Chapter: Bab 40ANAKKU GILA S2 12Ibnu baru saja pulang dari kantor polisi, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menolong Arunika dari kasus tersebut. Karena orang yang melaporkan Arunika ke pihak polisi memiliki bukti yang sangat kuat. Bukti berupa video dan juga foto saat Arunika saat membunuh korban. “Ayah tidak bisa membantu Arunika, semua bukti yang diserahkan ke kantor polisi sudah sangat jelas kalau dialah pelaku yang bunuh korban.” Ibnu berucap lirih dengan raut wajah sendu. “Jika barang bukti sudah membuktikan Arunika adalah pelaku, Ikhsan rasa kita tidak perlu mencari pembelaan apapun. Itu adalah kesalahannya dan dia harus terima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.” Ikshan meminta kedua orang tuanya untuk tidak perlu mencari pembelaan untuk memperingankan hukuman pada sepupunya. “Tapi bagaimana kalau keluarga korban meminta hukuman mati?” Ibnu masih memikirkan Arunika, dan dia juga merasa kasihan pada gadis yang dia besarkan dengan kasih sayang. Ya, walaupun Arunika sering m
Terakhir Diperbarui: 2025-01-28
Chapter: Bab 39ANAKKU GILA SAAT AKU JADI TKWArunika berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Raut wajahnya terlihat sangat kegirangan. Ia tampak sangat senang melihat kedatangan Ivan.Ivan terlihat sangat buru-buru dengan raut wajah cemas. Laki-laki itu menyeret tangan Arunika masuk ke dalam rumah kontrakan wanita itu.Sikap Ivan membuat Arunika bingung dan penuh tanda tanya. Dia melepaskan tangan Ivan hingga tangan laki-laki itu menjauh darinya.“Apa-apaan kamu?!” bentak Arunika setelah berhasil melepaskan tangannya dari cengkeraman Ivan.Ivan menatap nyalang Arunika, begitu pula dengan Arunika yang tak kalah sengit menatap laki-laki di hadapannya.“Mana uang hasil kamu jual adik sepupu aku yang sialan itu?!” Arunika mengulurkan salah satu tangannya, meminta uang dari Ivan.Ivan mengibas tangan wanita itu dan tersenyum sinis. “Apa katamu? Uang? Tidak ada uang!” ucap Ivan sambil mendorong tubuh Arunika menjauh darinya.“Tidak ada uang? Adik sepupumu itu sudah bunuh ketiga
Terakhir Diperbarui: 2025-01-23
Chapter: Bab 38Jelita menundukkan kepalanya, membenamkan wajah di antara kedua lututnya. Tubuhnya bergetar hebat saat sebuah tangan menyentuh pundaknya dari belakang.“Kak Ikshan, Ibu, Ayah. Jelita takut,” gumam Jelita dalam hati, disertai isak tangis yang tidak bisa ia bendung lagi.“Jelita?” panggil suara seorang pria.“Jangan sentuh saya! Saya mohon, jangan perkosa saya,” Jelita memohon pada orang itu untuk tidak menyentuhnya, sambil menepis tangan yang ada di punggungnya.“Jangan takut, Jelita,” ucap pria itu, memegang kuat punggung Jelita dan merangkulnya dengan erat. Pria itu adalah Ibnu.Ibnu berhasil melacak keberadaan putrinya dan menemukannya menangis di pinggir jalan dalam keadaan takut.“Ini Ayah, Jelita.”Mendengar perkataan Ibnu, Jelita perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah belakang. Ia menangis histeris saat melihat ayahnya memeluknya.“Ayah? Jelita takut.” Jelita semakin menangis.“Ayah, ada laki-laki bajingan yang mau menodai Jelita. Jelita takut, Ayah,” ucap Jelita sambil te
Terakhir Diperbarui: 2025-01-23
