Share

2. Memutuskan Hubungan

Author: LaSierra
last update Last Updated: 2023-03-07 11:42:11

Emily mengintip keluar jendela, terlihat para tamu sudah berdatangan dan menikmati musik di halaman belakang rumahnya. Emily sangat yakin bahwa ini adalah kehidupannya dua tahun yang lalu sebelum meninggal di tangan Steve. Emily seolah tak percaya, dia bisa kembali ke kehidupannya lagi. Ternyata Tuhan mendengar permintaannya dan mengabulkannya. Emily tertawa bahagia hingga meneteskan airmata haru, dia terharu betapa baiknya Tuhan pada dirinya. Kali ini, dia tak akan lagi menjadi gadis bodoh di dalam genggaman Steve. Dia akan membalas perbuatan Steve dan Stella padanya. Dia berjalan menyusuri lorong di rumahnya. Tapi langkah kakinya terhenti di depan pintu kamar Stella. Karena tak terkunci, Emily mengintip apa yang ada di dalam, benar saja, di sana ada Steve yang sedang bercumbu dengan Stella. Emily hendak mendobrak pintu kamar itu, tapi rasanya itu kurang menarik bukan ? Emily lalu mengeluarkan ponselnya dan merekam adegan demi adegan di kamar Stella.

"Steve, ini sudah terlalu lama, orang-orang akan curiga kalau kamu terlalu lama menghilang," ujar Stella.

"Ayolah sebentar lagi, aku tak bisa lepas dari kemolekan tubuhmu. Aku tadi datang ke kamar Emily rupanya dia masih tidur dengan nyenyak," ujar Steve.

"Apakah kau tak membangunkannya? Acara kalian akan di mulai," ujar Stella.

"Kau tak cemburu? Biar saja dia terlambat, jadi orang-orang akan memarahinya dan aku akan menjadi pahlawan kesiangannnya dengan pura-pura memakluminya, dengan begitu dia semakin percaya bahwa aku mencintainya. Padahal aku sangat membencinya, dia begitu kolot, tidak boleh pegang ini, tak boleh cium itu, dia sangat jauh berbeda denganmu," ujar Steve.

"Bagaimana bisa? Kau memang pandai merayuku, aku sebenarnya sangat cemburu pada Emily, apalagi ayah selalu membanggakannya di depan semua orang. Aku juga bisa seperti dia kalau aku kuliah di luar negri. Aku hanya berpura-pura suka padanya agar dia bisa terus membantuku mengerjakan tugas kuliah. Karena berkat bantuannya nilaiku di kampus menjadi tinggi," ujar Stella.

"Bersabarlah sebentar lagi, saat aku bisa merayunya untuk menyuntikkan dana pada perusahaanku, aku akan membuangnya dan menikahimu secepatnya," ujar Steve

Dia pun perlahan menjauhi kamar Stella dan berjalan berbalik menuju pintu kamar di sebelahnya, karena Steve akan keluar dari kamar Stella, untungnya dia sudah mendapatkan rekaman video aktifitas dan pembicaraan mereka.

***

Para tamu undangan di bawah sudah menunggu dengan antusias pertunangan ini. Mereka sebagian besar adalah kenalan Steve dan beberapa kolega ayahnya. Steve tampak santai mengobrol dengan beberapa orang sambil membawa segelas minuman. Sedangkan di sudut kursi tampak ibu Emily, nyonya Monica, duduk seolah tak memperdulikan tamu, dia terlihat tak bahagia dengan pertuangan ini, entah apa yang mengganggu pikirannya di sana. Tak jauh berbeda dengan Stella, raut wajahnya tampak murung dan masam. Emily bisa melihat dengan jelas wajah-wajah yang menyayanginya dengan palsu. Saat emily menuruni tangga halaman belakang, semua mata tertuju padanya. Steve yang sejak tadi tertawa riang tiba-tiba terdiam, dia begitu terpesona melihat penampilan Emily yang sedikit terbuka. Dengan belahan paha yang tinggi, atasnya bahkan tak menutupi bahunya sedikitpun. Ini sungguh jauh berbeda dengan penampilan Emily sehari-hari. Emily tak beranjak dari tangga, dia hanya menatap seluruh tamu undangan dan terdiam, lalu dia mengangkat jari telunjuknya ke arah mulutnya. Tamu undangan pun merasa bahwa Emily ingin menyampaikan sesuatu, hingga berangsur-angsur suasana menjadi sunyi dan sepi.

