Share

5. Menikah

Penulis: LaSierra
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-07 21:08:57

Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.

****

Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya.

"Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.

Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.

Emily yang sudah lelah menghadapi ibunya selama ini, tidak menghiraukannya lagi dan langsung naik ke lantai dua, sontak saja hal ini membuat ibunya semakin marah padanya.

"Kau benar-benar tidak tau sopan santun, tidak tau aturan, dasar anak nakal, kau benar-benar membuatku malu sudah mempunyai anak sepertimu. Seharusnya aku dulu tak pernah melahirkanmu, hanya membuat susah saja" ujar ibu Emily.

Rentetan makian yang seharusnya tak pantas keluar dari mulut seorang ibu, semakin membuat Emily mantap keluar rumah itu. Emily bergegas mengumpulkan data-data dirinya, ijazah dan surat-surat berharga lainnya dia juga mengambil beberapa lembar baju untuk di masukkan ke dalam koper.

Stella yang mendengar ibunya memaki Emily tersenyum dari kamarnya, diapun segera keluar dan memasang wajah sedih dihadapan ibunya.

"Ibu, sudahlah jangan memarahi kakak, mungkin dia belum bisa terima jika aku mengandung anak dari Steve. Biar aku saja yang meminta maaf padanya" ujar Stella dengan wajah sedihnya yang di buat-buat.

"Mana bisa begitu, lihat dirimu, begitu patuh pada ibu, jika kau mengandung anak dari Steve itu juga bukan salahmu sepenuhnya. Pasti Emily yang tidak pandai menyenangkan tunangannya, sehingga Steve berpaling darinya" ujar Nyonya Monica.

Emily yang kebetulan sudah turun dari lantai atas mendengar perkataan ibunya dengan tersenyum.

"Kalian benar-benar seorang ibu dan anak, yang satu pandai berbohong dan licik, yang satu bodoh dan tidak tau aturan. Benar-benar mengagumkan" ujar Emily.

"Apa katamu?! Kakak mana bisa kau bicara seperti itu pada ibu. Kakak jika kau membenciku karena sudah merebut tunanganmu, aku minta maaf dan akan melakukan apapun yang kau minta, tapi kau tak boleh mengatakan hal buruk tentang ibu" ujar Stella memulai kata-kata manisnya untuk mendapatkan simpati.

"Apa kau sudah selesai bicara? Di depan ku kau tak perlu bersandiwara hingga seperti ini. Sebaiknya sekarang kau segera mencari tutor yang bisa mengajarimu mengerjakan tugas kuliahmu sebaik aku. Stella, aku akan membuatmu tak dapat menemukan satupun tutor terbaik di negri ini. Kau camkan kata-kataku dengan baik, semua yang kau lakukan padaku, akan aku kembalikan sepuluh kali lipat padamu. Ingat itu!!" bisik Emily di telinga Stella.

Stella yang mendengar ancaman dari Emily yang tegas ini, diam-diam merasa takut dan panik. Selama ini, Emily memang berperan besar dalam nilai-nilai yang tertera dikertas nilainya yang selalu dia bangga-banggakan dihadapan teman-teman, ayah, dan ibu mereka. Mereka menganggap Stella adalah gadis yang cantik, pintar dan baik hati. Stella pun berpura-pura terdorong ke belakang oleh Emily dan menangis didepan ibu mereka.

"Aduh, ibu perutku sakit bu" ujar Stella berbohong.

"Emily, kau keterlaluan, bukan begini caranya jika kau membenci adikmu, janin yang ada di dalam perutnya tidak bersalah! Kau memang gadis yang tidak punya hati nurani, kau Iblis, pergi kau dari sini, pergiii!!" maki Ibunya.

Emily hanya tersenyum masam mendengar makian ibunya.

"Sudah ku bilang, yang satunya licik dan yang satunya bodoh. Kalian benar-benar klop. Stella, kau seharusnya memenangkan piala oscar karena pandai menipu orang dengan aktingmu, tapi tidak denganku!" ujar Emily sambil berlalu pergi menenteng kopernya.

"Noooon, non, non mau kemana ? jangan tinggalin bibi nooon, siapa lagi yang bisa bibi bangunin tiap pagi kalau non nggak ada, huhu" ujar bi Surti sambil menangis memohon pada Emily.