Chapter: Bab 37“Dia masih perawan. Jadi, saya minta bayarannya lebih mahal dari yang kemarin.” Laki-laki itu tengah bernegosiasi dengan teman-temannya. Laki-laki itu adalah Ivan, dan orang yang dimaksud olehnya adalah Jelita.Ivan menculik gadis itu saat dia tengah menunggu taksi di halte sekolah, dan itu semua atas perintah Arunika. Arunika sengaja melakukan itu agar bisa menggantikan dirinya untuk melayani teman-teman Ivan, dan uang dari teman-teman Ivan dibagi dua dengannya.“Bagaimana? Apa kalian mau?” tanya Ivan.“Berapa yang harus kami bayar?” tanya salah satu temannya Ivan. Laki-laki berperut buncit dan berkulit hitam itu adalah orang yang meniduri Arunika kemarin.“Kalian bertiga cukup membayarnya 10 juta, dan kalian bisa memakainya seharian,” ucap Ivan, menyebutkan nominal yang harus dibayar oleh teman-temannya.Ketiga teman Ivan masih berpikir, mereka saling memandang dan mencoba untuk berdiskusi.Sedangkan di dalam kamar, Jelita tengah berusaha untuk kabur dari laki-laki bejat itu.‘Aku h
Terakhir Diperbarui: 2025-01-21
Chapter: Bab 36Adinda berjalan mondar-mandir dengan perasaan tidak tenang memikirkan putrinya yang belum juga pulang. Padahal anak tetangga yang satu sekolah dengan Jelita sudah pulang sejak tadi. Apalagi ini sudah sangat sore, tetapi putrinya itu belum kunjung pulang juga.“Apa mungkin Jelita ikut Ikshan ke rumah sakit?” tanya Adinda pada suaminya.“Tidak tahu, Bu. Coba saja telepon Ikshan, Ayah juga tidak tenang. Ayah takut terjadi sesuatu sama Jelita,” kata Ibnu. Suami dari Adinda itu juga tidak karuan.“Ayah kok bilang begitu? Ibu kan makin takut,” kata Adinda. Sesudah itu Adinda mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Ikshan.Tadinya Adinda sudah menghubungi Jelita, tetapi nomor anak gadisnya itu tidak dapat dihubungi. Tadinya juga Adinda masih berpikir positif tentang anaknya. Adinda berpikir mungkin anak gadisnya itu belajar kelompok bersama teman-temannya, tetapi pada akhirnya Adinda memikirkan yang tidak-tidak tentang putrinya. Dia dan Ibnu takut terjadi sesuatu pada Jelita dan memutus
Terakhir Diperbarui: 2025-01-21
Chapter: Bab 35Arunika tergeletak di atas tempat tidur dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Wanita itu baru saja digempur habis-habisan oleh teman-temannya Ivan. Arunika berusaha untuk bangun dan perlahan dia turun dari tempat tidur yang hanya beralaskan tikar plastik saja. Tentunya tubuhnya terasa remuk redam dan lemas. Saat ini Arunika hanya bisa pasrah dengan keadaannya, karena dia tidak mungkin untuk melawan kelima pria bertubuh tegap tersebut. Arunika berjalan pelan memungut kembali pakaiannya dan kembali mengenakannya kembali. Sesudah itu, dia keluar dari kamar dan saat dia keluar dari kamar dia langsung disambut dengan tawa sinis dari kelima laki-laki yang menidurinya beberapa menit lalu. Arunika tidak peduli dengan kelima pria itu, dia lebih memilih melangkah mendekati Ivan dan meminta lelaki itu untuk mengantarnya pulang. “Hai, p3l4cur?” sapa salah satu teman Ivan. Robby, namanya. “Haha.” Teman-teman Ivan yang lain tertawa saat mendengar Robby memanggil Arunika dengan sebutan p3l4cur
Terakhir Diperbarui: 2025-01-20
Chapter: Bab 7DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
Terakhir Diperbarui: 2024-02-06
Chapter: bab 6"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny
Terakhir Diperbarui: 2024-02-02
