"Tidak! Biarkan Lea di sini sama saya!" Jessika tetap kekeh menahan Lea dibawa oleh Stella."Lea, sama Aunty dulu, Ayah mau bicara sama Ibu," ujar Sean dan mengambil Lea dari Jessika. Dengan berat hati Jessika membiarkan putri kecilnya di bawa oleh Stella."Nanti pulang sama Ibu, ya," ucap Jessika sebelum Alea dibawa oleh Stella masuk ke dalam kamar."Iya, Ibu,"Stella dan Alea masuk ke dalam kamar dan bermain.Jessika menghela nafas saat matanya tak melihat putrinya lagi."Ke kamar saya," ujar Sean dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.Jessika mengikuti langkah pria itu menuju kamar. Dengan perasaan tak gelisah sekaligus takut, Jessika masuk ke dalam kamar.Sean menduduki sofa yang ada di kamar itu dan menatap wanita di depannya. Dia mengambil bungkus rokok, mengeluarkan sebatang rokok lalu dia bakar dan dihisapnya sehingga asap rokok itu memenuhi ruangan kamar."Untuk apa datang jam segini?" tanya Sean memulai p"Saya minta kamu datang jam 7 bukan sekarang!" uj
"Apa-apaan kamu?!" bentak Sean dan kembali bangun. Dengan raut wajah takut, Jessika turun dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu. Dia ingin kabur dari hadapan Sean. Tetapi sangat disayangkan sekali pintu tersebut sudah dikunci oleh Sean dan tentunya kuncinya ada di Sean.Dengan raut wajah merah padam Sean mendekati Jessika mengapit rahang wanita itu keras."Mau keman? Hm? Kabur? Silakan!" seru Sean lantang."Silakan kamu pergi, tapi jangan pernah berharap kamu bisa bawa darah daging saya!" ujar Sean murka. Plak!"Dia anak saya! Bukan anak kamu!" seru Jessika setelah melayangkan tamparan pada wajah tampan Sean."Kamu tidak berhak atas Lea!" seru Jessika lagi."Ha? Apa? Anak kamu? Kalau bukan saya yang meniduri kamu mana mungkin dia bisa ada di dunia ini! Oh, iya, saya tahu sekarang, kamu itu kan wanita murahan yang bisa jual diri pada lelaki di luar sana!" Sean juga tidak kalah sengit hingga dia mengatai Jessika wanita murahan.Jessika, menatap lekat nanar hitam lelaki di depann
"Menikah denganku!" Kalimat itu terlontar dari bibir seorang pria bertubuh tegap dengan rahang keras, menatap tajam pada sosok gadis berusia 18 tahun yang berdiri dengan ekspresi pias di hadapannya. "Jika kamu ingin hutang kedua orang tuamu bayar lunas, bawalah akta kelahiramu dan temui aku di kantor catatan sipil besok pagi jam 8 pagi." Pria bernama Sean Wirabrata itu menatap gadis itu dengan kedua tangan yang dia lipat di depan dada bidangnya. Gadis 21 satu tahun itu hanya diam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa pada pria itu. Sean berjalan lenggang meninggal gadis bernama Jessika oliver, gadis yang menawarkan diri dengan harga 1 miliar rupiah. Sean masuk ke dalam mobilnya lalu meminta sang sopir meninggalkan cafe tersebut. "Apa Tuan yakin akan menikahi gadis itu?" tanya Pak sopir. "Kamu tahu sendiri aku lakuin ini semua untuk menenangkan kedua orang tuaku dan tentunya akan mendapatkan saham terbesar dari Kakek," jawab Sean dengan suara datar. Kedua pria itu kembali fok