"Biiii, Emily nggak pergi jauh kok. Nanti Emily ke sini lagi jemput bibi ya" ujar Emily menenangkan bi Surti.

"Bi Surti masuk! Masuk!!" teriak nyonya Monica.

"Bibi masuk ya, Emily pergi dulu ya bi" ujar Emily.

Jauh di lubuk hatinya Emily juga sedih berpisah dengan orang yang sudah mengasuhnya sejak kecil. Jika bukan karena kegigihan ayahnya, bi Surti pasti sudah di pecat oleh ibunya, karena bi Surti bekerja sedikit lambat, tubuhnya yang gempal membuatnya sedikit susah untuk berlari cepat saat di panggil. Tapi karena ayah Emily melihat dia begitu telaten dan sabar mengasuh Emily, akhirnya di pertahankan hingga sekarang. Sikap keibuannya sangat di sukai oleh Emily, yang tak dia dapatkan dari ibu kandungnya sendiri.

Emily berjalan menenteng kopernya, dia membuka garasi dan menuju mobil Porsche miliknya, kemudian menaruh koper kecilnya di samping tempat duduknya. Dia melajukan mobilnya menuju kantor catatan sipil. Disana, laki-laki itu telah menunggu dengan senyuman licik didalam mobilnya

"Sebuah mobil yang cantik, secantik pemiliknya" gumannya

Emily turun dari mobilnya, dan mengedarkan pandangannya mencari pria itu. Tidak lama turunlah seorang laki-laki tampan berparas menawan turun dari mobil maserati.

"Ya Tuhan, dia bukan hanya tampan, tapi juga kaya raya, wajar saja jika perempuan disini melihatnya tanpa berkedip" guman Emily.

Dia menyadari bahwa tatapan para wanita di sekitar mereka tak berpaling dari pria itu. Laki-laki yang baru di temuinya dalam kondisi yang "unik" itu akan segera menjadi suaminya. Emily tak tau, apakah ini suatu keberuntungan atau dirinya yang gila karena menikahi orang yang baru saja dia temui dalam hidupnya. Di kehidupannya yang lalu, Emily sama sekali tak pernah bertemu dengannya. Itu sebabnya Emily sama sekali tidak tau siapa pria itu, bahkan ketika dirinya mencari tau di situs internet, yang muncul hanya namanya dan perusahaannya. Selain itu, tak ada apapun yang muncul, semuanya seolah diblokir dari media. Kemunculannya begitu misterius, tiba-tiba saja dia mengajukan pernikahan.

"Kau sudah siap?" tanya Pria itu pada Emily.

"Tentu" jawab Emily, sambil mengacungkan data dirinya pada laki-laki itu.

"Ayo, kita sudah di tunggu di dalam?" ajaknya lagi.

Mereka pun diminta untuk melengkapi data-data yang ada. Emily hanya bisa terdiam sambil mengisi data itu, pikiran yang kacau tak memberinya izin untuk berpikir jernih. Dia bahkan berharap ini adalah mimpi, namun ini begitu nyata untuk menjadi mimpi yang terjadi di siang hari. Tak lama kemudian, akta pernikahan mereka pun jadi. Kini Status Emily telah berubah. Emily keluar dari kantor itu dengan perasaan tak percaya.

"Aku telah menikah" ujarnya sambil menatap akta pernikahan mereka.

Bab terkait

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   10. Gagal

    Stella masih terbaring di kasur dengan badan yang lemas, dan letih, tubuhnya di penuhi peluh keringat. Sedangkan Steve telah beranjak ke kamar mandi. Tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya saat ini sedang berpura-pura hamil muda. "Bukankah perempuan yang sedang hamil muda di larang berhubungan? Bagaimana jika Steve mengetahui larangan ini? Ah bodohnya aku! Haruskah aku berpura-pura kesakitan? Tidak, tidak, dia malah akan membawaku ke rumah sakit jika aku kesakitan," guman Stella. Beberapa menit kemudian, Steve keluar dari kamar mandi, dan segera mengenakan bajunya. Dia harus segera kembali ke meja kerjanya. Akan aneh rasanya, jika sekretarisnya masuk dia tidak berada di sana, padahal dirinya tidak terlihat keluar dari pintu. Namun Steve segera ingat bahwa Stella sedang mengandung. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan bayinya, maaf, aku tidak bisa menahan diri," tanya Steve. Benar saja, Steve menanyakan hal itu padanya. Stella segera tersenyum dan membuat alasan yang masuk akal. "Aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   11. Perjanjian