Chapter: bab 5"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: bab 4Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: bab 3Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: Bab 2"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand
Terakhir Diperbarui: 2024-01-22
Chapter: bab 13"Apa-apaan kamu?!" bentak Sean dan kembali bangun. Dengan raut wajah takut, Jessika turun dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu. Dia ingin kabur dari hadapan Sean. Tetapi sangat disayangkan sekali pintu tersebut sudah dikunci oleh Sean dan tentunya kuncinya ada di Sean.Dengan raut wajah merah padam Sean mendekati Jessika mengapit rahang wanita itu keras."Mau keman? Hm? Kabur? Silakan!" seru Sean lantang."Silakan kamu pergi, tapi jangan pernah berharap kamu bisa bawa darah daging saya!" ujar Sean murka. Plak!"Dia anak saya! Bukan anak kamu!" seru Jessika setelah melayangkan tamparan pada wajah tampan Sean."Kamu tidak berhak atas Lea!" seru Jessika lagi."Ha? Apa? Anak kamu? Kalau bukan saya yang meniduri kamu mana mungkin dia bisa ada di dunia ini! Oh, iya, saya tahu sekarang, kamu itu kan wanita murahan yang bisa jual diri pada lelaki di luar sana!" Sean juga tidak kalah sengit hingga dia mengatai Jessika wanita murahan.Jessika, menatap lekat nanar hitam lelaki di depann
Terakhir Diperbarui: 2023-07-04
Chapter: bab 13"Tidak! Biarkan Lea di sini sama saya!" Jessika tetap kekeh menahan Lea dibawa oleh Stella."Lea, sama Aunty dulu, Ayah mau bicara sama Ibu," ujar Sean dan mengambil Lea dari Jessika. Dengan berat hati Jessika membiarkan putri kecilnya di bawa oleh Stella."Nanti pulang sama Ibu, ya," ucap Jessika sebelum Alea dibawa oleh Stella masuk ke dalam kamar."Iya, Ibu,"Stella dan Alea masuk ke dalam kamar dan bermain.Jessika menghela nafas saat matanya tak melihat putrinya lagi."Ke kamar saya," ujar Sean dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.Jessika mengikuti langkah pria itu menuju kamar. Dengan perasaan tak gelisah sekaligus takut, Jessika masuk ke dalam kamar.Sean menduduki sofa yang ada di kamar itu dan menatap wanita di depannya. Dia mengambil bungkus rokok, mengeluarkan sebatang rokok lalu dia bakar dan dihisapnya sehingga asap rokok itu memenuhi ruangan kamar."Untuk apa datang jam segini?" tanya Sean memulai p"Saya minta kamu datang jam 7 bukan sekarang!" uj
Terakhir Diperbarui: 2023-07-01
Chapter: bab 12"Jessi, pulang, yuk!" ajak Stella."Kamu duluan saja, aku ada yang jemput," jawab Jessika jujur, karena Leon akan menjemputnya."Oh, ya, sudah aku duluan," pamit Stella dan berlalu pergi meninggalkan sahabatnya. Karena sudah jam pulang, Jessika merapikan meja kerjanya dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sesudah itu Ibu anak satu itu sudah lalu keluar meninggalkan ruangannya. Jessika membuka pintu ruangan dan dia terkejut saat mendapati Sean yang berdiri di depan ruangannya dengan kedua tangan yang lipat di depan dada."Pe--permisi, Tuan," ucap Jessika gugup.Tidak menjawab, Sean memundurkan langkahnya dan tetap menghadang jalan Jessika."Saya tunggu di rumah jam 7." Sean berucap datar. Tanpa menunggu jawaban dari Jessika, Sean, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Jessika. Jessika menghela nafas lega setelah Sean pergi. Dia juga ikut pergi.Leon sudah menunggunya di depan perusahaan."Enggak usah lihat kayak gitu kali!" seru Stella yang mengangetkan Sean yang tengah me
