[Ya Pak, itu sangat bagus sekali] ucap Chandra memberikan jawaban. [Terima kasih banyak Chandra, saat Nadira menerima cinta saya, maka orang pertama yang saya kabari adalah kamu. Oh ya, bagaimana, apa kamu sudah menemukan rumah sakit yang cocok untuk mengobati lengan kamu?] tanya Wildan penasaran. [Belum Pak, ini saya baru saja sampai di hotel, mungkin sore ini saya akan mencari rumah sakitnya] sahut Chandra masih terkonek dengan Wildan. [Bagus, cepat sembuh ya Ndra. Agar kamu bisa menjadi saksi pernikahan ku dengan Nadira nanti.] jawab Wildan mengirimkan emot tersenyum pada Chandra. Chandra menerima pesan terakhir itu dengan dada yang bergetar hebat, entah perasaan apa yang saat ini ia rasakan. Yang jelas dadanya begitu terasa sesak dan hampir membuatnya tak bisa bergerak. Lama Chandra mengamati emot yang dikirimkan Wildan, rasanya begitu tidak rela, hati nurani nya masih menolak perceraian yang terjadi dengan Nadira. Entah kesalahan apa yang dilakukan oleh Chandra di masa lalu
"Anita, apa kamu sudah mendengar kabar kalau Nadira baru saja menerima lamaran dari pak Wildan, atasan yang dulu pernah kamu jadikan alat untuk merusak rumah tangga Chandra dan Nadira?" tanya Roy, ketika mendekati Anita yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya. "Maksud kamu apa, Mas! Ngomong kayak gitu," protes Anita tidak terima. "Kamu masih inget kan sama pak Wildan? Aku rasa kamu tidak pikun, dia sekarang benar-benar akan menikahi Nadira," ucap Roy mengulas senyum. "Oh, jadi sekarang mereka sudah benar-benar resmi menjalin hubungan," tandas Anita sedikit tidak percaya. "Ya, dan mungkin mereka akan segera menikah. Kamu bisa bayangkan kan, bagaimana bahagia nya Nadira saat ini, lepas dari Chandra yang dikelilingi oleh benalu, dia mendapatkan seorang pria yang tulus mencintainya, seorang pria kaya raya." bisik Roy, sengaja ia mengatakan itu agar Anita terbakar api cemburu. Roy melenggang pergi meninggalkan Anita yang wajahnya sudah berubah sejak tadi, wanita itu nampak tidak percay
Ketika pintu terdengar, Nadira yang sudah memakai make up segera membuka pintu, terlihat Wildan sangat bahagia ketika melihat wajah cantik Nadira yang sudah memakai make up tipis. Nadira merasa kikuk saat Wildan menatapnya lekat."Kenapa si Mas, liatin aku gitu?" tanya Nadira bingung. "Nadira, kamu cantik sekali," puji Wildan mengulas senyum. "Terima kasih Mas, tapi aku bingung mau pakai baju apa, yang gimana maksudnya," keluh Nadira bingung. "Nggak usah bingung Nadira, aku sudah mempersiapkan itu semua." jawab Wildan memberikan paper bag yang ia bawa. Nadira menatap paper bag itu tidak percaya, karena Wildan membawakan apa yang sejak tadi ia bingung kan. Nadira menerima hadiah itu dengan bahagia. "Makasih ya Mas, aku ganti baju dulu," ucap Nadira pamit. "Ya sayang, aku tunggu di sini ya." jawab Wildan mengulas senyum. Beberapa saat kemudian Nadira keluar dari kamar, memakai dress yang dibelikan oleh Wildan, pria itu seketika terpesona ketika menatap ke arah Nadira. Pakaian yan
Tring... Tring... Beberapa saat setelah mengirim pesan, nomor itu mengubungi Nadira lewat telpon. Nadira yang sebelumnya tidak menghiraukan pesan tersebut kini berubah, pandangannya terfokus kan pada nomor yang kini masih menelpon nya. Saat hendak di angkat, tiba-tiba telpon itu mati. Nadira kini benar-benar penasaran setelah nomor tak dikenal itu melakukan hal yang sama sampai beberapa kali. Hingga membuat Nadira gemas dan mengirimkan pesan padanya. [Ini siapa, kenapa malam-malam begini anda mengganggu saya dengan melakukan panggilan terus menerus seperti ini, saya ingin istirahat, jika tidak ada sesuatu yang penting lebih baik tidak perlu menghubungi saya] cetus Nadira kesal. Pria itu sekilas mengulas senyum, lalu memutuskan untuk benar-benar melakukan panggilan terhadap Nadira, kali ini ia ingin serius. Namun seketika panggilan itu ditolak oleh Nadira yang sudah terlanjur kesal, ia juga mematikan telpon itu agar istirahat nya malam ini tidak diganggu. Pagi harinya, Nadira bera
