Home / Pernikahan / Surat Wasiat Istriku / 63. Pergi Ke restoran

Share

63. Pergi Ke restoran

last update Last Updated: 2024-03-21 22:39:51

Kamu terlihat sangat cantik, Lis,” ucap Sadam dengan mata yang tak lepas memandanginya.

Falisha hanya diam tak merespons ucapan Sadam.

“Kamu tahu aku tidak pernah bisa melupakan kamu dan ....”

“Kita berangkat sekarang? Sudah lama kita di luar dan aku enggak mau kamu mengambil kesempatan lagi,” potong Falisha dengan nada ketus.

“Maksudmu apa Lis, aku nggak ada niatan untuk ....”

“Mas!” Falisha kembali memotong ucapan Sadam dengan tatapan yang tajam. Seketika Sadam mengerti dan tidak ingin memperpanjang masalah.

“Ayuk Om, Fahri sudah nggak sabar untuk makan di restoran Om yang baru,” ajak Fahri menghentikan obrolan mereka.

Falisha pun langsung menggandeng tangan Fahri dan berjalan mendahului Sadam.

“Kenapa kamu masih di sana, Mas?” tanya Falisha sedikit kesal karena Sadam hanya diam dan menatap Falisha.

Sadam pun mulai melangkah menghampiri mereka dan sekarang mereka pun berjalan beriringan. Sesekali Sadam mencuri pandang kepada Falisha. Wanita cantik itu pun tahu kalau pri
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Surat Wasiat Istriku    64. Ketahuan

    Falisha duduk dengan tenang meskipun matanya berkeliaran untuk mencari sesuatu. Ya mencari keberadaan Fattan. Entah kenapa hatinya ingin tahu apa yang dia lakukan bersama Syakira. Apakah dia tidak tahu kalau restoran yang dia datangi adalah restoran baru Sadam, mantan kekasih Falisha yang disuruh untuk memiskinkan Sadam karena dituduh berselingkuh dan memutuskan pertunangan dengan Falisha.“Ke mana orang itu? Sangat menyebalkan jika dia sampai melihatku ada di sini juga, tapi ... Ah kenapa juga aku memikirkan dia? Apakah aku juga cemburu saat dia bersama wanita lain? Ah, tidak pernikahan kita hanya sebatas kertas. Aku hanya ingin Fahri anakku bahagia tapi surat wasiat Mbak Farah aku harus menyingkirkan Syakira dari pikiran Mas Fattan, tapi bagaimana caranya? Wanita itu selalu menempel seperti perangko,” kesal Falisha menggerutu dalam hati. Sedangkan Fahri bisa melihat kekhawatiran di wajah Falisha. Anak kecil itu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Falisha. Apalagi dia juga melih

    Last Updated : 2024-03-24
  • Surat Wasiat Istriku    65. Kecemburuan Fattan

    “Mas, kenapa kamu diam? Dia siapa Mas? Kenapa kamu mengenalnya?” tanyanya lagi membuat Syakira semakin kesal. Falisha ingin menjawab tapi tiba-tiba saja terdengar suara bariton yang lain diantara mereka. “Dia tunangan saya!” ucap orang itu dengan tegas. Fattan mendengarkan secara saksama, lalu menoleh ke arah sumber suara itu. Wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat penampakan orang itu. Sadam mulai menghampiri mereka. Semakin jelas penampakan orang itu membuat hati Fattan semakin emosi. Tangannya mengepal kuat. Rahangnya mulai mengeras dengan sorot mata membunuh. “Sadam?” tanyanya dengan penuh penekanan. “Iya, Tuan Fattan, kita bertemu lagi, apa kabar?” Sadam tersenyum sinis. “Untuk apa kamu ada di sini? Kamu tidak pantas menginjakkan kaki kamu di tempat seperti ini, tempat yang hanya diperuntukkan untuk kamu bangsawan bukan untuk kelas rendahan seperti kamu!” hinanya di depan Falisha.Pria tampan itu tersenyum bahkan membalas tatapan Fattan den

