Falisha duduk dengan tenang meskipun matanya berkeliaran untuk mencari sesuatu. Ya mencari keberadaan Fattan. Entah kenapa hatinya ingin tahu apa yang dia lakukan bersama Syakira. Apakah dia tidak tahu kalau restoran yang dia datangi adalah restoran baru Sadam, mantan kekasih Falisha yang disuruh untuk memiskinkan Sadam karena dituduh berselingkuh dan memutuskan pertunangan dengan Falisha.“Ke mana orang itu? Sangat menyebalkan jika dia sampai melihatku ada di sini juga, tapi ... Ah kenapa juga aku memikirkan dia? Apakah aku juga cemburu saat dia bersama wanita lain? Ah, tidak pernikahan kita hanya sebatas kertas. Aku hanya ingin Fahri anakku bahagia tapi surat wasiat Mbak Farah aku harus menyingkirkan Syakira dari pikiran Mas Fattan, tapi bagaimana caranya? Wanita itu selalu menempel seperti perangko,” kesal Falisha menggerutu dalam hati. Sedangkan Fahri bisa melihat kekhawatiran di wajah Falisha. Anak kecil itu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Falisha. Apalagi dia juga melih
“Mas, kenapa kamu diam? Dia siapa Mas? Kenapa kamu mengenalnya?” tanyanya lagi membuat Syakira semakin kesal. Falisha ingin menjawab tapi tiba-tiba saja terdengar suara bariton yang lain diantara mereka. “Dia tunangan saya!” ucap orang itu dengan tegas. Fattan mendengarkan secara saksama, lalu menoleh ke arah sumber suara itu. Wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat penampakan orang itu. Sadam mulai menghampiri mereka. Semakin jelas penampakan orang itu membuat hati Fattan semakin emosi. Tangannya mengepal kuat. Rahangnya mulai mengeras dengan sorot mata membunuh. “Sadam?” tanyanya dengan penuh penekanan. “Iya, Tuan Fattan, kita bertemu lagi, apa kabar?” Sadam tersenyum sinis. “Untuk apa kamu ada di sini? Kamu tidak pantas menginjakkan kaki kamu di tempat seperti ini, tempat yang hanya diperuntukkan untuk kamu bangsawan bukan untuk kelas rendahan seperti kamu!” hinanya di depan Falisha.Pria tampan itu tersenyum bahkan membalas tatapan Fattan den
“Sangat menyebalkan, dia pikir siapa dia? Berani mengaturku? Sepertinya aku harus pergi dari tempat ini, sumpah enek banget jika melihat mereka. Bisa aja kan, Mas Fattan malah memanas -manasi aku dengan kedekatannya bersama Syakira dan aku juga tidak ingin membalasnya dengan berpura-pura dekat dengan Mas Sadam, tambah geer dong dia,” gerutunya dalam hati sambil berjalan keluar dari tempat itu. Falisha terlihat sangat kesal rasanya ingin sekali meninggalkan restoran itu tapi dia baru menyadari kalau Fahri belum juga terlihat olehnya.“Tunggu dulu, di—di mana Fahri, kenapa aku sampai lupa dengan anakku?” monolog Falisha. Panik dan khawatir itu yang dirasakan olehnya. Falisha kembali masuk dan berusaha mencari Fahri.”Ya Allah ke mana anak itu? Aku nggak mau dia tersesat atau ikut dengan orang tak dikenal. Bagaimana ini ya Allah?” tanyanya masih dalam keadaan panik dan khawatir. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan apalagi begitu banyak kerumunan orang dewasa di sana., sehingga F
“Kenapa, kamu keberatan?” tanya Fattan lagi.“Mas, kamu kenapa sih? Kamu sudah enggak waras menyuruhku untuk pulang sendirian? Aku kan, pergi sama kamu, Mas? Aku takut pulang sendirian apalagi ini juga sudah malam,” rengek Syakira membuat Fattan semakin kesal melihat tingkah wanita cantik itu. “Dengar Ra, kamu jangan terlalu berharap banyak dariku. Aku memang datang bersamamu tapi masih ada kerjaan lain yang menunggu lagian kamu tidak pulang sendiri karena supirku yang akan mengantarkan kamu pulang. Jelas?” sahut Fattan dengan penuh penekanan dengan tatapan tajam kearahnya. “Mas, aku ini adalah ...”“Ra, kita tidak mempunyai hubungan apa pun, aku hanya menganggap kamu hanya teman kecilku tidak lebih jadi jangan berharap terlalu banyak, permisi!” potong Fattan cepat. Syakira begitu kesal tapi tidak juga ingin membuat Fattan lebih marah lagi karena diapun tak ingin pergi menjauh dari pria tampan itu. Meskipun kesal dia pun akhirnya menyetujui perintah Fattan. Syakira hanya diam dan
