Jangan pernah bertanya seberapa besar cintaku padamu. Karena cukup hanya Allah yang tahu seberapa sering namamu kusebut dalam doaku.***Flash back On : Romi memegang jeruji besi penjara dengan resah. Bagaimana dia tidak bingung, sudah sebulan tidak ada kabar dari Yulia. Padahal biasanya seminggu sekali Yulia menjenguknya dalam penjara.Masih teringat jelas bagaimana terakhir pertemuan mereka yang manis dan romantis. "Sayang, boleh dong minta fotonya."Yulia mengerutkan dahi saat mendengar permintaan Romi. "Foto? Buat apa?" tanya Yulia bingung. "Buat aku tunjukin ke teman-temanku di tahanan kalau bidadari itu ada."Dan Romi sangat bahagia jika Yulia tersipu dengan pipi yang merona. Romi tersenyum saat mengingat kenangan terakhir dengan Yulia. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Harusnya kamu sedih dong. Yulia sepertinya jarang nengokin kamu." Tahu-tahu Dimas sudah berada di belakang Romi dan menepuk pundaknya. Romi mengangkat sebelah alis. "Bukan urusanmu."Dimas tertawa mengej
🥰 Kenapa donat bolong di tengah? 🥰 Karena yang utuh, hanya cintaku padamu.***Pak Jamal memandang surat di tangannya dan wajah Yulia bergantian. "Baiklah. Saya bawa surat ini. Saya tidak tahu kenapa hubungan cinta antara mbak Yulia dan mas Romi terputus. Tapi saya tidak mau ikut campur terlalu jauh. Saya hanya menyampaikan amanat mas Romi yang sangat merasakan kehilangan Mbak Yulia.""Pak, saya tidak tahu kenapa Anda mau dsuruh oleh Romi, tapi jangan mencoba menghancurkan masa depan anak saya," sahut Ayah Yulia.Pak Jamal memandang wajah keluarga Yulia satu per satu. "Saya tidak sedang menghancurkan masa depan mbak Yulia. Tapi saya sedang berusaha membuat cinta Mbak Yulia menjadi nyata. Kalianlah yang membuat mbak Yulia menderita. Ingat, jika kedua pasangan yang saling menyayangi terpisah, maka ditakutkan mereka akan kehilangan semangat hidup karena depresi.""Sebagai tamu, Anda terlalu banyak omong. Sebaiknya Anda segera keluar dari rumah ini sebelum saya usir. Anda tahu kan pin
*Kenapa donat bolong di tengah? *Karena yang utuh, hanya cintaku padamu.***Yulia memandang Roy dengan perasaan campur aduk. 'Aduh, kenapa aneh sekali pertanyaannya. Jujur saja aku belum terlalu mencintai Roy. Tapi kalau Roy gugur di saat tugas, aku pasti sedih. Bukankah kehilangan saudara pasti membuat sedih?! Maaf Roy, sampai detik ini aku belum menganggapmu sebagai laki-laki.'"Yang ... Sayang ...," Roy mengibaskan tangan ke wajah Yulia yang tampak melamun memperhatikan pantai di hadapannya."Ya Roy?!""Ditanya malah melamun. Jadi sebenarnya kamu sedih nggak kalau aku gugur di saat tugas?" tanya Roy penuh harap. Yulia berdiri dan mengibaskan pasir yang menempel di celana jeansnya. "Roy. Jangan bilang seperti itu dong. Kamu pasti selamat. Ini kan bukan tugasmu pertama kali. Kamu terlatih dan pasti selamat," sahut Yulia sambil berjalan menjauhi Roy.Roy mendesah. Tampak tak puas dengan jawaban Yulia. "Yang, jadi kamu sedih atau enggak?" tanya Roy meraih tangan Yulia dengan kenca
*Apa bedanya kamu sama sayur asem ?*Kalau sayur asem makan siang. Kalau kamu kesayangan. ***Flash back on : Romi dan anak buahnya telah bebas dari penjara, saat dia dijemput oleh pak Jamal dan sopir pribadinya."Jadi sekarang kita kemana Mas Romi?" tanya pak Jamal. "Ke rumah saya untuk mengemasi baju. Besok saya ke Surabaya."Pak Jamal melongo. "Kok secepat itu Mas Romi? Nggak istirahat dulu?" tanya Pak Jamal. "Duh Pak. Saya itu sudah berumur hampir 32 tahun. Kalau tidak segera beristri, si dedek nanti cuma difungsikan buat pipis saja dong!" Seru Romi tertawa.Tak ayal pak Jamal dan sang supir yang semobil dengan Romi juga ikut tertawa. "Wah, kalau itu motivasi mas Romi, saya tidak bisa ikut campur lagi," sahut pak Jamal. "Lalu untuk di rumah saya, sudah dicarikan ART belum sesuai permintaan saya?" tanya Romi. "Sudah. Mas Romi ini meminta tolong saya terus seolah-olah saya termasuk asisten pribadi mas Romi saja."Romi tertawa. "Apa pak Jamal keberatan dengan permintaan saya?"