    Last Updated : 2024-03-26
  • Surat Wasiat Istriku    66. Salah

    “Sangat menyebalkan, dia pikir siapa dia? Berani mengaturku? Sepertinya aku harus pergi dari tempat ini, sumpah enek banget jika melihat mereka. Bisa aja kan, Mas Fattan malah memanas -manasi aku dengan kedekatannya bersama Syakira dan aku juga tidak ingin membalasnya dengan berpura-pura dekat dengan Mas Sadam, tambah geer dong dia,” gerutunya dalam hati sambil berjalan keluar dari tempat itu. Falisha terlihat sangat kesal rasanya ingin sekali meninggalkan restoran itu tapi dia baru menyadari kalau Fahri belum juga terlihat olehnya.“Tunggu dulu, di—di mana Fahri, kenapa aku sampai lupa dengan anakku?” monolog Falisha. Panik dan khawatir itu yang dirasakan olehnya. Falisha kembali masuk dan berusaha mencari Fahri.”Ya Allah ke mana anak itu? Aku nggak mau dia tersesat atau ikut dengan orang tak dikenal. Bagaimana ini ya Allah?” tanyanya masih dalam keadaan panik dan khawatir. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan apalagi begitu banyak kerumunan orang dewasa di sana., sehingga F

    Last Updated : 2024-04-04
  • Surat Wasiat Istriku    67. Penawaran

    “Kenapa, kamu keberatan?” tanya Fattan lagi.“Mas, kamu kenapa sih? Kamu sudah enggak waras menyuruhku untuk pulang sendirian? Aku kan, pergi sama kamu, Mas? Aku takut pulang sendirian apalagi ini juga sudah malam,” rengek Syakira membuat Fattan semakin kesal melihat tingkah wanita cantik itu. “Dengar Ra, kamu jangan terlalu berharap banyak dariku. Aku memang datang bersamamu tapi masih ada kerjaan lain yang menunggu lagian kamu tidak pulang sendiri karena supirku yang akan mengantarkan kamu pulang. Jelas?” sahut Fattan dengan penuh penekanan dengan tatapan tajam kearahnya. “Mas, aku ini adalah ...”“Ra, kita tidak mempunyai hubungan apa pun, aku hanya menganggap kamu hanya teman kecilku tidak lebih jadi jangan berharap terlalu banyak, permisi!” potong Fattan cepat. Syakira begitu kesal tapi tidak juga ingin membuat Fattan lebih marah lagi karena diapun tak ingin pergi menjauh dari pria tampan itu. Meskipun kesal dia pun akhirnya menyetujui perintah Fattan. Syakira hanya diam dan

    Last Updated : 2024-04-13
  • Surat Wasiat Istriku    68. Protes Fattan

    Falisha tersenyum sinis sambil memperhatikan wajah pria tampan itu yang sudah seperti kepiting rebus.“Kamu sendiri kan yang sudah membuat perjanjian tertulis? Jadi apakah aku juga yang harus mengingatkan Mas Fattan tentang hal itu? Aku masih waras Mas, enggak mungkin juga aku melakukan hal yang dilanggar oleh agama, aku masih tahu diri tidak seperti kamu, yang mengumbar kemesraan dengan wanita lain padahal sudah menikah, kan?” sindir Falisha dengan suara sedikit pelan. Fattan tak bisa menjawabnya karena apa yang dikatakan oleh Falisha memang benar. Dia pun hanya diam dan duduk tanpa ingin berdebat kembali dengan wanita cantik itu. Fahri yang melihat mereka saling berbisik begitu bahagia. Wajahnya tersenyum kecil di saat melihat kedua orang dewasa itu bertengkar pelan. “Mami benar mereka sangat cocok. Bahkan aku sendiri pun bisa langsung akrab dengan Tante Falisha, seakan dia adalah ibuku juga ,” ucap Fahri dalam hati tersenyum kecil. “Bisa enggak sih enggak bertengkar terus? Malu

