"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu.
Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya.Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio."Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah.Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah.Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah."Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar."Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya."Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu.Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan guna untuk melupakan Brandon.**"Pa, Ma, besok Jannah berangkat ke tanah suci." Jannah memberitahu kedua orang tuanya. Tentunya kedua orang tua Jannah sangat terkejut."Berangkat? Ke Mekkah?" tanya Ibunya Jannah dengan membulatkan matanya sempurna."Iya, Bu." Jannah menjawab disertai anggukkan kepala."Sayang, kamu ada tabungan?" Dena masih tidak percaya jikalau putrinya akan berangkat ke Mekkah, besok.Jannah menghampiri kedua orang tuanya dan dia pun duduk di tengah-tengah di antara kedua orang tuanya itu. Dengan senyum manis Jannah pun memberitahu Ikshan dan Dena bahwa di mendapatkan tiket umroh gratis dan semuanya ditanggung oleh atasannya."Atasan Jannah yang kasih Jannah tiket gratis ke sana, dan semuanya diurus sama atasan Janna," terang Jannah meyakinkan kedua orang tuanya."Oh, dari atasan kamu toh? Pasti anak Ayah melakukan pekerjaan dengan baik, makanya dapat tiket gratis." Ikshan akhirnya buka suara setelah menjelaskan penjelasan Jannah."Iya, Ayah. Jannah berhasil buat proposal dan berhasil mendapatkan proyek besar untuk perusahaan tempat Jannah bekerja." Jannah sangat bangga dengan kemampuannya dan kerja kerasnya. Saat ini sakitnya sudah sedikit berkurang karena dengan adanya tiket gratis ke tanah suci membuatnya semakin percaya jikalau sang Maha Pencipta sangat sayang padanya.sesudah memberitahu kedua orang tuanya Jannah pun bergegas ke kamarnya. Dia mulai berkemas-kemas barang-barang yang akan dia bawakan besok.**"Buruan, nanti kamu ketinggalan pesawat!" teriak Abercio dari dalam mobilnya."Iya, iya," jawab Jannah.Ikshan mendorong koper Jannah menuju mobil Abercio.Abercio keluar dari mobilnya, dia bantu mengangkat koper Jannah dan memasukan koper ke bagasi mobilnya.Jannah berpamitan kepada kedua orang tuanya, setelah itu dia langsung masuk ke dalam mobil dan Abercio membawanya ke bandara.Jannah sangat cantik dengan gamis muslimah berwarna hitam. Penampilan wanita itu sangat elegan dan anggun."Pak, saya mau beli pembalut dulu. Takutnya saya datang bulan saat di tanah suci nanti," kata Jannah."Emang kamu tidak hitung tanggal datang bulan kamu?" tanya Abercio dengan nada sedikit tinggi."Ya, tahu sih. Tapi, saya takut saja." Jannah baru saja beberapa hari lalu kedatangan tamu bulanan, tapu dia masih takut jika tamu bulanannya kembali datang."Kapan kamu dapat tamu bulanan?" Abercio bertanya seakan dia suami Jannah.Jannah diam sejenak mengingat kembali tanggal datangnya tamu bulanannya."Empat hari yang lalu," ujar Jannah sambil tersenyum kikuk."Berarti tidak perlu." Abercio tidak menghentikan mobilnya, dia langsung melesat mobilnya menuju bandara.Setibanya di bandara, Abercio keluarkan koper Jannah dari bagasi mobilnya dan mengantar Jannah sampai di ruang tunggu."Hati-hati." Abercio mengingatkan Jannah untuk berhati-hati selama di tanah suci."Kalau nyasar, lambaikan tangan ke kamera." Abercio seperti ingin bercanda dengan karyawannya itu."Iya, Pak. Terima kasih sudah antar saya sampai di sini. Padahal Bapak kan bisa minta sopir Bapak buat antar saya.""Sopir saya masih tidur, kalau tunggu sampai dia bangun tidur nanti kamu yang ketinggalan pesawat. Mau kamu ketinggalan pesawat?" Pria dengan rahang tegas itu berbicara dengan menaikan intonasi suaranya dan raut wajahnya kembali garang."Terima kasih, Pak Bos." Jannah dengan malu-malu mengucap terima kasih dan ini mungkin sudah kesekian kalinya."Jangan terima kasih terus, kasih yang lain juga." Abercio berucap dengan suara pelan, tapi masih bisa didengar oleh Jannah."Bapak mau saya kasih apa? Bapak mau hadiah dari saya? Nanti, ya, Pak. Tunggu saya pulang dari tanah suci dulu," kata Jannah."Hmm." Abercio hanya berdehem saja.Setelah menunggu beberapa menit, akhir pesawat yang akan terbang ke tanah suci pun sudah siap dan para penumpang langsung bergegas ke pesawat."Saya tunggu hadiah dari kamu, bukan makanan atau pun barang lainnya. Tapi, saya mau yang lain yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain." Abercio berucap serius."Oke, tunggu saya pulang." Jannah juga menjawabnya dengan serius.Jannah berjalan menuju pesawat dan Abercio kembali ke mobilnya."Aku akan minta hadiah yang tentunya orang lain tidak akan memiliki itu," ucap Abercio.Bersambung ...DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
"Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran
"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand
Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin
"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny
"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia
Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da
Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp
"Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand
"Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran