Share

Bab 7

Author: Kak Fonnia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

DUA MINGGU KEMUDIAN

"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah.

Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi.

"Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu.

"Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya.

Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan.

"Ini buat kamu."

Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya.

"Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah.

"Ini untuk atasan kita," jawab Jannah.

"Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.

Sesudah itu Ratna pun langsung meninggalkan ruangan Jannah dengan menenteng oleh-oleh dari Jannah.

Jannah kembali duduk di kursinya tiba-tiba ada telfon.

"Ke ruangan saya sekarang!" Suara bariton Abercio meminta Jannah ke ruangannya.

"Baik, Pak. Saya segera ke sana," jawab Jannah. Jannah pun mematikan sambungan telfon dan bergegas ke ruangan Abercio.

Jannah melangkah cepat menuju lift, dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol menuju ruangan Abercio. Setibanya di lantai 5 tepat di ruangan Abercio, Jannah keluar dari dalam lift dan menuju ruangan Abercio.

Tok tok tok

"Masuk!" Abercio meminta Jannah masuk.

Jannah memutar gagang pintu dan membuka pintu ruangan dan Jannah pun masuk.

"Selamat siang, Pak." Jannah mengucap salam sembari menundukkan kepalanya.

"Duduk." Pria dengan rahang tegas itu meminta Jannah duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.

Jannah menjatuhkan bokongnya dan duduk di hadapan Abercio.

"Saya ada tugas untuk kamu," ucap Abercio dan menyerahkan map pada Jannah.

"Baik, Pak. Apa hanya ini saja tugasnya?" Jannah kembali memastikan. Dia takut masih ada tugas lain lagi dari atasannya itu.

"Tidak ada, hanya itu saja. Kamu bisa kembali ke ruangan kamu." Abercio membiarkan Jannah kembali ke ruangannya.

Jannah pun berpamitan pada Abercio. Dia bergegas meninggalkan ruangan Abercio dan kembali ke tempatnya.

Sedangkan Abercio, pria itu tersenyum. Dia sangat kagum dengan perusahaan Jannah yang mau berhijrah.

'Cantik. Saya tunggu jawaban darimu.' Abercio bergumam sembari tersenyum manis.

Abercio bangkit berdiri dan berjalan mondar mandir di dalam ruangannya. Dia merasa cemas sendiri, entahlah apa yang dia cemaskan.

Jannah yang barus saja sampai di ruangannya langsung membuka map tersebut. Dan Jannah membulatkan mata dengan raut wajah yang sangat terkejut.

"Mau kah kamu jadi istri saya ?"

"Jika kamu mau, silakan buka laci meja kamu."

"Sematkan cincin itu pada jari manis kamu."

"Bawa map dan oleh-oleh dari Mekkah ke ruangan saya. Saya tunggu jawaban kamu dan oleh-olehnya."

Kata-kata itu ditulis tangan oleh Abercio sendiri.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Jannah membuka laci mejanya. Lagi dan lagi dia terkejut dengan kotak berwarna merah yang ada di dalam lacinya. Kotak cincin yang diletakkan oleh Abercio.

Jannah tidak banyak berkata-kata lagi, dia memasukan kotak cincin itu ke dalam paper bag. Lalu dia rapihkan kembali map dan kertas yang ditulis oleh Abercio. Jannah keluar dari ruangannya dan kembali ke ruangan Abercio.

Hanya dalam waktu lima menit, wanita itu sampai di ruangan Abercio. Dia mengetuk pintu dan masuk saat sudah mendapat izin dari pemilik ruangan.

Tidak berselang lama Jannah pun mendapat izin dari pemilik ruangan dan dia pun langsung masuk dengan menenteng paper bag dan juga map.

Abercio menatap dengan tatapan datar ke arah Jannah yang baru saja masuk dan berdiri di depan mejanya.

Jannah juga hanya diam dengan mata yang menatap atasannya itu. Lidahnya terasa kelu saat ini berbicara, begitu juga dengan Abercio. Suasana di dalam ruangan itu terasa canggung.

Abercio bangkit berdiri menghampiri Jannah. Kini dua insan itu berdiri dengan posisi saling berhadap-hadapan.

