Share

Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam
Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam
Author: LaSierra

1. Terlahir Kembali

Author: LaSierra
last update Last Updated: 2023-03-07 11:20:34

Emily terbangun ketika sinar matahari menembus masuk melalui jendela.

"Dimana aku? Apakah aku sudah mati?" guman Emily.

Emily memperhatikan keadaan disekitarnya, kamar ini bernuansa putih, dan ada lukisan seorang ibu yang sedang memeluk anaknya, di dekat pintu ada foto dirinya yang terpanjang di dinding.

"Bukankah ini kamar Steve? Kenapa aku ada di sini?" guman Emily.

Emily langsung memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin yang berada di samping kasur itu. Bajunya masih lengkap, bahkan riasan nya masih rapi, tapi kenapa dia bisa berada di sini?

"Bukankah aku sudah mati? Steve meracuniku, dan dia ternyata selingkuh dengan Stella. Apa yang telah terjadi? Apa aku terlahir kembali?" guman Emily.

"Kau sudah bangun?" Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan muncullah wajah Steve, kejadian ini sama persis dengan kehidupannya yang lalu.

"Kau? Apa semalam kau tidur di sini? Dan kenapa aku bisa tidur di kamarmu?" tanya Emily.

"Tidak, kau tidak pernah mengijinkan aku menyentuhmu sebelum menikah, mana mungkin aku lancang. Kau lupa? Bukankah kau mabuk setelah minum dua gelas wine? Aku mengundangmu ke sini untuk membicarakan soal investasi di perusahaan ku yang ingin kutawarkan padamu, tapi sayangnya, baru dua gelas wine kau sudah begitu mabuk. Toleransi alkohol mu sangat buruk," jawab Steve.

Emily kemudian ingat bagaimana detik-detik kematiannya setelah di racuni oleh Steve.

***

Steve membuka botol wine dan menuangkannya ke dalam gelas mereka berdua. Pandangan Steve terus mengarah ke Emily dari waktu ke waktu.

"Ada apa? Apa ada yang salah pada wajahku?" tanya Emily bingung.

"Tidak, kau hanya terlihat cantik (sayangnya kau akan mati sebentar lagi)" ujar Steve sambil tersenyum penuh kelicikan.

Emily meneguk winenya sedikit demi sedikit, dia terus tersenyum, hatinya berbunga-bunga dengan sanjungan dari Steve. Walaupun dirinya menjadi salah tingkah terus di perhatikan oleh Steve, Emily terus memakan steaknya dengan kepala tertunduk, namun tak lama setelah itu tenggorokannya terasa terbakar, dan jantungnya terasa sakit, paru-parunya seolah ingin berhenti bergerak. Emily memegang tenggorokannya, dengan susah payah dia memanggil Steve.

"Steve, tolong a-- aku, a--"

Prang, suara piring dan gelas berjatuhan dan pecah. Makan malam romantis yang tersaji di meja itu seketika berserakan tak beraturan lagi, tubuh Emily pun kini telah terbaring di lantai, tenggorokan Emily terasa tercekat. Nafasnya memburu, dadanya terasa sakit, jantungnya seolah mau pecah seperti di tusuk-tusuk, begitu menyakitkan. Tapi laki-laki yang ada di hadapannya, malah tersenyum, seolah-olah pemandangan di hadapannya adalah hal yang dia sukai.

"Apakah itu terasa sakit? Aku hanya memberi sedikit racun pada minumanmu. Terima kasih atas semua uangmu, perusahaanku akhirnya bisa bangkit lagi, dan aku bisa memulai hidup baru dengan Stella" ujar Steve.

"Sayang, apa dia sudah mati?" Tanya Stella yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar Steve.

"Sebentar lagi, oh lihat betapa menariknya dirimu" ujar Steve yang langsung menarik tubuh Stella ke dalam pangkuannya.

"Jangan begini di depan tunanganmu, dia bisa patah hati, bukankah dia sangat posesif padamu?" Ujar Stella sambil bergelayut manja di tubuh Steve.

"Tidak apa, ayo kita rayakan kematiannya," ujar Steve yang langsung mencium bibir Stella. Mereka pun tak segan lagi melakukan hubungan intim di depan mata Emily yang sekarat.

