Pria itu hanya terlihat tersenyum dan dengan berani dia langsung masuk ke dalam apartemen tanpa persetujuan Syakira. Spontan Syakira terkejut dengan apa yang dilakukan oleh pria misterius itu.“Hey, lancang sekali kamu masuk ke dalam, siapa kamu? Saya bisa laporkan kamu dengan satpam di sini! Keluar, sebelum saya teriak kencang!” Syakira begitu geram dan berusaha untuk mendorong pria itu tapi malah Syakira yang terjebak dalam situasi ini. Pria itu menaruh bungkusan plastik itu di eja kemudian mendekati Syakira. Tatapannya begitu liar dari atas sampai bawah menatap lapar melihat lekuk tubuh Syakira yang menggoda karena pada saat ini dia memakai baju tidur berbahan tipis sehingga lekuk tubuhnya tercetak dengan jelas. “Si—siapa kamu!” teriak Syakira semakin takut melihat pria itu. Saat ingin berteriak meminta tolong buru-buru pria itu membekap mulut Syakira dengan kuat. Dia lalu menghempaskan tubuh Syakira di sofa panjang. Pria itu lalu menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Sete
“Kenapa aku ini? Apakah aku mulai jatuh cinta dengan Falisha? Tapi rasanya sangat berbeda,” ucapnya dalam hati sambil tersenyum.Namun, beberapa saat kemudian terdengar suara ponsel berbunyi membuyarkan lamunan Fattan seketika. Dia lalu mengambilnya dan melihat siapa yang telah menghubunginya pagi-pagi. “Syakira? Ah ya dia pasti dia ingin meluapkan amarahnya tapi aku sudah tahu kelemahannya,” ucapnya dengan bangga dan menerima panggilan telepon itu. “Ya Sayang, aku tahu aku salah, tolong jangan marah ya nanti aku transfer uang untuk kamu belanja, oke?”“Kamu memang sangat keterlaluan Mas, baiklah aku nggak marah tapi ada hal yang ingin aku sampaikan.”“Ada apa Sayang?” “Aku harus pergi ke Paris kontrakku sudah disetujui mungkin akan kembali dua bulan lagi.”“Apa, kenapa kamu mendadak memberitahukan aku?” “Ya aku juga baru tahu tadi malam dan sekarang aku sudah ada di bandara dan salam buat keluargamu ya aku nggak bisa berpamitan secara langsung. Pesawatmu sebentar lagi dan tunggu
Suasana kantor kembali sibuk. Setelah beberapa hari selalu mengalami kendala lantaran Falisha belum terlalu fokus dengan kerjanya. Di kantor itu Falisha langsung disukai oleh banyak karyawan Fattan. Sikapnya selalu ramah, sopan dan selalu tersenyum kepada mereka membuat Falisha di kenal dengan sosok murah senyum.Perjanjian kerja sama itu pun berjalan lebih baik lagi karena Falisha bisa membedakan dan membaginya dengan adil. Fattan pun semakin bersemangat untuk menjalin kerja sama dengan Falisha bersama. Meskipun pada dasarnya Fattan dan Falisha adalah sepasang suami istri tapi di kantor mereka sangat profesional. Mereka sudah memulai menargetkan beberapa pemasaran setelah semua bahan yang akan digunakan untuk membuat suatu produk. Semua sudah dikerjakan sesuai dengan standar maksimal sehingga produk yang akan dipasarkan berkualitas dan ramah lingkungan.***Pekerjaan di kantor membuat mereka sibuk sampai lupa waktu istirahat tapi mereka bekerja dengan penuh dedikasi dan tanggung
“Kalau aku sih ingin Bu Falisha yang menjadi model. Dia itu cantik dan smart, meskipun bukan berasal model atau apa pun itu tapi wajahnya juga fotogenik gitu, bagaimana menurut kalian?” jawab Mira yang sangat menyukai Falisha.“Aku sih juga suka tapi bagaimana dengan Pak Fattan? Nggak mungkin kan beliau mau jika Bu Falisha yang menjadi model secara gitu dia kan mempunyai pacar seorang model,” sanggah Nola sedikit kesal tapi membuat Silvi tersedak oleh makanannya sendiri. Aldi yang kebetulan ada di sampingnya langsung bertindak, memberikan segelas air kepada Silvi dengan wajah yang sudah memerah. Apalagi pada saat itu dia sedang menyeruput kuah bakso dengan tingkat kepedasan dilevel tiga puluh. “Suka banget sih kamu tersedak? Memang ada apa sih?” tanya Nola bingung dan juga penasaran.“Kamu sudah nggak apa-apa kan?” tanya Aldi khawatir.“Nggak apa-apa kok. Cuma kaget aja kalau Pak Fattan punya gebetan tapi siapa dia, apakah dia ada di sini?” tanya Silvi penasaran.“Ya begitulah siap
