“Kamu akan cantik memakainya, maaf aku baru bisa membelikannya untukmu, Sayang.”Cintamu yang dulu – Sadam .Falisha meremas kertas itu dengan kuat. Hatinya begitu terenyuh saat membaca isi dari kertas itu. Bukan tanpa sebab karena dulu Falisha sangat menginginkan gaun muslim itu tapi Sadam tak mampu membelinya karena uangnya kurang. Tanpa terasa bulur-bulir air mata pun kembali menghiasi wajahnya. Falisha pun kembali mengingat masa lalu itu yang penuh masalah. “Kamu masih mengingat gaun ini Mas, tapi apakah masih muat dengan tubuhku sekarang? Kamu membelinya tanpa sepengetahuan aku,” ucapnya lirih. Entah kenap hatinya merasa kasihan sehingga tanpa dia sadari tangannya mulai mengambil dan memakaikan baju itu di tubuhnya sendiri. Dia pun terkejut karena baju itu sangat pas di tubuh Falisha tidak terlihat melihatkan lekuk tubuh Falisha tapi begitu nyaman dipakai oleh Falisha sendiri. Kainnya tidak panas dan terkesan dingin. Warnanya pun memang disukai oleh Falisha yang tidak ter
Kamu terlihat sangat cantik, Lis,” ucap Sadam dengan mata yang tak lepas memandanginya.Falisha hanya diam tak merespons ucapan Sadam.“Kamu tahu aku tidak pernah bisa melupakan kamu dan ....” “Kita berangkat sekarang? Sudah lama kita di luar dan aku enggak mau kamu mengambil kesempatan lagi,” potong Falisha dengan nada ketus.“Maksudmu apa Lis, aku nggak ada niatan untuk ....” “Mas!” Falisha kembali memotong ucapan Sadam dengan tatapan yang tajam. Seketika Sadam mengerti dan tidak ingin memperpanjang masalah. “Ayuk Om, Fahri sudah nggak sabar untuk makan di restoran Om yang baru,” ajak Fahri menghentikan obrolan mereka. Falisha pun langsung menggandeng tangan Fahri dan berjalan mendahului Sadam. “Kenapa kamu masih di sana, Mas?” tanya Falisha sedikit kesal karena Sadam hanya diam dan menatap Falisha.Sadam pun mulai melangkah menghampiri mereka dan sekarang mereka pun berjalan beriringan. Sesekali Sadam mencuri pandang kepada Falisha. Wanita cantik itu pun tahu kalau pri
Falisha duduk dengan tenang meskipun matanya berkeliaran untuk mencari sesuatu. Ya mencari keberadaan Fattan. Entah kenapa hatinya ingin tahu apa yang dia lakukan bersama Syakira. Apakah dia tidak tahu kalau restoran yang dia datangi adalah restoran baru Sadam, mantan kekasih Falisha yang disuruh untuk memiskinkan Sadam karena dituduh berselingkuh dan memutuskan pertunangan dengan Falisha.“Ke mana orang itu? Sangat menyebalkan jika dia sampai melihatku ada di sini juga, tapi ... Ah kenapa juga aku memikirkan dia? Apakah aku juga cemburu saat dia bersama wanita lain? Ah, tidak pernikahan kita hanya sebatas kertas. Aku hanya ingin Fahri anakku bahagia tapi surat wasiat Mbak Farah aku harus menyingkirkan Syakira dari pikiran Mas Fattan, tapi bagaimana caranya? Wanita itu selalu menempel seperti perangko,” kesal Falisha menggerutu dalam hati. Sedangkan Fahri bisa melihat kekhawatiran di wajah Falisha. Anak kecil itu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Falisha. Apalagi dia juga melih
“Mas, kenapa kamu diam? Dia siapa Mas? Kenapa kamu mengenalnya?” tanyanya lagi membuat Syakira semakin kesal. Falisha ingin menjawab tapi tiba-tiba saja terdengar suara bariton yang lain diantara mereka. “Dia tunangan saya!” ucap orang itu dengan tegas. Fattan mendengarkan secara saksama, lalu menoleh ke arah sumber suara itu. Wajahnya langsung berubah seratus delapan puluh derajat setelah melihat penampakan orang itu. Sadam mulai menghampiri mereka. Semakin jelas penampakan orang itu membuat hati Fattan semakin emosi. Tangannya mengepal kuat. Rahangnya mulai mengeras dengan sorot mata membunuh. “Sadam?” tanyanya dengan penuh penekanan. “Iya, Tuan Fattan, kita bertemu lagi, apa kabar?” Sadam tersenyum sinis. “Untuk apa kamu ada di sini? Kamu tidak pantas menginjakkan kaki kamu di tempat seperti ini, tempat yang hanya diperuntukkan untuk kamu bangsawan bukan untuk kelas rendahan seperti kamu!” hinanya di depan Falisha.Pria tampan itu tersenyum bahkan membalas tatapan Fattan den