"Para undangan yang terhormat, terima kasih telah meluangkan waktu anda yang berharga untuk datang kemari. Hari ini, aku ingin mengumumkan bahwa aku, Emily Carolina , ingin memutuskan hubunganku dengan Steve Immanuel, dan tidak akan meresmikan pertunangan kami. Aku mohon maaf atas berita tak mengenakkan ini, tapi aku mohon anda semua memakluminya, dan mendoakan kebaikan untukku dan dan dia," ujar Emily. Lalu berbalik dan pergi meninggal kegaduhan di pesta itu

Suasana yang semula penuh dengan canda, dan tawa, kini menjadi canggung, dan penuh tanda tanya. Mengapa gadis cantik itu memutuskan hubungannya? Apa yang telah terjadi di antara mereka berdua? Berbagai pertanyaan bergelayut di pikiran setiap tamu undangan.

Steve yang kaget mendengar apa yang di sampaikan oleh Emily pun mengejarnya. Dia sama sekali tak menyangka Emily akan memutuskan hubungan mereka. Steve takut jika perselingkuhannya ketahuan oleh Emily, dan hal inilah yang membuat dia memutuskan hubungannya.

"tidak, tidak, ini tak boleh terjadi," pikir steve sambil terus berlari menuju Emily.

"Emily, Emily, tunggu, apa yang terjadi?" tanya Steve menghentikan langkah Emily.

"Tidak ada, aku hanya merasa kita tidak bisa bersama lagi. Bukankah aku tak sesuai dengan seleramu?" tanya Emily.

"Emily kita bisa membicarakan ini baik-baik, apa kekuranganku selama ini, aku sudah sangat perhatian dan pengertian padamu," ujar Steve.

"Itulah sebabnya, karna kau terlalu pengertian dan perhatian padaku, jadi aku tak pantas untukmu," ujar Emily sambil berlalu pergi.

Steve bingung, apa yang membuat Emily memutuskan hubungan dengannya. Padahal sebelum dia dan Emily masih baik-baik saja. Bagaimana ini bisa terjadi, padahal sedikit lagi dia bisa merayu Emily untuk memberikan modal pada perusahaannya. Jika sampai Emily membatalkan pertunangannya, itu pertanda buruk bagi perusahaannya.

"Ibu, apa yang terjadi? Kenapa kakak membatalkan pertunangannya?" tanya Stella dengan cemas, namun raut wajah berbinar terpancar jelas di wajahnya.

"Entahlah, ayahmu pasti marah besar kali ini. Ayo kita masuk, dan melihat apa yang terjadi," ajak nyonya Monica pada Stella. Tak jauh berbeda dengan Stella, nyonya Monica juga tampak berbinar, seolah bahagia atas kegagalan hubungan putrinya.

Mereka berdua melenggang masuk sambil menundukkan kepala meminta maaf pada tamu satu persatu. Ibu dan anak itu seolah bahagia atas kabar tak mengenakkan ini. Berbeda jauh dengan raut wajah Steve dan keluarganya.

"Suamiku, apa yang terjadi? Beraninya anak ingusan itu mempermalukan keluarga kita dengan menolak Steve," tanya ibu Steve menahan amarahnya.

"Sebaiknya kau tanyakan hal ini pada anak kesayanganmu itu. Pasti ada sesuatu di antara mereka yang membuat Emily berubah pikiran. Anak itu, taunya hanya membuat kacau saja," jawab ayah Steve.

"Bagaimana bisa kau bicara seperti itu. Anak itu anakmu juga, aku mendidiknya dengan baik sehingga dia tumbuh dengan tampan dan sempurna," kilah ibu Steve.

"Hah, sebaiknya kau buka matamu lebar-lebar, sudah cukup bagus gadis sepintar Emily mau mencintainya. Tapi dia berbuat ulah," ujar Ayah Steve.

"Sayang, sebenarnya siapa anakmu?! Kenapa kau membela Emily?" tanya ibu Steve kesal.

"Susah bicara denganmu," ujar ayah Steve sambil berlalu pergi.

Tak berbeda jauh dengan suasana di dalam rumah Emily. Banyak orang bertanya-tanya kenapa Emily membatalkan pertunangannya dengan Steve. Padahal, hampir semua orang tau betapa cintanya Emily pada Steve. Dia seolah-olah hidup hanya mendedikasikan waktunya untuk Steve seorang. Apapun yang Steve minta Emily selalu bisa mewujudkannya. Termasuk memasak dan membuat kue kesukaan Steve, agar Emily bisa membawakannya bekal ke kantor. Tapi kini sungguh jauh berbeda seratus delapan puluh derajat. Emily memutuskan tanpa memberi kesempatan pada siapapun untuk menyanggahnya.