    Last Updated : 2024-04-18
  • Surat Wasiat Istriku    69. Makan malam

    “Kamu sudah nggak waras Dam, kamu belum bisa melupakan wanita itu?” tanya seseorang saat bertemu dengan Sadam.Sadam tersenyum dan memperhatikan dari jauh wanita cantik yang selalu ada di dalam hatinya dan lalu berkata, “Dia memang sudah ditakdirkan untukku Wis, buktinya enggak ada halangan untuk bisa bertemu dengannya,” sahutnya bahagia.“Kamu sudah mencari tahu semuanya tentang dia?” tanya Wisnu sahabatnya. Sadam kembali tersenyum kecil dan menatap Wisnu. Ada sesuatu yang dipikirkannya bahkan mungkin sudah direncanakan oleh Sadam. “Aku sudah menyiapkan semuanya, aku sudah menunggu lama untuk bisa sampai tahap ini, jika Falisha tahu apa yang akan aku lakukan ini mungkin dia akan marah tapi aku bisa membuat hatinya kembali terenyuh dan akan mempertimbangkan untuk menerima aku kembali,” jelasnya panjang lebar. Sadam sudah selesai mengambilkan makanan untuk Falisha dan Fahri. Satu piring berisikan makanan gado-gado lengkap dengan kerupuk dan satu piring berisikan nasi dan sambal

    Last Updated : 2024-04-23
  • Surat Wasiat Istriku    70. Rencana Sadam

    “Kenapa kamu tidak makan bersama kami?” tanya Falisha yang masih menyantap makanan itu dengan nikmati. “Tidak apa-apa, aku sudah kenyang melihatmu makan seperti itu. Kamu ingat saat kita pacaran dulu?” tanya balik Sadam sedikit berbisik.“Tidak dan itu sudah lama, dan jangan mengungkit masa lalu. Tujuan hidup kita sudah berbeda,” tegas Falisha yang seketika menghentikan aktivitasnya. Dia pun menaruh sendoknya kembali dan sedikit menjauhkan piring itu dari hadapannya.“Kenapa enggak kamu habiskan? Apakah sudah kenyang?” tanya Sadam kembali. “Menurutmu?” ketus Falisha.“Maaf jika sudah membuatmu kesal dan ...Ucapan Sadam menggantung saat melihat Falisha seperti gelisah. Senyum kecil pun langsung terlihat. “Kamu enggak apa-apa, Fel?” “Ya aku baik-baik saja, sepertinya aku harus ke toilet dulu. Tolong jaga Fahri” ucapnya sambil beranjak dari teman duduk dan melangkah pergi . “Tante Falisha kenapa Om?” tanya Fahri sedikit bingung.“Oh mungkin masuk angin, sebentar Om lihat dulu?

    Last Updated : 2024-05-02
  • Surat Wasiat Istriku    71. Bercinta

    Seketika Sadam merasa kesakitan dan melepaskan tangannya yang sudah menyentuh tubuh wanita cantik itu. “Ah!” teriak kesakitan dari Sadam. Dalam sekejap pun terasa basah. Tangan Sadam langsung menyentuh kepalanya yang ternyata sudah digenangi cairan berwarna merah pekat itu yang mengalir deras. Sontak saja Sadam terkejut dan belum juga bisa melihat siapa yang telah memukulnya dia langsung roboh dan tak sadarkan diri. Falisha terkejut dan syok melihat Sadam yang sudah berlumuran darah. Matanya terbelalak tak percaya apa yang dia lihat barusan. “Singkirkan dia dan pastikan tidak ada jejak yang tertinggal!” perintah pria itu dengan tegas kepada anak buahnya. “Baik Bos,” sahut mereka dan segera melakukan perintah Fattan. “A—apa dia akan mati?” tanya Falisha pelan.“Jika kamu dia mati bisa saja akan aku patahkan semua tulangnya dan dimutilasi setelah itu langsung dikubur saja, bagaimana apa perlu begitu?” sahut pria itu dengan tegas. Falisha tersadar saat mendengar suara bariton it

