“Maaf sudah terkirim dan saya ingin melihat reaksi Tuan Fattan bagaimana sikap kalian yang tidak peduli dengan anak pemilik gedung sekolah ini,” tegasnya membuat kedua wanita paru baya itu begitu panik dan khawatir. “Anda siapa sih sudah membuat suasana sekolah kami menjadi kacau. Hal ini masih bisa dibicarakan secara kekeluargaan tanpa harus melibatkan Tuan Fattan. Dan jika kami bermasalah tentu saja Anda juga mendapatkan masalah!” ancam Bu Anna tidak terima dengan perlakuan Falisha.“Jika Anda tidak merasa bersalah kenapa harus takut? Saya adalah bagian dari keluarga Widatama hanya saja saya baru saja pulang ke rumah dan mendapati anak itu yang terlihat murung dan kurang percaya diri. Saya akui keluarga Widatama kurang memperhatikan kondisi kesehatan anak itu karena mereka sangat super sibuk. Makanya saya harus buru-buru pulang dan mulai sekarang dia dalam pengawasan saya. Anggap saja saya ada baby siternya Fahri dan juga Tantenya Fahri. ***Sementara itu Fattan yang masih mengge
“Anda tidak bisa seenaknya memecat kami begitu saja. Kenapa Anda lebih percaya dengan omongan orang asing daripada kami? Ya kamu akui kami memang melakukan kesalahan karena lalai dalam tugas kamu, tapi kami pikir mereka hanya sekedar bercanda dan Fahri pun tidak pernah memberitahukan kepada kami kalau dia diganggu seperti itu. Kami akan meminta para orang tua murid dan temannya untuk minta maaf kepada Fahri dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, tapi saya mohon Pak Fattan jangan membuat suasana menjadi keruh lantaran hal sepele ini,” jelas Bu Anna memohon. “Justru karena kelalaian kalian membuat anak itu trauma, dia menjadi anak yang tertutup dan pendiam. Tidak ada yang peduli baik di sekolah maupun ... ucapan Falisha menggantung seperti tertahan meneruskan kalimatnya lagi. Fattan menatap tajam ke arah Falisha begitu juga dengan Falisha yang membalas tatapan itu dengan berani. Falisha keluar dari ruangan itu karena terasa sangat sulit bernapas di sana sehingga memutuskan tak
Sesaat kemudian terdengar deru suara mesin mobil. Fattan beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke balkon. Seketika senyumannya mengembang saat melihat dari atas Falisha yang keluar dari mobil. Dia lalu bergegas untuk menemui mereka. Langkahnya yang besar menuruni anak tangga dan sampai di depan rumah. Rupanya Fahri sudah tertidur di gendongan Falisha. Fattan ingin meraih tubuh kecil Fahri tapi dengan cepat Falisha menghentikannya. “Nggak usah Mas, aku bisa sendiri kok,” tolaknya dan pergi mendahului Fattan. Fattan menghela napas kasar. Dia lalu merampas bawaan belanjaan dari tangan Pak Sopir. “Biar saya yang bawa,” ketusnya.Pak Alif langsung memberikannya. Mau tak mau Fattan mengikutinya dari belakang sambil membawa barang belanjaan itu ke kamar Fahri. Falisha lalu menidurkannya dan menyelimuti tubuh anak itu. Tak lupa memberikan kecupan singkat di keningnya. Fattan menaruh semua barang belanjaan itu kamar Fahri tanpa harus membongkarnya secara perlahan. Sedikit hatinya
Pria itu hanya terlihat tersenyum dan dengan berani dia langsung masuk ke dalam apartemen tanpa persetujuan Syakira. Spontan Syakira terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria misterius itu.“Hey, lancang sekali kamu masuk ke dalam, siapa kamu? Saya bisa laporkan kamu dengan satpam di sini! Keluar, sebelum saya teriak kencang!” Syakira begitu geram dan berusaha untuk mendorong pria itu tapi malah Syakira yang terjebak dalam situasi ini. Pria itu menaruh bungkusan plastik itu di eja kemudian mendekati Syakira. Tatapannya begitu liar dari atas sampai bawah menatap lapar melihat lekuk tubuh Syakira yang menggoda karena pada saat ini dia memakai baju tidur berbahan tipis sehingga lekuk tubuhnya tercetak dengan jelas. “Si—siapa kamu!” teriak Syakira semakin takut melihat pria itu. Saat ingin berteriak meminta tolong buru-buru pria itu membekap mulut Syakira dengan kuat. Dia lalu menghempaskan tubuh Syakira di sofa panjang. Pria itu lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Sete