    Stella kembali ke rumah dengan hati yang hampa, setiap dia keluar untuk audisi tidak pernah sekali pun mendapatkan komentar yang memuaskan. Dengan langkah gontai dia masuk ke dalam rumah, rumah yang besar itu semakin sepi sejak kakaknya diusir. Ayahnya yang sakit-sakitan masih di rawat di luar negri, ibunya hanya sesekali datang ke kantor memeriksa bagian keuangan, agak aneh, tapi itulah yang dia lakukan selain menonton drama Korea kesukaannya. Saat ini juga sama, ibunya hanya menonton drama Korea sambil mengunyah camilan. Stella akhirnya merebahkan dirinya di sebelah ibunya. "Ibu, kau tidak pergi ke kantor ayah?" tanya Stella. "Sstt diam, lihat, gadis muda itu akhirnya menjual dirinya pada para juri agar dia bisa lolos ke babak selanjutnya," jawab ibunya. Stella yang merasa bingung akhirnya ikut menonton drama yang ditonton ibunya. Dalam drama itu, si gadis merayu juri agar dia lolos audisi. Benar saja, pada adegan selanjutnya, saat audisi si gadis lolos di tahap berikutnya, sang j

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   1. Terlahir Kembali

    Emily terbangun ketika sinar matahari menembus masuk melalui jendela."Dimana aku? Apakah aku sudah mati?" guman Emily. Emily memperhatikan keadaan disekitarnya, kamar ini bernuansa putih, dan ada lukisan seorang ibu yang sedang memeluk anaknya, di dekat pintu ada foto dirinya yang terpanjang di dinding. "Bukankah ini kamar Steve? Kenapa aku ada di sini?" guman Emily. Emily langsung memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin yang berada di samping kasur itu. Bajunya masih lengkap, bahkan riasan nya masih rapi, tapi kenapa dia bisa berada di sini? "Bukankah aku sudah mati? Steve meracuniku, dan dia ternyata selingkuh dengan Stella. Apa yang telah terjadi? Apa aku terlahir kembali?" guman Emily. "Kau sudah bangun?" Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan muncullah wajah Steve, kejadian ini sama persis dengan kehidupannya yang lalu. "Kau? Apa semalam kau tidur di sini? Dan kenapa aku bisa tidur di kamarmu?" tanya Emily. "Tidak, kau tidak pernah mengijinkan aku menyentuhmu sebelum men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   2. Memutuskan Hubungan

    Emily mengintip keluar jendela, terlihat para tamu sudah berdatangan dan menikmati musik di halaman belakang rumahnya. Emily sangat yakin bahwa ini adalah kehidupannya dua tahun yang lalu sebelum meninggal di tangan Steve. Emily seolah tak percaya, dia bisa kembali ke kehidupannya lagi. Ternyata Tuhan mendengar permintaannya dan mengabulkannya. Emily tertawa bahagia hingga meneteskan airmata haru, dia terharu betapa baiknya Tuhan pada dirinya. Kali ini, dia tak akan lagi menjadi gadis bodoh di dalam genggaman Steve. Dia akan membalas perbuatan Steve dan Stella padanya. Dia berjalan menyusuri lorong di rumahnya. Tapi langkah kakinya terhenti di depan pintu kamar Stella. Karena tak terkunci, Emily mengintip apa yang ada di dalam, benar saja, di sana ada Steve yang sedang bercumbu dengan Stella. Emily hendak mendobrak pintu kamar itu, tapi rasanya itu kurang menarik bukan ? Emily lalu mengeluarkan ponselnya dan merekam adegan demi adegan di kamar Stella."Steve, ini sudah terlalu lama, or