    Last Updated : 2024-05-04

Latest chapter

  • Surat Wasiat Istriku    92. Lelah

    “Mbok di mana Mas Fattan?” tanya Farah pelan.“Belum pulang Bu,” jawab Mbok Ijah singkat. Farah melirik ke jam dingin yang terpajang cantik di dalam kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, membuat Farah sedikit khawatir. Namun, sesaat kemudian kekhawatiran itu berangsur sirna dikala dia mengingat kalau ada wanita lain yang biasa menemaninya. “Apa yang Bu Farah pikirkan?” Mbok Ijah menemani Farah di dalam kamar.“Mas Fattan pasti dengan Syakira. Mbok apakah Mas Fattan mencintai Syakira, sepertinya mereka saling mencintai? Apakah Syakira adalah cinta pertama Mas Fattan?” tanya Farah mulai bimbang. “Enggak Bu, mereka hanya teman masa kecil. Dulu Syakira pergi dari kehidupan Den Fattan saat mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Ayah Syakira ditugaskan di Semarang saat Syakira berusia sembilan tahun dan Den Fattan berusia dua belas tahun. Setelah itu mereka tidak pernah saling menghubungi atau bertukar kabar. Kalau sekarang Mbok enggak tahu juga apakah Den Fatta

  • Surat Wasiat Istriku    91. Kecewa

    “Jika kamu mencintainya kenapa kamu dulu pergi meninggalkannya? Kenapa Syakira? Kenapa kamu malah pergi dari kehidupan Mas Fattan dan kenapa kembali disaat Mas Fattan sudah menikah denganku?” Farah menghujaninya begitu banyak pertanyaan yang dari dulu ingin sekali dia tanyakan kepada Syakira.Syakira terdiam sesaat sambil menatap sendu wanita di hadapannya dan kemudian kembali tersenyum sebelum berbicara. “Aku kembali bukan karena ingin merebut Mas Fattan dari kamu, Mbak. Aku kembali karena langkah kakiku yang menuntunku sampai ke sini. Apakah ini yang bisa dibilang sebuah takdir? Bahkan berkat kerja kerasku selama ini akhirnya kembali ke sini dan bertemu Mas Fattan. Aku hanya ingin menjadi temanmu, Mbak dan berbagi apa saja jika Mbak mau. Aku juga bisa menjadi teman curhat dan menjadi pendengar yang baik,” jelasnya.“Kata-katamu sungguh manis dan cukup mengesankan. Apa yang kamu inginkan Syakira? Kehidupanku atau cinta suamiku?” tanya Farah pelan. “Hanya Mbak Farah yang tahu jaw

  • Surat Wasiat Istriku    90. Kejujuran Syakira

    Fahri pun mengangkat ponsel itu dengan sedikit malas. “Halo, Pi? Ada apa?”“Fahr? Di mana mami? Kenapa kamu yang angkat telepon mami? Apa mami baik-baik saja?” “Kenapa Papi mencari mami? Untuk sekarang mami enggak bisa diganggu. Papi urus saja pekerjaan penting Papi itu!” “Fahri! Halo ...halo!” Terdengar suara Fahri memutuskan sambungan telepon itu. Kecewa dan marah itu yang dirasakan olehnya. Tak lama kudian ponsel Farah kembali berbunyi. Takut membangunkan Farah sehingga Fahri langsung mematikan ponsel itu. “Untuk apa Papi mengetahui keadaan mami? Papi lebih sayang dengan pekerjaan tante pirang itu,” gerutu dalam hati sambil menatap lekat wajah Farah yang semakin tirus dan pucat. Fahri mengecup kening Farah. Seharusnya bukan anak kecil itu yang menunggu di rumah sakit, tapi anak kecil itu memohon kepada pihak rumah sakit untuk bisa tidur dengan Farah dalam satu ruangan. Ingin menemaninya dalam tidur. Fahri begitu menyayangi Farah dan tak ingin berpisah sedetik pun apalagi