Bab 2 Di depan kantor catatan sipil Jessika berdiri dengan memegang akta kelahiran. Salah satu mobil mewah berhenti di depan kantor. Sean keluar dari mobilnya lalu dia berjalan menghampiri Jessika. "Mana akta kelahiran kamu?" tanya Sean dan meminta akta kelahiran Jessika. Dengan ragu-ragu Jessika memberikan akta kelahiran pada Sean. Sean masuk ke dalam kantor tersebut dan mengurus akta pernikahannya dengan Jessika. Sekarang dua insan itu sudah sah jadi pasangan suami istri. "Kamu sudah sah menjadi istriku. Lakukan tugas kamu sebagai istri." Sean berkata dengan suara rendah. Sean, bawa pulang Jessika ke rumah orang tuanya, dia akan kenalkan gadis itu pada keluarga besarnya. Sopir memacu mobil menuju kediaman orang tua Sean. Dalam perjalanan Jessika hanya duduk diam, dia tidak tahu harus apa yang akan dia lakukan nanti saat bertemu keluarga Sean. Sedangkan Sean, pria itu diam dengan pikirannya. Entahlah apa yang dipikirkan oleh pria 33 tahun itu. Setelah menempuh perjalanan
Part 4 Jarum jam menunjukkan di angka 07.15. Sean Wirabrata sudah berpakaian rapih dia akan berangkat kerja. Sean keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruangan makan. Dia menjatuhkan bokongnya di atas kursi. Seorang wanita datang dan langsung menyendok kan makanan untuk Sean sarapan. "Jordan?" panggil Sean memanggil salah satu bodyguardnya. "Iya, Tuan," sahut pria bernama Jordan yang langsung menghampiri Sean saat namanya dipanggil oleh atasannya. "Mana pakaian yang saya minta? Apa kamu sudah membelinya?" tanya Sean. Sean meminta bodyguardnya membelikan beberapa pasang pakaian untuk Jessika. Sean tidak ingin jika wanita yang sudah menjadi miliknya memakai pakaian murahan. "Sudah, Tuan," sahut Jordan dengan menundukkan kepalanya. "Bawa ke kamar wanita itu dan minta dia untuk bersiap diri ikut bersama saya ke perusahaan." "Baik, Tuan," Jordan membawa beberapa pasang pakaian yang dia belikan di mall dan tentunya pakaian itu dengan harga mahal. Tok tok tok "Permisi, Nona, a
Usai mendapat hasil tes DNA, Sean kembali memacu mobilnya menuju perusahaan. Dia sungguh terkejut, ternyata selama ini tahun ini dia tidak hanya berpisah dengan wanitanya, tetapi dia juga berpisah dengan buah hatinya tercinta. "Aku pastikan kamu tidak akan terlepas dari aku," ujar Sean monolog.Sean, mengambil alat komunikasinya lalu menghubungi Stella."Ada apa?" Suara Stella terdengar dari handphone Sean."Apa Jessika masih di sana?" Sean menanyakan Jessika pada Stella."Iya, dia dan anaknya masih di sini. Ada apa?" jawab Stella dan balik bertanya.Tanpa pamit, sean mematikan panggilan dan melesat mobil dengan kecepatan tinggi menuju perusahaan. Hanya dalam kurun waktu 15 menit, Sean sampai di perusahaannya. Dia bergegas turun dari mobilnya. Dengan langkah panjang Sean berjalan menuju ruangan kerja Jessika.Tok tok tokSean mengetuk pintu ruangan Jessika."Masuk!" Suara Jessika mempersilakan masuk.Pria bertubuh jangkung itu memutar gagang pintu dan pintu pun terbuka lebar. "Ke
"Jangan pernah berniat kabur dari saya! Jika Anda berani kabur, maka Anda tahu akibatnya!" ancam Sean tegas. Jessika, hanya menghela nafas berat mendengar perkataan atasannya, sekaligus mantan suaminya. Ralat! Mereka masih suami istri karena belum ada perceraian di antara mereka."Baiklah, Tuan, boleh ketemu Alea kapan saja, tapi aku mohon jangan bawa dia pergi dari saya," ujar Jessika."Oke, sore ini saya akan bawa dia ke rumah saya dan seminggu ke depan dia akan tinggal bersama aku di sana." Sean akan membawa Alea, putrinya untuk tinggal di rumahnya selama satu minggu ke depan."Tidak! Saya tidak menginginkan Alea tinggal di rumah, Tuan, dia tetap di tinggal bersama saya. Jika Tuan ingin bertemu dia, bisa datang ke rumah saya," kata Jessika melarang Sean untuk membawa putrinya untuk tidak dibawa ke rumah keluarga Sean.Sean terdiam dan menatap Jessika, lalu dia menarik tangan wanita itu untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya.Dengan tatapan nyalang, Sean menatap wanita
