbarui: 2023-07-01
Chapter: bab 12Pagi-pagi sekali Stella sudah bersiap diri, dia mendapat tugas baru dari Sean untuk menjemput dan mengantar Aurora kerja.Stella memacu mobil menuju kediaman sahabatnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga hanya memerlukan waktu singkat untuk sampai ke kontrakan Jessika. Melihat ke datangan sahabatnya, Jessika mengerutkan keningnya. "Selamat pagi, cantik," ucap Stella dan menghampiri sahabatnya yang berdiri mematung dengan raut wajah bingung. "Kenapa lihatin aku kayak gitu?" tanya Stella dan menepuk pundak Jessika."Kamu ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Jessika."Ya, jemput kamu dong. Mulai sekarang sahabatmu yang cantik ini akan menjemput dan mengantarmu," jawab Stella dengan senyum manisnya. Jessika menghela nafas berat, dia sudah tahu kalau ini atas perintah Sean. "Ayo, buruan siap-siap kita berangkat kerja. Nanti kalau kita terlambat nanti di marahin sama Pak bos," ujar Stella. Jessika kembali masuk ke dalam dan tidak berapa lama dia kembali keluar dengan menenteng tas kerjan
Terakhir Diperbarui: 2023-06-30
Chapter: bab 11Sudah dua hari Alea di kediaman Ayahnya. Gadis kecil itu merasa nyaman saat berada di dekat Sean. Ya, walaupun dia juga merindukan sang Ibu"Ayah?" panggil Alea dengan suara pelan."Iya, sayang, ada apa?" jawab Sean dan tersenyum pada Alea. Saat ini Ayah dan anak itu duduk bermain di dalam kamar. Sean yang sedari tadi menyusun mainan putrinya kini matanya menatap sang putri dan mengusap lembut pucuk kepala gadis kecilnya."Apa Lea boleh ajak ibu ke sini?" tanya Lea."Boleh, sayang, kalau ibu mau bisa tinggal di sama Ayah," jawab Sean."Ayah, Lea mau pulang ketemu ibu," ujar Alea. Dia sudah merindukan sosok ibunya."Iya, besok pagi Ayah antar Alea pulang," kata Sean.Saat Ayah dan anak itu tengah berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Masuk!" seru Sean."Permisi, Tuan, di depan ada tamu," ucap seorang wanita pada Sean.Tanpa menjawab Sean langsung keluar dan meminta ART itu untuk menjaga dan bermain bersama Alea.Sean berdiri diam di ruang tamu dan menatap wanita yang
Terakhir Diperbarui: 2023-06-30
Chapter: buang bekal makanan"Ibu, kasih tahu siapa nama ayah, Lea?" tanya Stella.Mendengar pertanyaan Stella, Sean hanya menatap sepupunya itu dari spion kecil. "Tidak. Ibu tidak kasih tahu," jawab Alea.Gadis kecil itu terus saja bercerita tentang ibunya pada Sean dan Stella. Stella, yang merasa lucu dengan cerita Alea, dia tertawa dan merasa gemas pada gadis kecil itu. Sedangkan Sean, pria itu tetap fokus menyetir.Tidak berapa lama mereka sampai di salah satu restoran. Sean, mengendong tubuh mungil putrinya masuk ke dalam restoran.Mereka pun langsung memesan makan siang dan menyantapnya saat makan sudah dihidangkan di atas meja.★★★"Lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku bisa membeli makanan di kantin," kata Jessika."Sama sekali tidak merepotkan," jawab Leon."Aku jadi tidak enak sama kamu. Kamu selalu bantuin aku dan Alea," ujar Jessika.Pria bertubuh jangkung itu sedikit bergeser untuk lebih dekat dengan Jessika, lalu dia meletakkan tangannya di kepala Aurora dan mengusap pucuk kepala wa
Terakhir Diperbarui: 2023-06-28