Potongan-potongan ingatannya tentang mereka berdua kembali berlayar dalam ingatannya. Di hari pertama dia mengenal Steve, adalah di pesta ulang tahunnya yang ke dua puluh satu, Steve mengajaknya berdansa dan bermain piano. Lalu adegan di hari mereka menonton dan makan mi ramen di sebuah restoran. Berlanjut pada kencan pertamanya yang hanya piknik di bawah pohon wisteria yang rimbun. Mereka bercanda dan berbagi cerita bersama. Di saat Steve merintis usahanya dan mengalami kebangkrutan, Emily dengan suka rela meminjamkan uangnya tanpa perjanjian apapun, bahkan terus penyokongnya dari belakang hingga perusahaan itu bisa sesukses ini. Namun di setiap adegan itu terlihat juga ada Stella yang selalu ada di antara mereka berdua, walaupun Stella hanya diam, kini dia sadar, diamnya Stella bukan karena melihat dirinya bahagia, dia memendam kekesalan dan kecemburuan padanya. Sekarang, Emily baru menyadarinya.

Di setiap kepergian mereka berdua, Steve terkadang meminta Emily untuk membawa Stella. Stella adalah gadis manis dan polos di mata Emily, dia adalah adik Emily satu-satunya. Emily yang menyayanginya ingin selalu berbagi kebahagiaan dengannya, walaupun sejak kelahiran Stella, Emily menjadi tak di hiraukan oleh ibunya. Di saat Stella di hukum berdiri oleh ayahnya karena pelajaran bahasa inggrisnya mendapatkan angka lima, Emily diam-diam memberinya minum. Saat Stella takut ibu mereka marah karena kalungnya hilang, Emily membelikan kalung yang sama menggunakan uang tabungannya. Sampai kuliah pun, Emily terus membantu Stella mengerjakan tugas-tugas kuliahnya hingga dia selalu mendapat nilai yang tinggi. Stella di mata orang tua mereka adalah gadis yang baik, pintar, penurut, dan polos. Tapi kini, gadis itu bahkan turut andil dalam skenario pembunuhan ini. Bagaimana bisa mereka berdua melakukan ini padanya setelah apa yang dia lakukan. Jangankan balas budi, sekedar ucapan terima kasih saja rasanya Emily belum pernah mendengarnya dari mulut mereka. Kini dia tau, dirinya hanya memelihara dua ekor serigala yang kelaparan. Emily merasa hatinya hancur, dia ingin membalas perbuatan mereka berdua, namun apa daya, nafasnya kini tinggal di kerongkongannya saja. Mata Emily terus menetes menyesali kebodohannya, sekaligus menyumpahi mereka.

"Jadi, selama ini kalian selingkuh di belakangku? Kau hanya memanfaatkan hartaku? Dan kau Stella, adik yang sangat ku sayangi ternyata menusukku dari belakang. Betapa bodohnya aku yang selalu memandang kalian dengan sikap optimis. Jika aku tak datang, apakah akan aku akan tetap mati di tangannya? Andai saja aku bisa terlahir kembali, aku akan membalas perbuatan kalian berkali lipat" guman Emily dalam hati.

Perlahan tapi pasti, nafas Emily terhenti, jantungnya tak lagi berdetak.

****

Namun, rupanya Tuhan berkehendak lain, Emily terlahir kembali dan dia ingin memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Anugrah inilah yang membuatnya benar-benar bahagia.

"Ha. Hahaha, hahaha," Emily tiba-tiba tertawa.

Kini dia ingat, saat ini perusahaan Steve sedang mengalami krisis, dan dia sedang memanfaatkan dirinya lagi untuk menyelamatkan perusahaannya. Setelah perusahaannya bangkit, Steve akan membunuhnya dan menikahi Stella, itulah sebabnya dia kemarin mati di tangannya. Setelah dia terlahir kembali, dia tidak akan membiarkan Steve mengambil miliknya lagi. Itulah sebabnya dia benar-benar bahagia sekarang. Kehendak Tuhan padanya pasti ada sebabnya bukan?

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau begitu gembira?" tanya Steve bingung.

Ini pertama kalinya dia melihat Emily tertawa dengan begitu bahagia seperti orang gila.

"Tidak, tidak ada, tiba-tiba aku hanya merasa bahagia ketika teringat sesuatu. Aku harus kembali, ada sesuatu yang harus aku lakukan," jawab Emily.

"Bagaimana dengan investasi yang akun tawarkan padamu? Kau belum menjawabnya semalam," tanya Steve.

"Aku akan memberimu kabar setelah sampai di rumah," jawab Emily.

Steve hanya bisa diam melihat Emily yang bergegas pulang ke rumah. Saat ini dia memang tidak bisa memaksa agar Emily secepatnya menyuntikkan dana, Steve takut, jika dia memaksa, Emily malah membatalkan investasi itu. Jadi, Steve hanya bisa bersabar menunggu.