Falisha tersenyum sinis sambil memperhatikan wajah pria tampan itu yang sudah seperti kepiting rebus.“Kamu sendiri kan yang sudah membuat perjanjian tertulis? Jadi apakah aku juga yang harus mengingatkan Mas Fattan tentang hal itu? Aku masih waras Mas, enggak mungkin juga aku melakukan hal yang dilanggar oleh agama, aku masih tahu diri tidak seperti kamu, yang mengumbar kemesraan dengan wanita lain padahal sudah menikah, kan?” sindir Falisha dengan suara sedikit pelan. Fattan tak bisa menjawabnya karena apa yang dikatakan oleh Falisha memang benar. Dia pun hanya diam dan duduk tanpa ingin berdebat kembali dengan wanita cantik itu. Fahri yang melihat mereka saling berbisik begitu bahagia. Wajahnya tersenyum kecil di saat melihat kedua orang dewasa itu bertengkar pelan. “Mami benar mereka sangat cocok. Bahkan aku sendiri pun bisa langsung akrab dengan Tante Falisha, seakan dia adalah ibuku juga ,” ucap Fahri dalam hati tersenyum kecil. “Bisa enggak sih enggak bertengkar terus? Malu
“Kamu sudah nggak waras Dam, kamu belum bisa melupakan wanita itu?” tanya seseorang saat bertemu dengan Sadam.Sadam tersenyum dan memperhatikan dari jauh wanita cantik yang selalu ada di dalam hatinya dan lalu berkata, “Dia memang sudah ditakdirkan untukku Wis, buktinya enggak ada halangan untuk bisa bertemu dengannya,” sahutnya bahagia.“Kamu sudah mencari tahu semuanya tentang dia?” tanya Wisnu sahabatnya. Sadam kembali tersenyum kecil dan menatap Wisnu. Ada sesuatu yang dipikirkannya bahkan mungkin sudah direncanakan oleh Sadam. “Aku sudah menyiapkan semuanya, aku sudah menunggu lama untuk bisa sampai tahap ini, jika Falisha tahu apa yang akan aku lakukan ini mungkin dia akan marah tapi aku bisa membuat hatinya kembali terenyuh dan akan mempertimbangkan untuk menerima aku kembali,” jelasnya panjang lebar. Sadam sudah selesai mengambilkan makanan untuk Falisha dan Fahri. Satu piring berisikan makanan gado-gado lengkap dengan kerupuk dan satu piring berisikan nasi dan sambal
“Kenapa kamu tidak makan bersama kami?” tanya Falisha yang masih menyantap makanan itu dengan nikmati. “Tidak apa-apa, aku sudah kenyang melihatmu makan seperti itu. Kamu ingat saat kita pacaran dulu?” tanya balik Sadam sedikit berbisik.“Tidak dan itu sudah lama, dan jangan mengungkit masa lalu. Tujuan hidup kita sudah berbeda,” tegas Falisha yang seketika menghentikan aktivitasnya. Dia pun menaruh sendoknya kembali dan sedikit menjauhkan piring itu dari hadapannya.“Kenapa enggak kamu habiskan? Apakah sudah kenyang?” tanya Sadam kembali. “Menurutmu?” ketus Falisha.“Maaf jika sudah membuatmu kesal dan ...Ucapan Sadam menggantung saat melihat Falisha seperti gelisah. Senyum kecil pun langsung terlihat. “Kamu enggak apa-apa, Fel?” “Ya aku baik-baik saja, sepertinya aku harus ke toilet dulu. Tolong jaga Fahri” ucapnya sambil beranjak dari teman duduk dan melangkah pergi . “Tante Falisha kenapa Om?” tanya Fahri sedikit bingung.“Oh mungkin masuk angin, sebentar Om lihat dulu?
Seketika Sadam merasa kesakitan dan melepaskan tangannya yang sudah menyentuh tubuh wanita cantik itu. “Ah!” teriak kesakitan dari Sadam. Dalam sekejap pun terasa basah. Tangan Sadam langsung menyentuh kepalanya yang ternyata sudah digenangi cairan berwarna merah pekat itu yang mengalir deras. Sontak saja Sadam terkejut dan belum juga bisa melihat siapa yang telah memukulnya dia langsung roboh dan tak sadarkan diri. Falisha terkejut dan syok melihat Sadam yang sudah berlumuran darah. Matanya terbelalak tak percaya apa yang dia lihat barusan. “Singkirkan dia dan pastikan tidak ada jejak yang tertinggal!” perintah pria itu dengan tegas kepada anak buahnya. “Baik Bos,” sahut mereka dan segera melakukan perintah Fattan. “A—apa dia akan mati?” tanya Falisha pelan.“Jika kamu dia mati bisa saja akan aku patahkan semua tulangnya dan dimutilasi setelah itu langsung dikubur saja, bagaimana apa perlu begitu?” sahut pria itu dengan tegas. Falisha tersadar saat mendengar suara bariton it