  • Surat Wasiat Istriku    89. Kebencian Fahri

    “Mami kenapa Mbok?” tanya Fahri semakin cemas.Farah masih mengatur napasnya perlahan-lahan. Dia berusaha untuk bisa meredam sakit hatinya saat melihat penampakan di sana.Mbok Ijah terlihat panik. Begitu juga dengan Mang Ujang yang langsung ingin menggendong Farah untuk masuk ke dalam mobil kembali. Namun, entah kenapa pandangan wanita paruh baya itu ternyata melihat sang majikan pria yang sedang bahagia bersama wanita lain yang tidak lain adalah Syakira.“Den Fattan?” Mbok Ijah terdiam sesaat. Fahri pun menengok dan mendengarkan ucapan Mbok Ijah. Apalagi pandangan Mbok Ijah tertuju ke satu arah. Fahri mengikuti arah pandangan wanita paru baya itu. Dan benar saja papinya sedang bersama dengan wanita lain. Tentu saja membuat hati Fahri begitu sakit, marah melihat mereka begitu dekat seperti yang dia lihat saat di ruangan papinya sendiri.“Pa—Papi ada di sini juga? Bukannya papi bilang kalau ada urusan mendadak di kantor tapi kenapa ada di sini bersama Tante itu?” kesalnya dan ingin

  • Surat Wasiat Istriku    88. Hampir Pingsan

    Hari-hari pun berlalu seperti biasa. Farah pun sudah terbiasa dengan kedatangan Syakira ke rumahnya. Entah itu tentang pekerjaan atau hanya sekedar bertamu. Syakira berusaha untuk menjadi teman dekat Farah dan membuatnya merasa nyaman . Namun, tidak dengan Fahri yang mulai risih dengan kedatangan Syakira. Anak kecil itu tidak terlalu suka jika Syakira sering datang ke rumahnya. Bahkan di hari libur pun Syakira tidak absen untuk bisa jadi di tengah keluarga mereka. Seperti saat ini Fahri yang sudah sedikit melupakan tentang masalah mainan robot itu, kini sedikit terobati saat Fattan berniat untuk mengajak mereka ke pantai. Fahri sangat bahagia karena susah lama mereka tidak pergi berlibur bersama-sama.Dengan penuh semangat Fahri menyiapkan semua keperluan nya sendiri. Mulai dari baju ganti sampai makanan atau camilan untuk di sana. Anak kecil itu begitu Mandiri dia bisa menyiapkan segala kebutuhannya sendiri karena Fahri berpikir untuk tidak merepotkan ibunya yang sering sakit-sak

  • Surat Wasiat Istriku    87. Kedatangan Syakira Meresahkan

    Sudah tiga hari Farah masih terbaring di rumah sakit. Tubuhnya begitu lemas. Panas dingin kembali menyelimuti dirinya. Meskipun sudah mendapatkan kenangan yang maksimal tapi tubuh kurus itu semakin lemah. Matanya terlihat cekung dengan bibir sedikit pecah. Wajah pucat seperti mayat hidup. Farah menahan rasa sakit semuanya sendiri karena tidak ingin menjadi beban suaminya lagi sehingga dia pun menyembunyikan penyakitnya sendiri. Farah kembali mengingat masa lalu yang begitu romantis disaat Farah masih terlihat segar dan cantik. Fattan begitu memuji kecantikan dan sangat mencintai Farah. Bahkan dia teka menentang keluarga besarnya untuk bisa menikah dengan wanita yang miskin.Keluarga Fattan tidak menyukai pilihan Fattan tapi tidak bisa menolak pilihan Fattan karena begitu menyayangi Fattan. Mereka berdua pun menyembunyikan rahasia besar kalau Farah tidak akan bisa mempunyai anak dari rahimnya karena rahim Farah sudah diangkat karena rusak akibat kecelakaan sebelum mereka menikah.