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   11. Perjanjian

    Stella kembali ke rumah dengan hati yang hampa, setiap dia keluar untuk audisi tidak pernah sekali pun mendapatkan komentar yang memuaskan. Dengan langkah gontai dia masuk ke dalam rumah, rumah yang besar itu semakin sepi sejak kakaknya diusir. Ayahnya yang sakit-sakitan masih di rawat di luar negri, ibunya hanya sesekali datang ke kantor memeriksa bagian keuangan, agak aneh, tapi itulah yang dia lakukan selain menonton drama Korea kesukaannya. Saat ini juga sama, ibunya hanya menonton drama Korea sambil mengunyah camilan. Stella akhirnya merebahkan dirinya di sebelah ibunya. "Ibu, kau tidak pergi ke kantor ayah?" tanya Stella. "Sstt diam, lihat, gadis muda itu akhirnya menjual dirinya pada para juri agar dia bisa lolos ke babak selanjutnya," jawab ibunya. Stella yang merasa bingung akhirnya ikut menonton drama yang ditonton ibunya. Dalam drama itu, si gadis merayu juri agar dia lolos audisi. Benar saja, pada adegan selanjutnya, saat audisi si gadis lolos di tahap berikutnya, sang j

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   10. Gagal

    Stella masih terbaring di kasur dengan badan yang lemas, dan letih, tubuhnya di penuhi peluh keringat. Sedangkan Steve telah beranjak ke kamar mandi. Tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya saat ini sedang berpura-pura hamil muda. "Bukankah perempuan yang sedang hamil muda di larang berhubungan? Bagaimana jika Steve mengetahui larangan ini? Ah bodohnya aku! Haruskah aku berpura-pura kesakitan? Tidak, tidak, dia malah akan membawaku ke rumah sakit jika aku kesakitan," guman Stella. Beberapa menit kemudian, Steve keluar dari kamar mandi, dan segera mengenakan bajunya. Dia harus segera kembali ke meja kerjanya. Akan aneh rasanya, jika sekretarisnya masuk dia tidak berada di sana, padahal dirinya tidak terlihat keluar dari pintu. Namun Steve segera ingat bahwa Stella sedang mengandung. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan bayinya, maaf, aku tidak bisa menahan diri," tanya Steve. Benar saja, Steve menanyakan hal itu padanya. Stella segera tersenyum dan membuat alasan yang masuk akal. "Aku

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   5. Menikah

    Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.****Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya."Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.Emily yang sudah lelah menghadapi

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   4. Keputusan

    Emily memasuki Bar dan segera memesan minuman pada bartender."New York Sour" ujarnya.Bartender dengan cekatan menyajikan pesanan Emily.Emily meminumnya dengan pikiran yang kacau, tunangannya yang sangat dia cintai ternyata berkhianat begitu lama di belakangnya dengan adik kandungnya sendiri. Bahkan tak ada satupun keluarganya yang menghibur dirinya atas kejadian ini. Sungguh miris. Tidak bisa dipercaya. Apa itu keluarga? Apakah hanya hiasan agar terlihat sempurna dari luar? Mereka berdua sungguh keterlaluan pikirnya."Hei aku melihat seseorang yang tampan memasuki bar ini tadi, apa kau tahu siapa dia?" tanya seorang wanita pada bartender itu sambil memberikan uang beberapa ratus dollar lewat meja.Emily juga melihatnya masuk tadi, namun dia tak begitu tertarik saat ini, hatinya sedang tak karuan saat ini. Tapi Emily juga tahu, bahwa ada beberapa bartender yang menjual informasi seperti ini di sana."Dia seorang CEO muda yang merajai bisnis di kota ini, kabarnya dia baru kembali dari

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   3. Tamu Tak di Undang

    Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari telah berlalu. Malam itu bunyi bel seolah tak berhenti berbunyi di depan rumah Emily, dengan cepat pelayan membukakan pintu. Tampaklah Steve bersama ayah dan ibunya datang berkunjung ke rumah Emily dengan wajah canggung. Ayah Emily yang mengetahui hal itu bergegas turun dan menemui mereka, Stella dan nyonya Monica yang terlihat berbeda dari biasanya juga ikut turun melihat apa yang akan terjadi. Tapi, Emily sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Ayah Emily yang mengetahui hal ini segera meminta bi Surti, si mbok kesayangan Emily, untuk memanggilnya turun."Noooon, non Emily," panggil bi Surti."Ya mbok, masuk saja, tidak di kunci mbok," jawab Emily."Non, di suruh bapak turun ke bawah, ada tamu," ujar bi Surti."Siapa mbook?" tanya Emily.Dengan ragu bi Surti memberi tahu tamu yang datang."Ada tuan muda Steve bersama orang tuanya," jawab bi Surti."Aduuuuh mau apa lagi dia ke sini mbok, mbok sajalah yang menemui dia, Emily capek,"

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status