“Mas, aku sudah buatkan teh jahe kesuakaanmu, aku letakkan di meja,” ucapnya saat melihat Fattan sudah keluar dari kamar mandi.Namun, pria itu tampak masih mengacuhkan Farah. Dia hanya diam dan langsung pergi menuju lemari ganti pakaian. Farah menjadi bingung karena pakaian yang suaminya ambil pakaian resmi dan rapi.Sebuah setelan jas berwarna hitam lengkap dengan dasi. Tak dipungkiri seorang pria yang bergelar suami itu memang terlihat tampan dan berkelas. Pantas saja banyak yang ingin menjadi istrinya atau hanya sebagai wanita simpanan agar bisa selalu bersama pria tampan itu. Pintar, kaya dan juga sangat tampan satu paket komplit lengkap yang membuat banyak wanita sangat mengagumi Fattan.Farah melirik ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Biasanya Fattan tidak akan keluar rumah kecuali kebutuhan mendesak.“Mas Fattan mau pergi lagi? Ke mana Mas, apakah aku boleh ikut?” tanya Farah berharap akan diajak oleh suaminya sendiri. Lagi-lagi Fattan tak menjawab
Falisha memeluk hangat Fahri meskipun anak tampan itu bukanlah anak kandungnya tapi rasa kasih sayang dan cintanya untuk anak itu seperti anak kandung sendiri. “Selama Mami hidup kamu tidak akan kekurangan kasih sayang Mami, apakah Fahri sayang sama Mami?” tanya Farah dalam pelukannya. “Kenapa Mami mengatakan hal itu? Tentu saja Fahri sayang sama Mami karena hanya Mami yang sayang dan peduli sama Fahri,” sahutnya dengan menatap sendu wajah Farah yang semakin terlihat pucat.Tangan kecil itu mengusap lembut wajah Farah lalu berkata, “Mami, teman Fahri ada yang bilang kalau wajah Mami nggak mirip dengan Fahri, bahkan Papi juga, apakah itu benar? Apakah Fahri bukan anak kandung kalian? Kenapa wajah Fahri nggak mirip dengan kalian semua? Apakah yang dikatakan teman -teman Fahri di sekolah benar kalau Fahri adalah anak pungut?” tanya Fahri ingin mengetahuinya secara langsung dari Farah.Farah terkejut bahkan syok mendengarkan celoteh anak itu. Menatap lebih dalam manik-manik mata Fahri
Fahri menatap Falisha, jujur wanita cantik itu ingin mengatakan tidak tapi dia juga tak ingin melihat Fahri bersedih apalagi mata Fahri seakan memohon untuk bisa ikut pergi ke sana. Mau tak mau melihat Fahri begitu bersemangat sehingga Falisha pun akhirnya menyetujui untuk pergi ke restoran baru milik Sadam. Falisha tersenyum menandakan kalau dia menyetujui untuk pergi ke sana. Fahri pun begitu bahagia dengan berloncat kegirangan setelah itu masuk ke kamar untuk bersiap. “Kamu lihat sendiri kan, bagaimana tingkah anak itu?” pancing Sadam.“Terus, kenapa?” ketus Falisha. Sadam mendekat sehingga hampir saja tak ada jarak diantara mereka. Falisha pun sadar dan sedikit menjauh darinya.“Kamu akan terlihat sangat cantik jika memakai pakaian yang aku berikan,” ucapnya tersenyum menatap lekat wajah Falisha yang kini langsung merona. Falisha buru-buru menutup pintu kamar hotel itu. Selain malas melihat terlalu lama wajah Sadam. Wajah yang sebenarnya yang tak pernah hilang dan sang
“Kamu akan cantik memakainya, maaf aku baru bisa membelikannya untukmu, Sayang.”Cintamu yang dulu – Sadam .Falisha meremas kertas itu dengan kuat. Hatinya begitu terenyuh saat membaca isi dari kertas itu. Bukan tanpa sebab karena dulu Falisha sangat menginginkan gaun muslim itu tapi Sadam tak mampu membelinya karena uangnya kurang. Tanpa terasa bulur-bulir air mata pun kembali menghiasi wajahnya. Falisha pun kembali mengingat masa lalu itu yang penuh masalah. “Kamu masih mengingat gaun ini Mas, tapi apakah masih muat dengan tubuhku sekarang? Kamu membelinya tanpa sepengetahuan aku,” ucapnya lirih. Entah kenap hatinya merasa kasihan sehingga tanpa dia sadari tangannya mulai mengambil dan memakaikan baju itu di tubuhnya sendiri. Dia pun terkejut karena baju itu sangat pas di tubuh Falisha tidak terlihat melihatkan lekuk tubuh Falisha tapi begitu nyaman dipakai oleh Falisha sendiri. Kainnya tidak panas dan terkesan dingin. Warnanya pun memang disukai oleh Falisha yang tidak ter