Chapter: 29ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKW S216 TAHUN KEMUDIANPART 1“Ibu, Ayah, Ikhsan berangkat dulu, ya?” pamit Ikshan pada kedua orang tuanya. “Iya, sayang. Hati-hati di jalan,” jawab Ibnu pada putra smabungnya. “Tunggu adik kamu, Ikshan.” Adinda meminta putranya untuk tunggu putrinya. “Iya, Bu. Ikhsan tunggu di mobil,” jawab Ikhsan dan melangkah menuju mobilnya. Pernikahan Adinda dan Ibnu dikarunia seorang putri cantik yang sekarang mas duduk kelas satu SMA. Putri Ibnu dan Adinda bernama Jelita Mukaira. Sedangkan Ikshan sendiri adalah seorang dokter spesialis kejiwaan. Ikshan mengikuti jejak Ayah sambungan dan sekarang dia ditugaskan di rumah sakit yang dulu Ayahnya bertugas. “Sayang, buruan kakak sudah nungguin di mobil.” Adinda meminta putrinya untuk cepat-cepat ke mobil karena sudah di tungguin oleh Ikhsan. “Iya, Bu.” Jelita keluar dari kamarnya dengan sedikit berlari sambil menggendong tas di pundaknya. “Arunika? Aru?” panggil Adinda. Putri dari mantan suaminya itu belum juga k
Terakhir Diperbarui: 2024-08-30
Chapter: Bab 28Hari ini adalah hari bahagia Adinda dan Ibnu. Di mana saat ini dua pasangan itu tengah merayakan pernikahan mereka. Adinda sangat anggun dengan gaun pernikahan warna putih dan wajahnya terlihat sangat cantik dengan polesan make tipis. Sedangkan Ibnu, terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam yang sama dengan putra sambungnya. Kedua orang tua Ibnu sendiri memakai pakaian hitam putih sama seperti yang dikenakan oleh kedua mempelai. Sedangkan para undangan diwajibkan untuk memakai baju warna sage. Pernikahan Ibnu dan Adinda sangat meriah dengan dekorasi yang sangat bagus. Setelah bersalaman dengan kedua mempelai para tamu undangan langsung di arahkan untuk mengambil makanan yang sudah terhidang di atas meja makan. Selain para tamu undangan yang diundang oleh keluarga Ibnu, ada juga Ferri yang hadir di sana. Dia juga mengucapkan selamat pada Adinda dan Ibnu. Setelah itu pria paruh tua itu menyantap makanan bersama para tamu undangan yang lain. Ikshan duduk dan makan bersa
Terakhir Diperbarui: 2024-07-25
Chapter: Bab 27"Ayah?" "Iya, ini Ayah. Ayah yang kamu sekap di dalam gudang dalam keadaan kaki dan tangan kalian ikat," ucap Ferri. Mendengar perkataan sang Ayah, Roy tertunduk malu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia menyesal karena telah melukai hati Ayahnya."Ayah? Roy, Roy minta maaf. Roy, salah Ayah." Dengan suara bergetar, Roy meminta maaf pada Ferri. Ferri melangkah lebih dekat dengan putranya itu dan duduk didekat Roy. Kini jarak Ayah dan anak itu sangat dekat. Ferri menepuk pundak Roy dan matanya menatap putranya. "Bagaimana kabar ibu kalian?" Ferri menanyakan kabar istrinya pada Roy, putranya. "Ibu, ibu sakit, Ayah. Ibu stroke," jawab Roy nasih dengan kepala yang menunduk dan masih dengan rasa bersalah. "Bagaimana dengan kakakmu dan keluarganya?" Ferri kembali bertanya dan kali ini beliau menanyakan kabar putri pertamanya. Mira. Roy yang tadinya hanya mengetes air mata secara diam-diam, kini dia tidak bisa bendung lagi air matanya dan isak tangisnya pecah. "Kak Mira sudah meninggal
Terakhir Diperbarui: 2024-07-23