"Saya tunggu jawaban kamu," ucap Abercio yang akhirnya buka suara.

Tidak menjawab Abercio, Jannah mengambil kotak cincin lalu dia berikan pada Abercio.

Raut wajah Abercio langsung berubah pucat dan bulir peluh membasahi keningnya. Tersorot jelas dari bola matanya jika pria itu kecewa.

"Saya kembalikan pada, Bapak." Jannah menyerahkan kembali kotak cincin tersebut.

"Jika kamu menolak lamaran saya, buang saja cincinnya." Abercio berucap dengan suara lemah.

"Diambil dulu," kata Jannah dengan tersenyum.

"Buang saja." Abercio mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Jannah meraih tangan Abercio dan dia letakkan kotak cincin di telapak tangan atasannya itu.

"Saya sudah bilang buang saja, Jannah!" Abercio meninggikan suaranya.

"Apa perlu saya ajarkan cara romantis untuk melamar seorang wanita?" Jannah berucap sembari tersenyum manis.

"Maksud kamu?" tanya Abercio masih tidak peka.

Jannah memutar jengah bola matanya dan dia sendiri yang berinsiatif untuk buka kotak cincin dan berlutut di hadapan Abercio.

Melihat itu Abercio langsung tersenyum dan berlutut dengan memegang kotak cincin.

"Mau kah kamu jadi istri saya?" ucap Abercio.

"Saya tidak terima penolakan," tambahnya.

Jannah tertawa kekeh dan berkata "Pemaksaan!"

"Harus terima!" tekan Abercio.

"Iya, saya mau," jawab Jannah.

Bersambung ...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yuni Erna
Kok ngg di lanjut kak
goodnovel comment avatar
Sri wahyuni darwan
smoga Jannah nemuin kebahagian bersama Abercio.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 1

    "Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 2

    "Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 3

    Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 4

    Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 5

    "Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 6

    "Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny

Latest chapter

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 7

    DUA MINGGU KEMUDIAN"Wah, cantik sekali teman aku? Kamu benaran hijrah?" Ratna begitu kagum dengan perubahan Jannah. Jannah baru saja pulang dari tanah suci dan dia putuskan untuk hijrah dan memperbaiki diri jadi lebih baik lagi. "Terus mana oleh-oleh buat aku?" Tidak hanya memuji kecantikan Jannah yang sudah hijrah, tetapi Ratna juga meminta oleh-oleh pada temannya itu. "Ada di ruangan aku." Jannah membelikan oleh-oleh temannya dan atasannya. Jannah mengajak Ratna ke ruangannya. Sesampai di ruangan Ratna mengerutkan keningnya saat melihat ada dua bingkisan jajan. "Ini buat kamu." Jannah memberikan satu bingkisan oleh-oleh untuk Ratna, teman karibnya. "Terus satunya buat siapa?" Ratna menaikan kedua alisnya meminta jawaban dari Jannah. "Ini untuk atasan kita," jawab Jannah. "Wah, anak bawahan yang sangat baik dan patuh di berikan apresiasi yang luar biasa. Bawahan yang selalu ingat kebaikan atasannya adalah karyawan yang baik," ucap Ratna.Sesudah itu Ratna pun langsung menin

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 6

    "Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu. Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya. Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio. "Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah. Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah. Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah. "Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar. "Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya. "Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu. Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk meny

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 5

    "Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah."Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu. "Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda. Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata. "Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih. Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta. Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 4

    Abercio sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jannah yang sederhana itu."Siapa dia?" Ayah Jannah bertanya.Bukan ikhsan saja yang bertanya-tanya, tapi Jannah pun ikut keheranan.Jin apa yang merasuki bosnya itu?"Dia bosku, ayah. Hari ini aku akan keluar kota untuk bertemu klien," terang Jannah, gugup."Hei, kau! Cepatlah! Jalanan akan macet nanti!" teriak CEO itu, yang tidak turun dari mobilnya. Dia hanya menurunkan kaca mobilnya dan memanggil Jannah dari dalam mobil.Jannah menggerutu dalam hatinya. Mulutnya seperti sedang komat-kamit. Tatapannya lurus pada pria di mobil itu."Iya, Pak!"Ayah, Ibu, Jannah berangkat kerja dulu." Jannah berjalan dan masuk ke dalam mobil atasannya. Abercio melesat mobil meninggalkan kediaman Jannah. Hari ini dia akan membawa Jannah bersamanya guna menghadiri pertemuan dengan klien. Setelah Jannah pergi bersama atasannya, datang lah Brandon. Pria itu datang dengan mobil mewah. Brandon memarkirkan mobil di depan rumah Jannah, kemudian dia turun da