Sementara itu, Emily keluar dari apartemen Steve dengan wajah bahagia, senyumnya mengembang di sepanjang jalan, dia benar-benar bahagia, Tuhan memberinya kehidupan kedua.

"Steve, Stella, tunggu pembalasanku" guman Emily.

Related chapters

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   2. Memutuskan Hubungan

    Emily mengintip keluar jendela, terlihat para tamu sudah berdatangan dan menikmati musik di halaman belakang rumahnya. Emily sangat yakin bahwa ini adalah kehidupannya dua tahun yang lalu sebelum meninggal di tangan Steve. Emily seolah tak percaya, dia bisa kembali ke kehidupannya lagi. Ternyata Tuhan mendengar permintaannya dan mengabulkannya. Emily tertawa bahagia hingga meneteskan airmata haru, dia terharu betapa baiknya Tuhan pada dirinya. Kali ini, dia tak akan lagi menjadi gadis bodoh di dalam genggaman Steve. Dia akan membalas perbuatan Steve dan Stella padanya. Dia berjalan menyusuri lorong di rumahnya. Tapi langkah kakinya terhenti di depan pintu kamar Stella. Karena tak terkunci, Emily mengintip apa yang ada di dalam, benar saja, di sana ada Steve yang sedang bercumbu dengan Stella. Emily hendak mendobrak pintu kamar itu, tapi rasanya itu kurang menarik bukan ? Emily lalu mengeluarkan ponselnya dan merekam adegan demi adegan di kamar Stella."Steve, ini sudah terlalu lama, or

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   3. Tamu Tak di Undang

    Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari telah berlalu. Malam itu bunyi bel seolah tak berhenti berbunyi di depan rumah Emily, dengan cepat pelayan membukakan pintu. Tampaklah Steve bersama ayah dan ibunya datang berkunjung ke rumah Emily dengan wajah canggung. Ayah Emily yang mengetahui hal itu bergegas turun dan menemui mereka, Stella dan nyonya Monica yang terlihat berbeda dari biasanya juga ikut turun melihat apa yang akan terjadi. Tapi, Emily sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Ayah Emily yang mengetahui hal ini segera meminta bi Surti, si mbok kesayangan Emily, untuk memanggilnya turun."Noooon, non Emily," panggil bi Surti."Ya mbok, masuk saja, tidak di kunci mbok," jawab Emily."Non, di suruh bapak turun ke bawah, ada tamu," ujar bi Surti."Siapa mbook?" tanya Emily.Dengan ragu bi Surti memberi tahu tamu yang datang."Ada tuan muda Steve bersama orang tuanya," jawab bi Surti."Aduuuuh mau apa lagi dia ke sini mbok, mbok sajalah yang menemui dia, Emily capek,"

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   4. Keputusan

    Emily memasuki Bar dan segera memesan minuman pada bartender."New York Sour" ujarnya.Bartender dengan cekatan menyajikan pesanan Emily.Emily meminumnya dengan pikiran yang kacau, tunangannya yang sangat dia cintai ternyata berkhianat begitu lama di belakangnya dengan adik kandungnya sendiri. Bahkan tak ada satupun keluarganya yang menghibur dirinya atas kejadian ini. Sungguh miris. Tidak bisa dipercaya. Apa itu keluarga? Apakah hanya hiasan agar terlihat sempurna dari luar? Mereka berdua sungguh keterlaluan pikirnya."Hei aku melihat seseorang yang tampan memasuki bar ini tadi, apa kau tahu siapa dia?" tanya seorang wanita pada bartender itu sambil memberikan uang beberapa ratus dollar lewat meja.Emily juga melihatnya masuk tadi, namun dia tak begitu tertarik saat ini, hatinya sedang tak karuan saat ini. Tapi Emily juga tahu, bahwa ada beberapa bartender yang menjual informasi seperti ini di sana."Dia seorang CEO muda yang merajai bisnis di kota ini, kabarnya dia baru kembali dari

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   5. Menikah

    Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.****Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya."Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.Emily yang sudah lelah menghadapi