Chapter: bab 26Saat ini Adinda Ibnu sudah sampai di rumah. Kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh Ikshan. "Mama? Papa?" panggil Ikshan dan berlari ke dalam pelukan Ibnu. Ibnu sedikit membungkuk tubuhnya menyambut pelukan Ikshan. "Ayo, masuk dulu." ajak Marta. "Iya, Bu." Adinda, Ibnu dan Ikshan pun masuk ke dalam rumah. Ibnu langsung memberikan ponselnya membiarkan Ibnu untuk bermain game yang ada di ponselnya. Sedangkan Ibnu, Adinda dan kedua orang tua Ibnu mereka duduk di ruang keluarga. Adinda duduk bersebelahan dengan Marta, sedangkan Ibnu dia duduk didekat Ayahnya. "Nak Adinda sebelumnya saya selaku Ayah dari Ibnu meminta maaf kalau harus bicara sekarang sama kamu," ucap Rama dengan sangat hati-hati. Mendengar perkataan Ayah Ibnu, hati dan jantung Adinda berdebar sangat kencang. Tetapi dengan sebisa mungkin Adinda menenangkan hatinya. Ibnu melirik ke arah Adinda dan menganggukkan kepalanya seakan memberi kode pada Adinda untuk kuat. "Ayah harus bicarakan ini karena ada tetan
Terakhir Diperbarui: 2024-07-19
Chapter: Bab 25Suasana kediaman Roy didatangi oleh pihak polisi. Beberapa orang polisi langsung mengamankan Ridho di kantor polisi. Tentunya Ridho dengan senang hati menyerahkan dirinya pada pihak polisi. Sebelum dibawa oleh pihak polisi, Ridho menitipkan putri kecilnya pada Roy. "Aku titip Arunika," ucap Ridho pada Roy. "Bagaimana bisa kau mempercayai Arunika padaku. Sedangkan aku sendiri adalah seorang penjahat," ucap Roy dengan suara pelan."Jika kau tidak bisa menjaganya, tolong antarkan pada Adinda." Ridho meminta Roy untuk mengantar Arunika, putrinya pada Adinda. "Hanya dialah yang akan menjaga Arunika dengan sepenuh hati," tambahnya. Setelah itu Ridho langsung ikut bersama polisi. Roy tidak bisa berbuat apa-apa. Saat ini dia pusing dengan kondisi jasad kakaknya yang akan dimakamkan, tetapi tidak ada satupun warga yang mau membantunya untuk memakamkan jenazah Mira. Roy duduk di sofa dengan kedua tangan yang diletakkan di atas kepalanya. Dia benar-benar bingung saat ini. Dia tidak tahu
Terakhir Diperbarui: 2024-07-16
Chapter: Bab 24"Jadi selama Kak Mira pura-pura gila?!""Apa karena Kakak tidak mau rawat ibu? Iya?!" Roy baru tahu jika Kakaknya itu hanya pura-pura gila dan yang membuat marah ternyata Kakaknya itu menginginkan rumah yang mereka tempati saat ini. "Aku tidak percaya kalau Kakak sejahat ini," ucap Roy dengan nada penuh kecewa."Sekarang juga kalian pergi dari sini! Kalian tidak berhak tinggal di sini!" Roy langsung mengusir Mira dan Ridho. "Haha. Kamu pikir kamu bakalan tinggal di rumah ini? Tidak akan, semuanya akan diambil kembali oleh Adinda dan dia pastinya akan jual rumah ini." Mira berbicara dengan nada sengit. "Pergi kalian semua! Jangan pergi kembali ke rumah ini!" teriak Roy mengusir Mira, Ridho dan putri mereka. "Iya, aku bakalan pergi dari sini. Aku tidak sudi tinggal di rumah ini," ucap Mira dan menarik tangan Ridho menuju kamar mereka.Setelah kepergian Mira dan Ridho ke dalam kamar, Roy menghela nafas panjang. Dia benar-benar capek dengan keadaannya saat ini. "Ini semua kesalahank
Terakhir Diperbarui: 2024-07-16
Chapter: Bab 7DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
Terakhir Diperbarui: 2024-02-06
Chapter: bab 6"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny
Terakhir Diperbarui: 2024-02-02
Chapter: bab 5"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: bab 4Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: bab 3Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: Bab 2"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22