“Sangat menyebalkan, dia pikir siapa dia? Berani mengaturku? Sepertinya aku harus pergi dari tempat ini, sumpah enek banget jika melihat mereka. Bisa aja kan, Mas Fattan malah memanas -manasi aku dengan kedekatannya bersama Syakira dan aku juga tidak ingin membalasnya dengan berpura-pura dekat dengan Mas Sadam, tambah geer dong dia,” gerutunya dalam hati sambil berjalan keluar dari tempat itu. Falisha terlihat sangat kesal rasanya ingin sekali meninggalkan restoran itu tapi dia baru menyadari kalau Fahri belum juga terlihat olehnya.“Tunggu dulu, di—di mana Fahri, kenapa aku sampai lupa dengan anakku?” monolog Falisha. Panik dan khawatir itu yang dirasakan olehnya. Falisha kembali masuk dan berusaha mencari Fahri.”Ya Allah ke mana anak itu? Aku nggak mau dia tersesat atau ikut dengan orang tak dikenal. Bagaimana ini ya Allah?” tanyanya masih dalam keadaan panik dan khawatir. Matanya menyusuri setiap sudut ruangan apalagi begitu banyak kerumunan orang dewasa di sana., sehingga F
“Kenapa, kamu keberatan?” tanya Fattan lagi.“Mas, kamu kenapa sih? Kamu sudah enggak waras menyuruhku untuk pulang sendirian? Aku kan, pergi sama kamu, Mas? Aku takut pulang sendirian apalagi ini juga sudah malam,” rengek Syakira membuat Fattan semakin kesal melihat tingkah wanita cantik itu. “Dengar Ra, kamu jangan terlalu berharap banyak dariku. Aku memang datang bersamamu tapi masih ada kerjaan lain yang menunggu lagian kamu tidak pulang sendiri karena supirku yang akan mengantarkan kamu pulang. Jelas?” sahut Fattan dengan penuh penekanan dengan tatapan tajam kearahnya. “Mas, aku ini adalah ...”“Ra, kita tidak mempunyai hubungan apa pun, aku hanya menganggap kamu hanya teman kecilku tidak lebih jadi jangan berharap terlalu banyak, permisi!” potong Fattan cepat. Syakira begitu kesal tapi tidak juga ingin membuat Fattan lebih marah lagi karena diapun tak ingin pergi menjauh dari pria tampan itu. Meskipun kesal dia pun akhirnya menyetujui perintah Fattan. Syakira hanya diam dan
Falisha tersenyum sinis sambil memperhatikan wajah pria tampan itu yang sudah seperti kepiting rebus.“Kamu sendiri kan yang sudah membuat perjanjian tertulis? Jadi apakah aku juga yang harus mengingatkan Mas Fattan tentang hal itu? Aku masih waras Mas, enggak mungkin juga aku melakukan hal yang dilanggar oleh agama, aku masih tahu diri tidak seperti kamu, yang mengumbar kemesraan dengan wanita lain padahal sudah menikah, kan?” sindir Falisha dengan suara sedikit pelan. Fattan tak bisa menjawabnya karena apa yang dikatakan oleh Falisha memang benar. Dia pun hanya diam dan duduk tanpa ingin berdebat kembali dengan wanita cantik itu. Fahri yang melihat mereka saling berbisik begitu bahagia. Wajahnya tersenyum kecil di saat melihat kedua orang dewasa itu bertengkar pelan. “Mami benar mereka sangat cocok. Bahkan aku sendiri pun bisa langsung akrab dengan Tante Falisha, seakan dia adalah ibuku juga ,” ucap Fahri dalam hati tersenyum kecil. “Bisa enggak sih enggak bertengkar terus? Malu
“Kamu sudah nggak waras Dam, kamu belum bisa melupakan wanita itu?” tanya seseorang saat bertemu dengan Sadam.Sadam tersenyum dan memperhatikan dari jauh wanita cantik yang selalu ada di dalam hatinya dan lalu berkata, “Dia memang sudah ditakdirkan untukku Wis, buktinya enggak ada halangan untuk bisa bertemu dengannya,” sahutnya bahagia.“Kamu sudah mencari tahu semuanya tentang dia?” tanya Wisnu sahabatnya. Sadam kembali tersenyum kecil dan menatap Wisnu. Ada sesuatu yang dipikirkannya bahkan mungkin sudah direncanakan oleh Sadam. “Aku sudah menyiapkan semuanya, aku sudah menunggu lama untuk bisa sampai tahap ini, jika Falisha tahu apa yang akan aku lakukan ini mungkin dia akan marah tapi aku bisa membuat hatinya kembali terenyuh dan akan mempertimbangkan untuk menerima aku kembali,” jelasnya panjang lebar. Sadam sudah selesai mengambilkan makanan untuk Falisha dan Fahri. Satu piring berisikan makanan gado-gado lengkap dengan kerupuk dan satu piring berisikan nasi dan sambal