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

    Last Updated : 2023-05-03
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

    Last Updated : 2023-05-04
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

    Last Updated : 2023-05-05
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

    Last Updated : 2023-05-05

Latest chapter

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   11. Perjanjian

    Stella kembali ke rumah dengan hati yang hampa, setiap dia keluar untuk audisi tidak pernah sekali pun mendapatkan komentar yang memuaskan. Dengan langkah gontai dia masuk ke dalam rumah, rumah yang besar itu semakin sepi sejak kakaknya diusir. Ayahnya yang sakit-sakitan masih di rawat di luar negri, ibunya hanya sesekali datang ke kantor memeriksa bagian keuangan, agak aneh, tapi itulah yang dia lakukan selain menonton drama Korea kesukaannya. Saat ini juga sama, ibunya hanya menonton drama Korea sambil mengunyah camilan. Stella akhirnya merebahkan dirinya di sebelah ibunya. "Ibu, kau tidak pergi ke kantor ayah?" tanya Stella. "Sstt diam, lihat, gadis muda itu akhirnya menjual dirinya pada para juri agar dia bisa lolos ke babak selanjutnya," jawab ibunya. Stella yang merasa bingung akhirnya ikut menonton drama yang ditonton ibunya. Dalam drama itu, si gadis merayu juri agar dia lolos audisi. Benar saja, pada adegan selanjutnya, saat audisi si gadis lolos di tahap berikutnya, sang j

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   10. Gagal

    Stella masih terbaring di kasur dengan badan yang lemas, dan letih, tubuhnya di penuhi peluh keringat. Sedangkan Steve telah beranjak ke kamar mandi. Tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya saat ini sedang berpura-pura hamil muda. "Bukankah perempuan yang sedang hamil muda di larang berhubungan? Bagaimana jika Steve mengetahui larangan ini? Ah bodohnya aku! Haruskah aku berpura-pura kesakitan? Tidak, tidak, dia malah akan membawaku ke rumah sakit jika aku kesakitan," guman Stella. Beberapa menit kemudian, Steve keluar dari kamar mandi, dan segera mengenakan bajunya. Dia harus segera kembali ke meja kerjanya. Akan aneh rasanya, jika sekretarisnya masuk dia tidak berada di sana, padahal dirinya tidak terlihat keluar dari pintu. Namun Steve segera ingat bahwa Stella sedang mengandung. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan bayinya, maaf, aku tidak bisa menahan diri," tanya Steve. Benar saja, Steve menanyakan hal itu padanya. Stella segera tersenyum dan membuat alasan yang masuk akal. "Aku

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   5. Menikah

    Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.****Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya."Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.Emily yang sudah lelah menghadapi

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   4. Keputusan

    Emily memasuki Bar dan segera memesan minuman pada bartender."New York Sour" ujarnya.Bartender dengan cekatan menyajikan pesanan Emily.Emily meminumnya dengan pikiran yang kacau, tunangannya yang sangat dia cintai ternyata berkhianat begitu lama di belakangnya dengan adik kandungnya sendiri. Bahkan tak ada satupun keluarganya yang menghibur dirinya atas kejadian ini. Sungguh miris. Tidak bisa dipercaya. Apa itu keluarga? Apakah hanya hiasan agar terlihat sempurna dari luar? Mereka berdua sungguh keterlaluan pikirnya."Hei aku melihat seseorang yang tampan memasuki bar ini tadi, apa kau tahu siapa dia?" tanya seorang wanita pada bartender itu sambil memberikan uang beberapa ratus dollar lewat meja.Emily juga melihatnya masuk tadi, namun dia tak begitu tertarik saat ini, hatinya sedang tak karuan saat ini. Tapi Emily juga tahu, bahwa ada beberapa bartender yang menjual informasi seperti ini di sana."Dia seorang CEO muda yang merajai bisnis di kota ini, kabarnya dia baru kembali dari

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   3. Tamu Tak di Undang

    Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari telah berlalu. Malam itu bunyi bel seolah tak berhenti berbunyi di depan rumah Emily, dengan cepat pelayan membukakan pintu. Tampaklah Steve bersama ayah dan ibunya datang berkunjung ke rumah Emily dengan wajah canggung. Ayah Emily yang mengetahui hal itu bergegas turun dan menemui mereka, Stella dan nyonya Monica yang terlihat berbeda dari biasanya juga ikut turun melihat apa yang akan terjadi. Tapi, Emily sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Ayah Emily yang mengetahui hal ini segera meminta bi Surti, si mbok kesayangan Emily, untuk memanggilnya turun."Noooon, non Emily," panggil bi Surti."Ya mbok, masuk saja, tidak di kunci mbok," jawab Emily."Non, di suruh bapak turun ke bawah, ada tamu," ujar bi Surti."Siapa mbook?" tanya Emily.Dengan ragu bi Surti memberi tahu tamu yang datang."Ada tuan muda Steve bersama orang tuanya," jawab bi Surti."Aduuuuh mau apa lagi dia ke sini mbok, mbok sajalah yang menemui dia, Emily capek,"

DMCA.com Protection Status