Fattan tersadar dia langsung menyadari kalau Yudi sedang mengerjainya. Pria tampan itu langsung meniup mata Falisha yang sudah memerah. Namun, beberapa saat kemudian entah apa yang terjadi mata Falisha mencuri pandang dari Fattan yang sibuk meniupkan matanya. Hembusan angin yang menerpanya seperti berlalu begitu saja.Jantungnya berdebar dengan kencang. Matanya tetap melihat wajah Fattan yang tampan.“Dia begitu sangat khawatir denganku, apakah aku sedang bermimpi? Seperti ini mengingatkan aku saat pertama kali aku mengenalnya dan ...ah tidak ... dia bukan Mas Fattan yang dulu meskipun kaku tapi senyumannya begitu manis sedangkan yang aku lihat sekarang adalah Fattan yang dingin dan kejam. Senyuman manis itu hilang. Kenapa dia berubah?” Hati Falisha bicara tapi sangat sulit untuk diucapkan. “Apa masih kelilipan, atau kita ke rumah sakit saja, Oke?” tanya Fattan masih khawatir dengan kondisi mata Falisha yang memerah.“Oh nggak usah Mas, aku ... ucapannya terhenti saat dia menyada
“Kenapa kamu takut denganku? Bukankah ini bukan yang pertama kali kita melakukannya? Bahkan sebelum kamu pergi enam tahun yang lalu?” tanya Fattan semakin mempererat pelukannya sehingga Falisha susah bergerak. “Mas, ini kantor kenapa kamu berani menyentuhku, dan bagaimana kalau ada sampai ada yang tahu kalau kita sudah ...“Menikah? Apa yang kamu takutkan? Lagian aku bisa menyentuh kamu kapan saja dan di mana saja karena kamu adalah istriku, milikku dan meskipun pernikahan ini hanya sebatas perjanjian kamu harus tunduk dan patuh kepadaku! Sekarang katakan kenapa kamu menghindar dariku? Kenapa?” bentaknya dengan napas memburu. Falisha bisa merasakan hembusan napas Fattan, meskipun hal itu juga dirindukannya tapi dia tidak ingin terpancing duluan karena masih banyak yang harus dilakukan terutama mendekatkan dengan Fahri anak mereka. “Tapi tidak dengan seperti ini, lepaskan atau aku akan melakukan tindakan yang tidak pernah kamu bayangkan, Mas!” ancam Falisha dengan tatapan nyalang.
Falisha sudah sampai di sebuah restoran tempat di mana dia dan Fahri akan makan siang. Meskipun sedikit telat tapi Fahri begitu sabar menunggu kedatangan Falisha ke rumah. Hampir saja Fahri merasa kecewa dan kesal kepada Falisha karena tak kunjung datang menepati janji. Wanita cantik itu sadar akan hal itu dan segera menjelaskan kenapa dia terlambat karena jalanan yang macet dan baru menyelesaikan pekerjaannya. Raut wajah anak kecil itu kembali ceria saat Falisha datang menjemputnya. “Apa kita akan makan siang di tempat ini?” tanya Fahri menatap keluar ke arah tempat itu setelah mereka sampai di sana. Mereka masih di dalam mobil mengamati dari luar tempat restoran itu. “Iya apakah Fahri tidak suka atau tempatnya kurang bagus?” tanya balik Falisha penasaran. “Hemmm bagus tapi ... ucapannya menggantung dan terlihat sedih membuat Falisha semakin penasaran. “Fahri nggak suka ya? Baiklah nggak apa-apa kita cari tempat yang lain, bagaimana? Atau ada tempat yang ingin Fahri kunjungi?” t
“Ada apa Tante?” tanya Fahri penasaran. Dia pun mengikuti arah tatapan mata Falisha dan langsung mengerti. “Ayuk Tante!” ajaknya kemudian dengan menarik tangan Falisha yang tak sabaran. Falisha pun mengikutinya dan benar saja Fahri membawanya untuk menemui orang itu. Mau tak mau Falisha tidak protes. Entah kenapa saat hampir sampai mendekati meja makan orang itu terasa Falisha seperti mengenal dari postur tubuhnya. “Ini hanya pemikiran aku saja tapi kenapa aku merasa tidak asing dengan dia, apakah aku mengenalnya?” batin Falisha penasaran sambil mengikuti tangannya yang masih ditarik oleh Fahri. “Maaf Om, apakah Fahri boleh duduk dan makan di meja ini bersama Om? Lagian kaki Fahri udah capek berdiri?” tanya Fahri langsung dengan berani. Orang itu menghentikan aktivitas makannya dan menoleh ke belakang karena posisi anak dan Falisha tepat berada di belakang orang itu. Pria itu menoleh ke belakang dan seketika pria itu terkejut. Begitu juga dengan Falisha yang sadar akan hal it