"Ya, Tuhan, jangan sampai di bawa Alea pergi," gumam Jessika dalam hati.Jessika mengusap wajahnya, lalu dia pamit untuk kembali ke ruangannya. Saat dia sampai di ruangan kerjanya, handphonenya berdering. Jessika langsung mengambil handphonenya dan tertera jelas kontak bernama Leon."Halo, selamat siang," ucap Jessika."Iya, siang juga, Jessi, saya di depan tempat kerja kamu," ujar pria bernama Leon."Oke, saya akan segera ke sana," jawab Jessika.Jessika mematikan sambungan telfon dan berjalan keluar untuk menemui Leon."Maaf, lama nungguin saya," ucap Jessika pada Leon."Iya, enggak apa-apa," jawab pria yang berstatus sebagai dokter itu. "Saya ke sini mau kasih tahu kamu dan Alea untuk makan malam di rumah saya," ujar Leon. "Baiklah, sebentar malam saya akan ajak Alea ke sana," jawab Jessika.Leon adalah orang yang bantuin Jessika selama lima tahun belakang. Pria berprofesi sebagai dokter itu menaruh hati pada Jessika, tetapi dia belum berani untuk mengungkapkan perasaannya pada
"Apa-apaan kamu?!" bentak Sean dan kembali bangun. Dengan raut wajah takut, Jessika turun dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu. Dia ingin kabur dari hadapan Sean. Tetapi sangat disayangkan sekali pintu tersebut sudah dikunci oleh Sean dan tentunya kuncinya ada di Sean.Dengan raut wajah merah padam Sean mendekati Jessika mengapit rahang wanita itu keras."Mau keman? Hm? Kabur? Silakan!" seru Sean lantang."Silakan kamu pergi, tapi jangan pernah berharap kamu bisa bawa darah daging saya!" ujar Sean murka. Plak!"Dia anak saya! Bukan anak kamu!" seru Jessika setelah melayangkan tamparan pada wajah tampan Sean."Kamu tidak berhak atas Lea!" seru Jessika lagi."Ha? Apa? Anak kamu? Kalau bukan saya yang meniduri kamu mana mungkin dia bisa ada di dunia ini! Oh, iya, saya tahu sekarang, kamu itu kan wanita murahan yang bisa jual diri pada lelaki di luar sana!" Sean juga tidak kalah sengit hingga dia mengatai Jessika wanita murahan.Jessika, menatap lekat nanar hitam lelaki di depann
"Tidak! Biarkan Lea di sini sama saya!" Jessika tetap kekeh menahan Lea dibawa oleh Stella."Lea, sama Aunty dulu, Ayah mau bicara sama Ibu," ujar Sean dan mengambil Lea dari Jessika. Dengan berat hati Jessika membiarkan putri kecilnya di bawa oleh Stella."Nanti pulang sama Ibu, ya," ucap Jessika sebelum Alea dibawa oleh Stella masuk ke dalam kamar."Iya, Ibu,"Stella dan Alea masuk ke dalam kamar dan bermain.Jessika menghela nafas saat matanya tak melihat putrinya lagi."Ke kamar saya," ujar Sean dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.Jessika mengikuti langkah pria itu menuju kamar. Dengan perasaan tak gelisah sekaligus takut, Jessika masuk ke dalam kamar.Sean menduduki sofa yang ada di kamar itu dan menatap wanita di depannya. Dia mengambil bungkus rokok, mengeluarkan sebatang rokok lalu dia bakar dan dihisapnya sehingga asap rokok itu memenuhi ruangan kamar."Untuk apa datang jam segini?" tanya Sean memulai p"Saya minta kamu datang jam 7 bukan sekarang!" uj