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 3

    Jarum jam sudah di angka 5 sore, tetapi Jannah belum juga selesai dengan pekerjaannya. Dia masih berkutik di depan komputer. Jannah masih mengerjakan proposal yang diminta oleh Abercio, atasannya. Wanita itu merenggangkan ototnya yang kaku karena duduk seharian penuh."Jan, aku duluan, ya?" Ratna pamit pada Jannah dan dia meninggalkan ruangan kerjanya. Jannah tidak menjawab, tetapi dia hanya menganggukkan kepala dan melambaikan tangannya. Tetapi, matanya tetap fokus pada layar komputer. "Permisi, Bu Jannah. Tuan Abercio, minta Ibu untuk segera mengumpulkan proposal sekarang juga." Asisten Abercio memberitahu Jannah untuk mengumpulkan proposal di ruangan Abercio. "Baik," jawab Jannah dengan ragu-ragu karena saat ini dia belum selesai mengerjakan proposal tersebut. Karena sudah tidak ada waktu untuk menyalin file Jannah pun langsung mengirimnya ke email atasannya. Sesudah itu Jannah keluar dari ruangannya dan melangkah cepat menuju ruangan CEO. "Mana proposal yang saya minta?" Tanp

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   Bab 2

    "Aku datang ke sini hanya mau antar surat gugatan cerai kita!" ucap Brandon menatap nyalang wanita yang hanya dua menit berstatus istrinya itu. "Aku harap kamu mendatangi surat itu dan menjalani proses perceraian tanpa bantahan apa pun." Brandon menyelengos. Melipat kedua tangannya di dada. Ia begitu malas berlama-lama menatap Jannah.Brandon benar-benar tidak punya perasaan, dia menyodorkan surat itu dan memintai Jannah untuk menandatangani surat gugatan perceraian.Pagi-pagi sekali Brandon datang ke kediaman Jannah hanya ingin meminta Jannah menandatangi surat perceraian mereka. Jannah menatap pria di hadapannya itu dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Kamu tidak perlu menatapku seperti itu, karena aku tidak akan membatalkan ini semua!" Brandon berucap tegas. "Buruan tanda tangan!" Brandon melemparkan pulpen ke arah Jannah. Jannah hanya bisa menghela nafas lalu dia mengambil pulpen itu dan dengan berat hati wanita 27 tahun itu menandatangani surat gugat tersebut. Brand

  • TALAK TIGA USAI IJAB KABUL   bab 1

    "Apa maksud kamu, Mas?" Wanita bernama Jannah itu terkejut bukan main, mendengar ucapan pria yang berdiri di hadapannya kini.Jannah sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, begitu juga dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan tersebut."Kamu sudah bukan istriku lagi, Jannah!" Pria itu meninggikan suaranya, supaya semua orang yang berada di sana dapat mendengarnya."Aku talak kamu dengan talak tiga!" ucapnya dengan lebih keras lagi. "Dan aku akan menceraikan kamu, Jannah!" lanjutnya, berhasil membuat Jannah bertambah malu, sakit hati dan sungguh berat untuk sekedar mengangkat wajahnya.Suaranya menggelegar seperti Sambaran petir yang membuat gendang telinga berdengung.Pria bernama Brandon Wijaya itu, mengucapkan kata talak tiga untuk wanita yang baru beberapa menit sah menjadi istrinya.Alih-alih memikirkan sakit hati karena ditalak tiba-tiba, Jannah lebih khawatir dengan Ayah dan Ibunya yang pasti akan sangat marah dengan semua ini. Jannah melirik singkat kedua oran

DMCA.com Protection Status