Kamu terlihat sangat cantik, Lis,” ucap Sadam dengan mata yang tak lepas memandanginya.Falisha hanya diam tak merespons ucapan Sadam.“Kamu tahu aku tidak pernah bisa melupakan kamu dan ....” “Kita berangkat sekarang? Sudah lama kita di luar dan aku enggak mau kamu mengambil kesempatan lagi,” potong Falisha dengan nada ketus.“Maksudmu apa Lis, aku nggak ada niatan untuk ....” “Mas!” Falisha kembali memotong ucapan Sadam dengan tatapan yang tajam. Seketika Sadam mengerti dan tidak ingin memperpanjang masalah. “Ayuk Om, Fahri sudah nggak sabar untuk makan di restoran Om yang baru,” ajak Fahri menghentikan obrolan mereka. Falisha pun langsung menggandeng tangan Fahri dan berjalan mendahului Sadam. “Kenapa kamu masih di sana, Mas?” tanya Falisha sedikit kesal karena Sadam hanya diam dan menatap Falisha.Sadam pun mulai melangkah menghampiri mereka dan sekarang mereka pun berjalan beriringan. Sesekali Sadam mencuri pandang kepada Falisha. Wanita cantik itu pun tahu kalau pri
Falisha duduk dengan tenang meskipun matanya berkeliaran untuk mencari sesuatu. Ya mencari keberadaan Fattan. Entah kenapa hatinya ingin tahu apa yang dia lakukan bersama Syakira. Apakah dia tidak tahu kalau restoran yang dia datangi adalah restoran baru Sadam, mantan kekasih Falisha yang disuruh untuk memiskinkan Sadam karena dituduh berselingkuh dan memutuskan pertunangan dengan Falisha.“Ke mana orang itu? Sangat menyebalkan jika dia sampai melihatku ada di sini juga, tapi ... Ah kenapa juga aku memikirkan dia? Apakah aku juga cemburu saat dia bersama wanita lain? Ah, tidak pernikahan kita hanya sebatas kertas. Aku hanya ingin Fahri anakku bahagia tapi surat wasiat Mbak Farah aku harus menyingkirkan Syakira dari pikiran Mas Fattan, tapi bagaimana caranya? Wanita itu selalu menempel seperti perangko,” kesal Falisha menggerutu dalam hati. Sedangkan Fahri bisa melihat kekhawatiran di wajah Falisha. Anak kecil itu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Falisha. Apalagi dia juga melih
“Mas, kenapa kamu diam? Dia siapa Mas? Kenapa kamu mengenalnya?” tanyanya lagi membuat Syakira semakin kesal. Falisha ingin menjawab tapi tiba-tiba saja terdengar suara bariton yang lain diantara mereka. “Dia tunangan saya!” ucap orang itu dengan tegas. Fattan mendengarkan secara saksama, lalu menoleh ke arah sumber suara itu. Wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat penampakan orang itu. Sadam mulai menghampiri mereka. Semakin jelas penampakan orang itu membuat hati Fattan semakin emosi. Tangannya mengepal kuat. Rahangnya mulai mengeras dengan sorot mata membunuh. “Sadam?” tanyanya dengan penuh penekanan. “Iya, Tuan Fattan, kita bertemu lagi, apa kabar?” Sadam tersenyum sinis. “Untuk apa kamu ada di sini? Kamu tidak pantas menginjakkan kaki kamu di tempat seperti ini, tempat yang hanya diperuntukkan untuk kamu bangsawan bukan untuk kelas rendahan seperti kamu!” hinanya di depan Falisha.Pria tampan itu tersenyum bahkan membalas tatapan Fattan den
“Sangat menyebalkan, dia pikir siapa dia? Berani mengaturku? Sepertinya aku harus pergi dari tempat ini, sumpah enek banget jika melihat mereka. Bisa aja kan, Mas Fattan malah memanas -manasi aku dengan kedekatannya bersama Syakira dan aku juga tidak ingin membalasnya dengan berpura-pura dekat dengan Mas Sadam, tambah geer dong dia,” gerutunya dalam hati sambil berjalan keluar dari tempat itu. Falisha terlihat sangat kesal rasanya ingin sekali meninggalkan restoran itu tapi dia baru menyadari kalau Fahri belum juga terlihat olehnya.“Tunggu dulu, di—di mana Fahri, kenapa aku sampai lupa dengan anakku?” monolog Falisha. Panik dan khawatir itu yang dirasakan olehnya. Falisha kembali masuk dan berusaha mencari Fahri.”Ya Allah ke mana anak itu? Aku nggak mau dia tersesat atau ikut dengan orang tak dikenal. Bagaimana ini ya Allah?” tanyanya masih dalam keadaan panik dan khawatir. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan apalagi begitu banyak kerumunan orang dewasa di sana., sehingga F