Beberapa minggu kemudian, Chandra nampak gelisah karena Wildan tidak kunjung memberikannya kabar, ia padahal ingin sekali segera berangkat ke luar negri untuk menjalani terapi sesuai janji yang pernah diucapkan oleh Wildan sebelumnya. Karena gelisah tak kunjung mendapatkan kabar, akhirnya Chandra memutuskan untuk mendatangi Wildan ke kantornya, dengan menggunakan taksi online akhirnya pria itu tiba juga. Chandra mulai melangkahkan kaki hendak mencari ruangan Wildan, kedatangannya yang sedikit bingung mencuri perhatian salah satu karyawan yang menyadarinya. "Maaf Pak, Bapak mencari siapa ya?" tanyanya. "Saya ingin bertemu dengan Pak Wildan, ada hal penting yang ingin saya bicarakan," ucap Chandra ramah. "Maaf Pak, apa sebelumnya Bapak sudah ada janji temu?" tanyanya lagi. "Tidak, tapi Mbak bisa katakan pada Pak Wildan kalau saya, Chandra sedang mencarinya." jawab pria itu. Setelah menelpon Wildan akhirnya wanita itu mengantar Chandra ke ruangannya, dan setelah tiba di depan pintu
Nadira nampak penuh tanya ketika menyadari kedatangan Chandra menemui Wildan, ia masih saja penasaran apakah Chandra memiliki urusan pribadi dengan atasannya itu. Di saat sedang fokus memikirkan mantan suaminya, tiba-tiba ponselnya berdering. Lamunan itupun teralihkan dengan suara dering di ponselnya. [Halo kak, ada apa?] tanya Nadira ketika sambungan telepon Roy telah terhubung. [Nadira, apa kamu sudah tahu berita ini? Chandra mau pergi ke luar negeri, aku sendiri tidak tahu kapan dia merencanakan semuanya, tapi baru saja dia pamit pada kami] ucap Roy, ia memberitahukan Nadira tentang keputusan Chandra. Nadira terdiam seketika, kedatangannya ke kantor untuk menemui Wildan belum ia temukan jawabannya, tetapi saat ini ia justru mendengar kabar jika mantan suaminya itu akan pergi meninggalkan Indonesia. [Emm, sebenarnya kakak nggak perlu kasih kabar ke aku tentang masalah ini, karena aku dan mas Chandra sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi] ucap Nadira, berusaha menepis rasa ingin t
[Ya Pak, itu sangat bagus sekali] ucap Chandra memberikan jawaban. [Terima kasih banyak Chandra, saat Nadira menerima cinta saya, maka orang pertama yang saya kabari adalah kamu. Oh ya, bagaimana, apa kamu sudah menemukan rumah sakit yang cocok untuk mengobati lengan kamu?] tanya Wildan penasaran. [Belum Pak, ini saya baru saja sampai di hotel, mungkin sore ini saya akan mencari rumah sakitnya] sahut Chandra masih terkonek dengan Wildan. [Bagus, cepat sembuh ya Ndra. Agar kamu bisa menjadi saksi pernikahan ku dengan Nadira nanti.] jawab Wildan mengirimkan emot tersenyum pada Chandra. Chandra menerima pesan terakhir itu dengan dada yang bergetar hebat, entah perasaan apa yang saat ini ia rasakan. Yang jelas dadanya begitu terasa sesak dan hampir membuatnya tak bisa bergerak. Lama Chandra mengamati emot yang dikirimkan Wildan, rasanya begitu tidak rela, hati nurani nya masih menolak perceraian yang terjadi dengan Nadira. Entah kesalahan apa yang dilakukan oleh Chandra di masa lalu
"Anita, apa kamu sudah mendengar kabar kalau Nadira baru saja menerima lamaran dari pak Wildan, atasan yang dulu pernah kamu jadikan alat untuk merusak rumah tangga Chandra dan Nadira?" tanya Roy, ketika mendekati Anita yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. "Maksud kamu apa, Mas! Ngomong kayak gitu," protes Anita tidak terima. "Kamu masih inget kan sama pak Wildan? Aku rasa kamu tidak pikun, dia sekarang benar-benar akan menikahi Nadira," ucap Roy mengulas senyum. "Oh, jadi sekarang mereka sudah benar-benar resmi menjalin hubungan," tandas Anita sedikit tidak percaya. "Ya, dan mungkin mereka akan segera menikah. Kamu bisa bayangkan kan, bagaimana bahagia nya Nadira saat ini, lepas dari Chandra yang dikelilingi oleh benalu, dia mendapatkan seorang pria yang tulus mencintainya, seorang pria kaya raya." bisik Roy, sengaja ia mengatakan itu agar Anita terbakar api cemburu. Roy melenggang pergi meninggalkan Anita yang wajahnya sudah berubah sejak tadi, wanita itu nampak tidak percay
