Hari berganti minggu, dan minggu pun berganti bulan, Nadira kini sudah mulai bisa menerima kenyataan yang menimpanya, menjadi seorang janda mungkin sesuatu yang sangat memalukan baginya beberapa bulan lalu, tapi kini ia sadar jika semakin lama ia terpuruk, maka akan semakin sulit baginya menemukan kebahagiaan. Hari ini Nadira memutuskan untuk melupakan semuanya, berkat bantuan Karina dan teman-teman lainnya yang selalu ada untuk menguatkan, kini Nadira sudah bisa menyusun hari-hari lagi menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. "Nad, lo udah siap kan masuk kantor hari ini?" tanya Karina me menghampiri kamar Nadira. "Tentu saja, gue udah siap masuk kantor lagi, gue nggak mau larut dalam kesedihan terlalu lama, semua itu nggak akan kembali," ucap Nadira mengulas senyum. "Seriusan lo Nad?" Karina nampak tidak percaya mendengar jawaban dari Nadira, yang membuatnya terkejut. "Iya, gue serius lah, masa gue becanda si, lagian gue mau buktiin kalau gue masih bisa menata hidup gue meskipun
Nadira keluar dari kantor dengan perasaan lega, karena hari ini ia sukses menjalani kehidupan barunya dengan perasaan bahagia. Akhirnya ia berhasil keluar dari zona kepahitan yang selama menguasai dirinya, wanita itu berdiri di pinggir jalan, menunggu taksi yang akan mengantarkan dirinya pulang. Namun saat sedang menunggu taksi, tiba-tiba berhenti sebuah mobil berwana hitam di hadapannya, pintu pun segera terbuka dan Nadira kini menyadari siapa pemilik mobil itu. "Hai Nadira, sedang apa kamu di sini?" tanya Wildan mengulas senyum. "Saya lagi nunggu taksi Pak," ucap Nadira pelan dan cukup singkat. "Nadira, aku antar kamu aja ya, biar nggak nunggu terlalu lama, taksi jam segini jarang lewat, takutnya nanti kamu kesorean," tawar Wildan dengan tulus. "Maaf Pak, terima kasih sebelumnya, tapi saya masih mau menunggu taksi saja," tolak Nadira tidak enak hati. "Nadira, maafkan aku. Dulu memang mungkin aku sangat berambisi ingin memiliki kamu saat kamu masih menjadi istri Chandra, aku ta
Nadira terkekeh saat mengingat ucapan Chandra beberapa jam yang lalu ketika bertemu di pinggiran jalan, tak menyangka jika ternyata Chandra menginginkan dirinya untuk menjadikan Wildan pengganti dalam hidupnya. Bahkan terang-terangan Chandra berkata bahwa lebih baik dicintai daripada mencintai. Nadira terlihat frustasi ketika meresapi kalimat singkat itu, tak menyangka jika ternyata Chandra bisa melakukan hal yang tidak ia duga selama ini. "Jadi mas Chandra begitu menginginkan aku bersama pria lain setelah berpisah darinya? cih.. Benar-benar tidak pernah terpikirkan olehku, aku pikir mas Chandra akan sulit move on dan tak bisa dengan mudah mencari pengganti ku, tapi rupanya dia malah menyuruh ku untuk menerima pria lain!" runtuk Nadira kecewa, sesekali ia terkekeh kembali, serasa di hatinya ada gumpalan batu besar yang begitu menyesakkan dadanya. Alih-alih istirahat dengan tenang di malam yang baru saja diguyur hujan, Nadira justru memilih membuka lemari tempat penyimpanan minuman b
Beberapa minggu kemudian, Chandra nampak gelisah karena Wildan tidak kunjung memberikannya kabar, ia padahal ingin sekali segera berangkat ke luar negri untuk menjalani terapi sesuai janji yang pernah diucapkan oleh Wildan sebelumnya. Karena gelisah tak kunjung mendapatkan kabar, akhirnya Chandra memutuskan untuk mendatangi Wildan ke kantornya, dengan menggunakan taksi online akhirnya pria itu tiba juga. Chandra mulai melangkahkan kaki hendak mencari ruangan Wildan, kedatangannya yang sedikit bingung mencuri perhatian salah satu karyawan yang menyadarinya. "Maaf Pak, Bapak mencari siapa ya?" tanyanya. "Saya ingin bertemu dengan Pak Wildan, ada hal penting yang ingin saya bicarakan," ucap Chandra ramah. "Maaf Pak, apa sebelumnya Bapak sudah ada janji temu?" tanyanya lagi. "Tidak, tapi Mbak bisa katakan pada Pak Wildan kalau saya, Chandra sedang mencarinya." jawab pria itu. Setelah menelpon Wildan akhirnya wanita itu mengantar Chandra ke ruangannya, dan setelah tiba di depan pintu