  • Surat Wasiat Istriku    86. Pasrah

    Fattan masih tertegun melihat benda itu. Apalagi saat pelayan toko mainan itu bilang kalau hanya ada satu barang. Berarti orang yang membeli mainan robot itu adalah Fahri. Anak kecil itu pun mengerti apa yang dilihat oleh papinya sendiri. Fahri melihat ada barang yang diletakkan di tempat tidurnya tanpa berniat untuk membuka kotak itu. “Apakah isinya itu adalah mainan?” pikir Fahri sesaat. Fahri masih saja menatap wajah Fattan dengan sendu. “Mainan robot itu bagus kan, Pi? Fahri meminta Mami untuk membelikannya. Mainan yang tidak jadi dibeli oleh Papi di sana. Papi lebih memilih pergi dengan Tante pirang itu daripada membelikan untuk Fahri,” ucapnya seketika membuyarkan lamunannya.. “Fahri ... apakah kamu dan Mami ada di mall itu juga?” tanyanya lebih memastikan.“Iya Pi. Mami bilang kalau Papi dan Tante pirang itu sedang berlatih memainkan peran tapi Papi lupa kalau Fahri ini anak. Papi yang bisa menangkap pikiran orang dewasa. Papi sudah berubah, enggak sayang lagi sama kami. O

  • Surat Wasiat Istriku    85. Bingung

    Di dalam mobil Fattan masih tak percaya apa yang mereka lakukan semalam. Tentu saja apa yang dilakukan oleh Syakira tadi malam membuatnya terbangun dan mengikuti permainan Syakira yang begitu panas. “Oh Syakira, kamu membuatku gila, tubuhmu, aromamu membuat aku tak bisa melupakan kejadian semalam. Bagaimana aku bisa konsentrasi di kantor jika terus membayangkan perbuatan Syakira?” gerutunya membuatnya semakin gelisah. Tiba di perempatan jalan Fattan melihat sebuah mall. Tempat di mana kemarin dia singgah di sana. Terlintas di benaknya langsung saat Fattan berada di toko mainan. “Ah iya aku mau membelikan mainan untuk Fahri tapi ....” Fattan melihat jam di pergelangan tangannya yang melingkar. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi sedangkan mall itu belum buka. Fattan pun berniat akan kembali ke toko mainan itu saat jam makan siang nanti sehingga dia pun melajukan kendaraannya kembali. Tiba di kantor Fattan langsung fokus ke pekerjaan yang menunggunya. Dia sudah lupa untuk men

  • Surat Wasiat Istriku    84. Sentuhan Syakira

    Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun, mata sendu itu belum bisa terpejam sempurna betul. Setelah kejadian di mall Fahri tak bisa melupakan apa yang terjadi di sana.Bahkan semula rencana untuk bermain di mall secara tiba-tiba dibatalkan oleh Fahri sendiri. Dia lebih memilih untuk pulang ke rumah cepat. Tak ada keceriaan seperti tadi setelah sampai di rumah. Farah ikutan sedih saat anak angkatnya kini tidak berselera untuk makan. Fahri hanya menatap sendu ke arah robot yang dibeli yang menjadi pilihan Fattan meskipun tidak jadi dibelinya. Farah menemaninya di dalam kamar. Sungguh tak tega melihatnya sendirian. “Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Kamu tidak lapar? Jika Fahri enggak mau makan lebih baik tidur, biar besok bisa bangun pagi, kan sekolah, tapi Mami akan sedih jika Fahri tidur dalam keadaan perut kosong, nanti Fahri sakit dan Mami akan bertambah sedih melihatnya dan juga akan membuat Mami semakin lama sembuhnya. Fahri mau seperti itu?” bujuk lembut Farah yang su

DMCA.com Protection Status