Ketika pintu terdengar, Nadira yang sudah memakai make up segera membuka pintu, terlihat Wildan sangat bahagia ketika melihat wajah cantik Nadira yang sudah memakai make up tipis. Nadira merasa kikuk saat Wildan menatapnya lekat."Kenapa si Mas, liatin aku gitu?" tanya Nadira bingung. "Nadira, kamu cantik sekali," puji Wildan mengulas senyum. "Terima kasih Mas, tapi aku bingung mau pakai baju apa, yang gimana maksudnya," keluh Nadira bingung. "Nggak usah bingung Nadira, aku sudah mempersiapkan itu semua." jawab Wildan memberikan paper bag yang ia bawa. Nadira menatap paper bag itu tidak percaya, karena Wildan membawakan apa yang sejak tadi ia bingung kan. Nadira menerima hadiah itu dengan bahagia. "Makasih ya Mas, aku ganti baju dulu," ucap Nadira pamit. "Ya sayang, aku tunggu di sini ya." jawab Wildan mengulas senyum. Beberapa saat kemudian Nadira keluar dari kamar, memakai dress yang dibelikan oleh Wildan, pria itu seketika terpesona ketika menatap ke arah Nadira. Pakaian yan
Tring... Tring... Beberapa saat setelah mengirim pesan, nomor itu mengubungi Nadira lewat telpon. Nadira yang sebelumnya tidak menghiraukan pesan tersebut kini berubah, pandangannya terfokus kan pada nomor yang kini masih menelpon nya. Saat hendak di angkat, tiba-tiba telpon itu mati. Nadira kini benar-benar penasaran setelah nomor tak dikenal itu melakukan hal yang sama sampai beberapa kali. Hingga membuat Nadira gemas dan mengirimkan pesan padanya. [Ini siapa, kenapa malam-malam begini anda mengganggu saya dengan melakukan panggilan terus menerus seperti ini, saya ingin istirahat, jika tidak ada sesuatu yang penting lebih baik tidak perlu menghubungi saya] cetus Nadira kesal. Pria itu sekilas mengulas senyum, lalu memutuskan untuk benar-benar melakukan panggilan terhadap Nadira, kali ini ia ingin serius. Namun seketika panggilan itu ditolak oleh Nadira yang sudah terlanjur kesal, ia juga mematikan telpon itu agar istirahat nya malam ini tidak diganggu. Pagi harinya, Nadira bera
Ting... Tong... Sebuah bel berbunyi, setibanya di Indonesia, Chandra memutuskan untuk mencari penginapan di sebuah apartemen, setelah itu pergi ke rumah Nadira karena itu adalah tujuan pertamanya. Ia berpikir bahwa Nadira akan sangat senang sekali ketika melihat kedatangannya dengan keadaan yang sudah sempurna seperti dulu. Sementara Nadira yang merasa cukup terganggu dengan suara bel, memutuskan untuk meninggalkan aktifitas santainya terlebih dahulu hanya demi membuka sebuah pintu. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat kedatangan Chandra malam-malam begini ke rumah nya. "Kamu, ngapain kamu ke sini, Mas?" tanya Nadira dengan nada biasa saja. "Nadira, kamu apa kabar? Aku datang ke sini karena aku merindukan mu," ucap Chandra memasang wajah cool. "Maaf Mas, aku harap kamu bersikap waras, kamu yang pergi ninggalin aku, kamu yang menceraikan aku, kamu yang melepas tanggung jawab terhadap aku, lalu sekarang kamu dateng dan mengatakan kalimat itu, itu benar-benar gila!" Nadira k
Chandra sudah tiba di sebuah toko bunga, rasanya ia masih belum puas meksipun Nadira menolak kehadirannya, kali ini Chandra benar-benar ingin mengusahakan lagi dengan cara membelikan bunga yang disukai oleh Nadira, sebagai pancingan untuk kembali mendekati wanita itu. "Mbak, saya minta bunga mawar nya ya," pinta Chandra pada penjaga toko itu. "Baik Mas, tunggu sebentar," ucapnya mengulas senyum, lalu segera mengambil beberapa tangkai bunga untuk ia bungkus dan di pita. Chandra pun menunggu sambil sesekali memainkan ponselnya, beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang ternyata adalah sang kakak ipar. "Loh, Chandra, kamu ternyata udah pulang?" Anita menatap bingung ke arah Chandra yang ternyata sudah kembali tanpa memberikannya kabar. Mendengar kalimat itu membuat Chandra kebingungan, ia tidak menyangka jika hari ini ia harus bertemu dengan kakak iparnya di tempat di mana ia tidak ingin menjelaskan pada siapapun, namun Anita tidak mungkin memb