Nadira nampak penuh tanya ketika menyadari kedatangan Chandra menemui Wildan, ia masih saja penasaran apakah Chandra memiliki urusan pribadi dengan atasannya itu. Di saat sedang fokus memikirkan mantan suaminya, tiba-tiba ponselnya berdering. Lamunan itupun teralihkan dengan suara dering di ponselnya. [Halo kak, ada apa?] tanya Nadira ketika sambungan telepon Roy telah terhubung. [Nadira, apa kamu sudah tahu berita ini? Chandra mau pergi ke luar negeri, aku sendiri tidak tahu kapan dia merencanakan semuanya, tapi baru saja dia pamit pada kami] ucap Roy, ia memberitahukan Nadira tentang keputusan Chandra. Nadira terdiam seketika, kedatangannya ke kantor untuk menemui Wildan belum ia temukan jawabannya, tetapi saat ini ia justru mendengar kabar jika mantan suaminya itu akan pergi meninggalkan Indonesia. [Emm, sebenarnya kakak nggak perlu kasih kabar ke aku tentang masalah ini, karena aku dan mas Chandra sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi] ucap Nadira, berusaha menepis rasa ingin t
[Ya Pak, itu sangat bagus sekali] ucap Chandra memberikan jawaban. [Terima kasih banyak Chandra, saat Nadira menerima cinta saya, maka orang pertama yang saya kabari adalah kamu. Oh ya, bagaimana, apa kamu sudah menemukan rumah sakit yang cocok untuk mengobati lengan kamu?] tanya Wildan penasaran. [Belum Pak, ini saya baru saja sampai di hotel, mungkin sore ini saya akan mencari rumah sakitnya] sahut Chandra masih terkonek dengan Wildan. [Bagus, cepat sembuh ya Ndra. Agar kamu bisa menjadi saksi pernikahan ku dengan Nadira nanti.] jawab Wildan mengirimkan emot tersenyum pada Chandra. Chandra menerima pesan terakhir itu dengan dada yang bergetar hebat, entah perasaan apa yang saat ini ia rasakan. Yang jelas dadanya begitu terasa sesak dan hampir membuatnya tak bisa bergerak. Lama Chandra mengamati emot yang dikirimkan Wildan, rasanya begitu tidak rela, hati nurani nya masih menolak perceraian yang terjadi dengan Nadira. Entah kesalahan apa yang dilakukan oleh Chandra di masa lalu
"Anita, apa kamu sudah mendengar kabar kalau Nadira baru saja menerima lamaran dari pak Wildan, atasan yang dulu pernah kamu jadikan alat untuk merusak rumah tangga Chandra dan Nadira?" tanya Roy, ketika mendekati Anita yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. "Maksud kamu apa, Mas! Ngomong kayak gitu," protes Anita tidak terima. "Kamu masih inget kan sama pak Wildan? Aku rasa kamu tidak pikun, dia sekarang benar-benar akan menikahi Nadira," ucap Roy mengulas senyum. "Oh, jadi sekarang mereka sudah benar-benar resmi menjalin hubungan," tandas Anita sedikit tidak percaya. "Ya, dan mungkin mereka akan segera menikah. Kamu bisa bayangkan kan, bagaimana bahagia nya Nadira saat ini, lepas dari Chandra yang dikelilingi oleh benalu, dia mendapatkan seorang pria yang tulus mencintainya, seorang pria kaya raya." bisik Roy, sengaja ia mengatakan itu agar Anita terbakar api cemburu. Roy melenggang pergi meninggalkan Anita yang wajahnya sudah berubah sejak tadi, wanita itu nampak tidak percay
Ketika pintu terdengar, Nadira yang sudah memakai make up segera membuka pintu, terlihat Wildan sangat bahagia ketika melihat wajah cantik Nadira yang sudah memakai make up tipis. Nadira merasa kikuk saat Wildan menatapnya lekat."Kenapa si Mas, liatin aku gitu?" tanya Nadira bingung. "Nadira, kamu cantik sekali," puji Wildan mengulas senyum. "Terima kasih Mas, tapi aku bingung mau pakai baju apa, yang gimana maksudnya," keluh Nadira bingung. "Nggak usah bingung Nadira, aku sudah mempersiapkan itu semua." jawab Wildan memberikan paper bag yang ia bawa. Nadira menatap paper bag itu tidak percaya, karena Wildan membawakan apa yang sejak tadi ia bingung kan. Nadira menerima hadiah itu dengan bahagia. "Makasih ya Mas, aku ganti baju dulu," ucap Nadira pamit. "Ya sayang, aku tunggu di sini ya." jawab Wildan mengulas senyum. Beberapa saat kemudian Nadira keluar dari kamar, memakai dress yang dibelikan oleh Wildan, pria itu seketika terpesona ketika menatap ke arah Nadira. Pakaian yan