“Kenapa aku ini? Apakah aku mulai jatuh cinta dengan Falisha? Tapi rasanya sangat berbeda,” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.Namun, beberapa saat kemudian terdengar suara ponsel berbunyi membuyarkan lamunan Fattan seketika. Dia lalu mengambilnya dan melihat siapa yang telah menghubunginya pagi-pagi. “Syakira? Ah ya dia pasti dia ingin meluapkan amarahnya tapi aku sudah tahu kelemahannya,” ucapnya dengan bangga dan menerima panggilan telepon itu. “Ya Sayang, aku tahu aku salah, tolong jangan marah ya nanti aku transfer uang untuk kamu belanja, oke?”“Kamu memang sangat keterlaluan Mas, baiklah aku nggak marah tapi ada hal yang ingin aku sampaikan.”“Ada apa Sayang?” “Aku harus pergi ke Paris kontrakku sudah disetujui mungkin akan kembali dua bulan lagi.”“Apa, kenapa kamu mendadak memberitahukan aku?” “Ya aku juga baru tahu tadi malam dan sekarang aku sudah ada di bandara dan salam buat keluargamu ya aku nggak bisa berpamitan secara langsung. Pesawatmu sebentar lagi dan tunggu
Suasana kantor kembali sibuk. Setelah beberapa hari selalu mengalami kendala lantaran Falisha belum terlalu fokus dengan kerjanya. Di kantor itu Falisha langsung disukai oleh banyak karyawan Fattan. Sikapnya selalu ramah, sopan dan selalu tersenyum kepada mereka membuat Falisha di kenal dengan sosok murah senyum.Perjanjian kerja sama itu pun berjalan lebih baik lagi karena Falisha bisa membedakan dan membaginya dengan adil. Fattan pun semakin bersemangat untuk menjalin kerja sama dengan Falisha bersama. Meskipun pada dasarnya Fattan dan Falisha adalah sepasang suami istri tapi di kantor mereka sangat profesional. Mereka sudah memulai menargetkan beberapa pemasaran setelah semua bahan yang akan digunakan untuk membuat suatu produk. Semua sudah dikerjakan sesuai dengan standar maksimal sehingga produk yang akan dipasarkan berkualitas dan ramah lingkungan.***Pekerjaan di kantor membuat mereka sibuk sampai lupa waktu istirahat tapi mereka bekerja dengan penuh dedikasi dan tanggung
“Kalau aku sih ingin Bu Falisha yang menjadi model. Dia itu cantik dan smart, meskipun bukan berasal model atau apa pun itu tapi wajahnya juga fotogenik gitu, bagaimana menurut kalian?” jawab Mira yang sangat menyukai Falisha.“Aku sih juga suka tapi bagaimana dengan Pak Fattan? Nggak mungkin kan beliau mau jika Bu Falisha yang menjadi model secara gitu dia kan mempunyai pacar seorang model,” sanggah Nola sedikit kesal tapi membuat Silvi tersedak oleh makanannya sendiri. Aldi yang kebetulan ada di sampingnya langsung bertindak, memberikan segelas air kepada Silvi dengan wajah yang sudah memerah. Apalagi pada saat itu dia sedang menyeruput kuah bakso dengan tingkat kepedasan dilevel tiga puluh. “Suka banget sih kamu tersedak? Memang ada apa sih?” tanya Nola bingung dan juga penasaran.“Kamu sudah nggak apa-apa kan?” tanya Aldi khawatir.“Nggak apa-apa kok. Cuma kaget aja kalau Pak Fattan punya gebetan tapi siapa dia, apakah dia ada di sini?” tanya Silvi penasaran.“Ya begitulah siap
Fattan tersadar dia langsung menyadari kalau Yudi sedang mengerjainya. Pria tampan itu langsung meniup mata Falisha yang sudah memerah. Namun, beberapa saat kemudian entah apa yang terjadi mata Falisha mencuri pandang dari Fattan yang sibuk meniupkan matanya. Hembusan angin yang menerpanya seperti berlalu begitu saja.Jantungnya berdebar dengan kencang. Matanya tetap melihat wajah Fattan yang tampan.“Dia begitu sangat khawatir denganku, apakah aku sedang bermimpi? Seperti ini mengingatkan aku saat pertama kali aku mengenalnya dan ...ah tidak ... dia bukan Mas Fattan yang dulu meskipun kaku tapi senyumannya begitu manis sedangkan yang aku lihat sekarang adalah Fattan yang dingin dan kejam. Senyuman manis itu hilang. Kenapa dia berubah?” Hati Falisha bicara tapi sangat sulit untuk diucapkan. “Apa masih kelilipan, atau kita ke rumah sakit saja, Oke?” tanya Fattan masih khawatir dengan kondisi mata Falisha yang memerah.“Oh nggak usah Mas, aku ... ucapannya terhenti saat dia menyada