Terakhir Diperbarui: 2023-07-01
Chapter: bab 12Pagi-pagi sekali Stella sudah bersiap diri, dia mendapat tugas baru dari Sean untuk menjemput dan mengantar Aurora kerja.Stella memacu mobil menuju kediaman sahabatnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga hanya memerlukan waktu singkat untuk sampai ke kontrakan Jessika. Melihat ke datangan sahabatnya, Jessika mengerutkan keningnya. "Selamat pagi, cantik," ucap Stella dan menghampiri sahabatnya yang berdiri mematung dengan raut wajah bingung. "Kenapa lihatin aku kayak gitu?" tanya Stella dan menepuk pundak Jessika."Kamu ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Jessika."Ya, jemput kamu dong. Mulai sekarang sahabatmu yang cantik ini akan menjemput dan mengantarmu," jawab Stella dengan senyum manisnya. Jessika menghela nafas berat, dia sudah tahu kalau ini atas perintah Sean. "Ayo, buruan siap-siap kita berangkat kerja. Nanti kalau kita terlambat nanti di marahin sama Pak bos," ujar Stella. Jessika kembali masuk ke dalam dan tidak berapa lama dia kembali keluar dengan menenteng tas kerjan
Terakhir Diperbarui: 2023-06-30
Chapter: bab 11Sudah dua hari Alea di kediaman Ayahnya. Gadis kecil itu merasa nyaman saat berada di dekat Sean. Ya, walaupun dia juga merindukan sang Ibu"Ayah?" panggil Alea dengan suara pelan."Iya, sayang, ada apa?" jawab Sean dan tersenyum pada Alea. Saat ini Ayah dan anak itu duduk bermain di dalam kamar. Sean yang sedari tadi menyusun mainan putrinya kini matanya menatap sang putri dan mengusap lembut pucuk kepala gadis kecilnya."Apa Lea boleh ajak ibu ke sini?" tanya Lea."Boleh, sayang, kalau ibu mau bisa tinggal di sama Ayah," jawab Sean."Ayah, Lea mau pulang ketemu ibu," ujar Alea. Dia sudah merindukan sosok ibunya."Iya, besok pagi Ayah antar Alea pulang," kata Sean.Saat Ayah dan anak itu tengah berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Masuk!" seru Sean."Permisi, Tuan, di depan ada tamu," ucap seorang wanita pada Sean.Tanpa menjawab Sean langsung keluar dan meminta ART itu untuk menjaga dan bermain bersama Alea.Sean berdiri diam di ruang tamu dan menatap wanita yang
Terakhir Diperbarui: 2023-06-30
Chapter: buang bekal makanan"Ibu, kasih tahu siapa nama ayah, Lea?" tanya Stella.Mendengar pertanyaan Stella, Sean hanya menatap sepupunya itu dari spion kecil. "Tidak. Ibu tidak kasih tahu," jawab Alea.Gadis kecil itu terus saja bercerita tentang ibunya pada Sean dan Stella. Stella, yang merasa lucu dengan cerita Alea, dia tertawa dan merasa gemas pada gadis kecil itu. Sedangkan Sean, pria itu tetap fokus menyetir.Tidak berapa lama mereka sampai di salah satu restoran. Sean, mengendong tubuh mungil putrinya masuk ke dalam restoran.Mereka pun langsung memesan makan siang dan menyantapnya saat makan sudah dihidangkan di atas meja.★★★"Lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku bisa membeli makanan di kantin," kata Jessika."Sama sekali tidak merepotkan," jawab Leon."Aku jadi tidak enak sama kamu. Kamu selalu bantuin aku dan Alea," ujar Jessika.Pria bertubuh jangkung itu sedikit bergeser untuk lebih dekat dengan Jessika, lalu dia meletakkan tangannya di kepala Aurora dan mengusap pucuk kepala wa
Terakhir Diperbarui: 2023-06-28