"Jessi, pulang, yuk!" ajak Stella."Kamu duluan saja, aku ada yang jemput," jawab Jessika jujur, karena Leon akan menjemputnya."Oh, ya, sudah aku duluan," pamit Stella dan berlalu pergi meninggalkan sahabatnya. Karena sudah jam pulang, Jessika merapikan meja kerjanya dan memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sesudah itu Ibu anak satu itu sudah lalu keluar meninggalkan ruangannya. Jessika membuka pintu ruangan dan dia terkejut saat mendapati Sean yang berdiri di depan ruangannya dengan kedua tangan yang lipat di depan dada."Pe--permisi, Tuan," ucap Jessika gugup.Tidak menjawab, Sean memundurkan langkahnya dan tetap menghadang jalan Jessika."Saya tunggu di rumah jam 7." Sean berucap datar. Tanpa menunggu jawaban dari Jessika, Sean, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Jessika. Jessika menghela nafas lega setelah Sean pergi. Dia juga ikut pergi.Leon sudah menunggunya di depan perusahaan."Enggak usah lihat kayak gitu kali!" seru Stella yang mengangetkan Sean yang tengah me
Pagi-pagi sekali Stella sudah bersiap diri, dia mendapat tugas baru dari Sean untuk menjemput dan mengantar Aurora kerja.Stella memacu mobil menuju kediaman sahabatnya dengan kecepatan tinggi. Sehingga hanya memerlukan waktu singkat untuk sampai ke kontrakan Jessika. Melihat ke datangan sahabatnya, Jessika mengerutkan keningnya. "Selamat pagi, cantik," ucap Stella dan menghampiri sahabatnya yang berdiri mematung dengan raut wajah bingung. "Kenapa lihatin aku kayak gitu?" tanya Stella dan menepuk pundak Jessika."Kamu ngapain ke sini pagi-pagi?" tanya Jessika."Ya, jemput kamu dong. Mulai sekarang sahabatmu yang cantik ini akan menjemput dan mengantarmu," jawab Stella dengan senyum manisnya. Jessika menghela nafas berat, dia sudah tahu kalau ini atas perintah Sean. "Ayo, buruan siap-siap kita berangkat kerja. Nanti kalau kita terlambat nanti di marahin sama Pak bos," ujar Stella. Jessika kembali masuk ke dalam dan tidak berapa lama dia kembali keluar dengan menenteng tas kerjan
Sudah dua hari Alea di kediaman Ayahnya. Gadis kecil itu merasa nyaman saat berada di dekat Sean. Ya, walaupun dia juga merindukan sang Ibu"Ayah?" panggil Alea dengan suara pelan."Iya, sayang, ada apa?" jawab Sean dan tersenyum pada Alea. Saat ini Ayah dan anak itu duduk bermain di dalam kamar. Sean yang sedari tadi menyusun mainan putrinya kini matanya menatap sang putri dan mengusap lembut pucuk kepala gadis kecilnya."Apa Lea boleh ajak ibu ke sini?" tanya Lea."Boleh, sayang, kalau ibu mau bisa tinggal di sama Ayah," jawab Sean."Ayah, Lea mau pulang ketemu ibu," ujar Alea. Dia sudah merindukan sosok ibunya."Iya, besok pagi Ayah antar Alea pulang," kata Sean.Saat Ayah dan anak itu tengah berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu."Masuk!" seru Sean."Permisi, Tuan, di depan ada tamu," ucap seorang wanita pada Sean.Tanpa menjawab Sean langsung keluar dan meminta ART itu untuk menjaga dan bermain bersama Alea.Sean berdiri diam di ruang tamu dan menatap wanita yang
"Ibu, kasih tahu siapa nama ayah, Lea?" tanya Stella.Mendengar pertanyaan Stella, Sean hanya menatap sepupunya itu dari spion kecil. "Tidak. Ibu tidak kasih tahu," jawab Alea.Gadis kecil itu terus saja bercerita tentang ibunya pada Sean dan Stella. Stella, yang merasa lucu dengan cerita Alea, dia tertawa dan merasa gemas pada gadis kecil itu. Sedangkan Sean, pria itu tetap fokus menyetir.Tidak berapa lama mereka sampai di salah satu restoran. Sean, mengendong tubuh mungil putrinya masuk ke dalam restoran.Mereka pun langsung memesan makan siang dan menyantapnya saat makan sudah dihidangkan di atas meja.★★★"Lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku bisa membeli makanan di kantin," kata Jessika."Sama sekali tidak merepotkan," jawab Leon."Aku jadi tidak enak sama kamu. Kamu selalu bantuin aku dan Alea," ujar Jessika.Pria bertubuh jangkung itu sedikit bergeser untuk lebih dekat dengan Jessika, lalu dia meletakkan tangannya di kepala Aurora dan mengusap pucuk kepala wa