🍒 Tahu gak, kenapa Allah menciptakan ruang ruang kosong diantara jari-jari tangan manusia? Itu karena nanti suatu saat akan ada orang yang datang pada kita untuk mengisi ruang-ruang kosong di jari-jari kita tersebut dan menggenggamnya erat untuk selama-lamanya.***"Ayah?!" Seru Yulia seolah membeku melihat ayahnya yang semakin dekat dengan kursinya duduk. "Kamu siapanya Yulia?! Sudah tahu belum kalau anak saya sudah dilamar?"Yulia tampak tegang menatap kehadiran ayahnya yang tiba-tiba itu.Saat Yulia hendak membuka mulut, Romi lebih dahulu menyela."Selamat pagi, Om. Kebetulan Om datang ke resto ini. Perkenalkan, saya teman SMA Yulia. Saya kesini memang hendak makan siang, eh ketemu Yulia. Nama saya Alexander. Panggil saja saya Alex." Romi mengulurkan tangan kanannya pada Ayah Yulia.Ayah Yulia mengerutkan kening. "Siapa namamu tadi? Alexander? Perasaan Yulia dulu tidak pernah bercerita bahwa dia mempunyai seorang teman yang bernama Alexander?" tanya Ayah Yulia sambil menjabat tan
"Hei, keluar kalian. Mesum jangan disini!""Rom, bagaimana ini? Aku takut," bisik Yulia."Nggak usah takut. Aku akan menikahimu.""Ta-tapi aku ....,""Sudah, percaya saja."Romi keluar dari dalam mobil dan menemui beberapa orang yang menggedor kaca mobilnya."Maaf, motor saya mogok. Saya dan istri saya kebingungan mencari bantuan. Bisa minta tolong antarkan kami ke rumah kami?""Kalian sudah menikah? Tidak mungkin!" Seru salah seorang dari yang mengerumuni Romi dan Yulia."Kalau begitu tunjukkan KTP kalian?!" tanya salah seorang yang lain lagi. Romi dan Yulia berpandangan. "Dompet dan Hp kami tertinggal di rumah. Tapi saya bisa membawa kalian ke rumah orang tua saya. Apa Bapak dan Ibu keberatan?" tanya Romi tersenyum ramah."Baik. Kalau kalian memang sudah menikah dan dompet tertinggal, langsung saja kami bawa ke orang tua kalian."Yulia memucat. "Tapi Rom. Aku ...," bisikan Yulia terputus dengan senyuman Romi. "Ssstt! Percaya saja sama aku ya Yang," kata Romi menenangkan Yulia. A
Romi, Yulia, dan bundanya yang dengan jelas mendengarkan suara Roy karena Yulia menyalakan loud speaker berpandangan dengan mata berbinar.Tapi Yulia sedapat mungkin berusaha untuk tidak menampakkan kebahagiaannya. Dia juga masih merahasiakan posisi Romi saat ini. Tapi sebelum sempat membuka mulut, bundanya lebih dahulu bertanya pada Roy. "Hm, Roy. Sebenarnya ada apa sehingga kamu berniat tidak meneruskan pernikahan kamu dengan Yulia?" tanya Bunda."Loh, ini ada Bunda? Bunda sekarang ada di samping Yulia? Bunda, maafkan Roy."Roy justru menangis sesenggukan tanpa menjawab pertanyaan dari Bunda Yulia. Romi, Yulia dan bundanya berpandangan lagi. "Roy, apa ada sesuatu yang buruk terjadi di sana?" tanya Bunda hati-hati. Roy terdengar menghea nafas. "Iya Bunda. Tapi Roy tidak bermaksud untuk sengaja mengingkari janji, tapi keadaan yang memaksa.""Iya. Jadi ada apa Roy? Kamu kenapa?" tanya Bunda Yulia cemas.Diam-diam bunda Yulia khawatir juga kalau Roy telah mendengar tentang Romi yang
Yulia terpana melihat foto itu. "Mawar? Dia kan temen SMAku?!"Roy memandang Yulia dengan heran. "Teman SMA mbak Yulia?"Yulia mengangguk. "Iya. Dia pinter banget. Dia IPA 1, aku IPA 2. Dia selalu juara kelas. Memenangkan berbagai lomba dan meraih beasiswa karena cerdas dan kurang mampu. Anaknya berjilbab. Pendiam. Lembut. Cantik. Kamu nggak akan menyesal kalau menikah dengannya."Roy menghela nafas. "Tapi Mbak, aku masih mencintaimu.""Roy, sudahlah. Kamu kan juga harus menepati janjimu pada teman yang telah menyelamatkan nyawamu. Aku akan selalu mendoakan kebahagiaan mu. Kapan kamu akan melamar Mawar?" tanya Yulia.Roy menatap mata Yulia dengan nanar. "Entahlah. Mungkin bulan depan. Mbak sepertinya tidak menyesali perpisahan kita. Apa Mbak masih mengharapkan Romi?"Yulia menatap mata Roy dalam-dalam. "Roy. Aku juga tidak tahu kenapa bisa mencintai Romi. Terimakasih atas perasaanmu padaku. Mungkin ini yang terbaik seperti yang ditakdirkan Allah." Yulia memegang lengan Roy. ***[Yan