Ting... Tong... Sebuah bel berbunyi, setibanya di Indonesia, Chandra memutuskan untuk mencari penginapan di sebuah apartemen, setelah itu pergi ke rumah Nadira karena itu adalah tujuan pertamanya. Ia berpikir bahwa Nadira akan sangat senang sekali ketika melihat kedatangannya dengan keadaan yang sudah sempurna seperti dulu. Sementara Nadira yang merasa cukup terganggu dengan suara bel, memutuskan untuk meninggalkan aktifitas santainya terlebih dahulu hanya demi membuka sebuah pintu. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat kedatangan Chandra malam-malam begini ke rumah nya. "Kamu, ngapain kamu ke sini, Mas?" tanya Nadira dengan nada biasa saja. "Nadira, kamu apa kabar? Aku datang ke sini karena aku merindukan mu," ucap Chandra memasang wajah cool. "Maaf Mas, aku harap kamu bersikap waras, kamu yang pergi ninggalin aku, kamu yang menceraikan aku, kamu yang melepas tanggung jawab terhadap aku, lalu sekarang kamu dateng dan mengatakan kalimat itu, itu benar-benar gila!" Nadira k
Chandra sudah tiba di sebuah toko bunga, rasanya ia masih belum puas meksipun Nadira menolak kehadirannya, kali ini Chandra benar-benar ingin mengusahakan lagi dengan cara membelikan bunga yang disukai oleh Nadira, sebagai pancingan untuk kembali mendekati wanita itu. "Mbak, saya minta bunga mawar nya ya," pinta Chandra pada penjaga toko itu. "Baik Mas, tunggu sebentar," ucapnya mengulas senyum, lalu segera mengambil beberapa tangkai bunga untuk ia bungkus dan di pita. Chandra pun menunggu sambil sesekali memainkan ponselnya, beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang ternyata adalah sang kakak ipar. "Loh, Chandra, kamu ternyata udah pulang?" Anita menatap bingung ke arah Chandra yang ternyata sudah kembali tanpa memberikannya kabar. Mendengar kalimat itu membuat Chandra kebingungan, ia tidak menyangka jika hari ini ia harus bertemu dengan kakak iparnya di tempat di mana ia tidak ingin menjelaskan pada siapapun, namun Anita tidak mungkin memb
Wildan menarik pergelangan tangan Chandra dengan kasar, lalu ia membawa masuk pria itu ke dalam mobil, sementara Wildan meninggalkan Nadira tanpa pesan apapun. Ia sudah terlanjur emosi sampai tidak sempat pamit padanya. Di pinggiran jalan yang lengang, Wildan menghentikan mobilnya dan segera meminta Chandra turun, karena tak bisa menghindar atau menolak akhirnya Chandra pun mengikuti permintaan Wildan. Bug! Sebuah bogeman mendarat bebas di pipi Chandra yang saat ini sudah berhadapan dengan Wildan, ia nampak dengan emosi melakukan pemukulan pada Chandra yang terang-terangan ingin mengganggu hubungannya. "Pak, cukup Pak, dengar kan saya dulu," pinta Chandra berusaha menahan pukulan demi pukulan yang diberikan oleh Wildan. "Chandra, kamu sudah keterlaluan, kamu ingkari janji kamu yang pernah kamu sepakati, kenapa kamu kelakuan ini padaku, ha!" caci Wildan penuh emosi. "Pak, dengarkan dulu, ini tidak seperti yang Bapak pikirkan, saya hanya rindu saja dengan Nadira, tidak ada maksud l
Dengan langkah kaki cepat, Roy berusaha mengejar Chandra yang sudah pergi meninggalkannya. Roy berusaha menemukan Chandra untuk membawanya pulang.Namun, meski napasnya sampai tersengal-sengal pun Roy tak dapat menemukan Chandra. Ia kehilangan jejak Chandra yang kini entah dimana."Ah sial! Pergi kemana si Chandra," umpat Roy merasa kesal. Kedua matanya menoleh kesana kemari mencari Chandra tapi tetap tak ada.Akhirnya Roy pun menyerah dan memilih kembali pulang untuk memberitahu Hesti dan juga Anita. Ia pun langsung menuju ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Tak sampai setengah jam, Roy akhirnya sampai di rumah. Tampak Anita yang tengah duduk di sofa sembari memainkan ponselnya, sesekali Anita tersenyum menatap ponselnya tanpa sadar.Anita bahkan tak menyadari kehadiran Roy yang sejak tadi telah memperhatikannya. Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Roy kembali melangkahkan kakinya mendekati Anita."Eh Mas, kamu kok ada di sini? Kenapa kamu pulang lagi, Mas?" ta