"Ibu, apa Lea boleh panggil uncle kaya itu ayah?" tanya Alea pada Ibunya. "Boleh, tapi ingat Alea, tidak boleh manja sama uncle itu. Tidak boleh minta apa pun dari uncle kaya itu," jawab Jessika. Dia mengizinkan putrinya untuk memanggil Sean dengan panggilan Ayah, tetapi dia melarang putrinya untuk tidak bersikap manja ataupun minta sesuatu pada ayahnya itu."Baik, Ibu," jawab gadis kecil itu dan langsung mendaratkan kecupan pada pipi sang Ibu."Sekarang, Lea duduk diam-diam, ya, Ibu mau kerja dulu," kata Jessika meminta putri kecilnya untuk duduk diam agar tidak menganggu dirinya saat bekerja."Iya, Ibu, semangat kerjanya," jawab Alea. Gadis cantik duplikat sang Ayah itu, dia langsung berpindah ke sofa dan duduk diam sambil mewarnai buku gambarnya.Jessika, mulai sibuk dengan layar laptopnya. Tok tok tok"Selamat siang, makan siang, yuk!" ucap Stella dan mengajak Jessika dan Alea makan siang."Aku masih banyak kerjaan, kamu duluan saja." Jessika menolak untuk makan siang bersama sa
"Ya, Tuhan, jangan sampai di bawa Alea pergi," gumam Jessika dalam hati.Jessika mengusap wajahnya, lalu dia pamit untuk kembali ke ruangannya. Saat dia sampai di ruangan kerjanya, handphonenya berdering. Jessika langsung mengambil handphonenya dan tertera jelas kontak bernama Leon."Halo, selamat siang," ucap Jessika."Iya, siang juga, Jessi, saya di depan tempat kerja kamu," ujar pria bernama Leon."Oke, saya akan segera ke sana," jawab Jessika.Jessika mematikan sambungan telfon dan berjalan keluar untuk menemui Leon."Maaf, lama nungguin saya," ucap Jessika pada Leon."Iya, enggak apa-apa," jawab pria yang berstatus sebagai dokter itu. "Saya ke sini mau kasih tahu kamu dan Alea untuk makan malam di rumah saya," ujar Leon. "Baiklah, sebentar malam saya akan ajak Alea ke sana," jawab Jessika.Leon adalah orang yang bantuin Jessika selama lima tahun belakang. Pria berprofesi sebagai dokter itu menaruh hati pada Jessika, tetapi dia belum berani untuk mengungkapkan perasaannya pada
"Jangan pernah berniat kabur dari saya! Jika Anda berani kabur, maka Anda tahu akibatnya!" ancam Sean tegas. Jessika, hanya menghela nafas berat mendengar perkataan atasannya, sekaligus mantan suaminya. Ralat! Mereka masih suami istri karena belum ada perceraian di antara mereka."Baiklah, Tuan, boleh ketemu Alea kapan saja, tapi aku mohon jangan bawa dia pergi dari saya," ujar Jessika."Oke, sore ini saya akan bawa dia ke rumah saya dan seminggu ke depan dia akan tinggal bersama aku di sana." Sean akan membawa Alea, putrinya untuk tinggal di rumahnya selama satu minggu ke depan."Tidak! Saya tidak menginginkan Alea tinggal di rumah, Tuan, dia tetap di tinggal bersama saya. Jika Tuan ingin bertemu dia, bisa datang ke rumah saya," kata Jessika melarang Sean untuk membawa putrinya untuk tidak dibawa ke rumah keluarga Sean.Sean terdiam dan menatap Jessika, lalu dia menarik tangan wanita itu untuk duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya.Dengan tatapan nyalang, Sean menatap wanita