"Emily, apa yang terjadi? Katakan pada ayah, kenapa tiba-tiba kau membatalkan pertunangan ini. Padahal ini adalah kemauanmu sendiri sebelumnya," ujar ayah Emily.

Ya, di kehidupan sebelumnya Emily bahkan memohon pada ayahnya agar mempercepat pertunangannya dengan Steve. Tapi itu dulu, kini setelah dia menyadari kebodohannya, Emily tak ragu mengambil langkah untuk kebaikan dirinya sendiri dan keluarganya.

"Ayah, aku hanya merasa tiba-tiba aku belum siap memulai hubungan yang lebih jauh lagi. Dan rasanya aku juga tak pantas untuknya," jawab Emily sekenanya.

"Bagaimana bisa seperti itu, kau akan menjadi bahan gosip di seluruh kota T karena batal bertunangan," ujar ayahnya marah.

"Aku tak masalah ayah," ujar Emily sambil berlalu dari pandangan Ayahnya.

"Kau... kemari, aku belum selesai bicara denganmu!" Teriak ayahnya.

"Aku lelah ayah, maaf aku ingin istirahat," ujar Emily yang terus berjalan menuju menuju kamarnya.

"Anak itu, benar-benar memusingkan," ujar ayahnya.

"Sayang, kau terlalu memanjakannya itulah sebabnya dia berani padamu," ujar ibu Emily.

"Jangan menambah suasana semakin rumit, pergi ke kamarmu dan pikirkan baik-baik bagaimana caramu mendidiknya. Kau terus mengacuhkannya dan hanya memperhatikan Stella. Jika tidak mengadu padaku, siapa lagi yang akan membelanya, kau? Kau benar-benar pilih kasih membesarkan anakmu," ujar ayah Emily sambil berlalu pergi meninggalkan.

"Kenapa dia malah menyalahkanku, anak sialan itu benar-benar membuat pusing semua orang," maki ibu Emily.

Melihat semua orang tersulut amarah karena kakaknya. Stella urung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi hingga kakaknya memutuskan membatalkan pertunangannya dengan Steve. Namun jauh di dalam hatinya, Stella merasa bahagia atas kejadian itu. Itu artinya dia masih memiliki kesempatan untuk bersama Steve di masa depan bukan?

Related chapters

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   3. Tamu Tak di Undang

    Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari telah berlalu. Malam itu bunyi bel seolah tak berhenti berbunyi di depan rumah Emily, dengan cepat pelayan membukakan pintu. Tampaklah Steve bersama ayah dan ibunya datang berkunjung ke rumah Emily dengan wajah canggung. Ayah Emily yang mengetahui hal itu bergegas turun dan menemui mereka, Stella dan nyonya Monica yang terlihat berbeda dari biasanya juga ikut turun melihat apa yang akan terjadi. Tapi, Emily sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Ayah Emily yang mengetahui hal ini segera meminta bi Surti, si mbok kesayangan Emily, untuk memanggilnya turun."Noooon, non Emily," panggil bi Surti."Ya mbok, masuk saja, tidak di kunci mbok," jawab Emily."Non, di suruh bapak turun ke bawah, ada tamu," ujar bi Surti."Siapa mbook?" tanya Emily.Dengan ragu bi Surti memberi tahu tamu yang datang."Ada tuan muda Steve bersama orang tuanya," jawab bi Surti."Aduuuuh mau apa lagi dia ke sini mbok, mbok sajalah yang menemui dia, Emily capek,"

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   4. Keputusan

    Emily memasuki Bar dan segera memesan minuman pada bartender."New York Sour" ujarnya.Bartender dengan cekatan menyajikan pesanan Emily.Emily meminumnya dengan pikiran yang kacau, tunangannya yang sangat dia cintai ternyata berkhianat begitu lama di belakangnya dengan adik kandungnya sendiri. Bahkan tak ada satupun keluarganya yang menghibur dirinya atas kejadian ini. Sungguh miris. Tidak bisa dipercaya. Apa itu keluarga? Apakah hanya hiasan agar terlihat sempurna dari luar? Mereka berdua sungguh keterlaluan pikirnya."Hei aku melihat seseorang yang tampan memasuki bar ini tadi, apa kau tahu siapa dia?" tanya seorang wanita pada bartender itu sambil memberikan uang beberapa ratus dollar lewat meja.Emily juga melihatnya masuk tadi, namun dia tak begitu tertarik saat ini, hatinya sedang tak karuan saat ini. Tapi Emily juga tahu, bahwa ada beberapa bartender yang menjual informasi seperti ini di sana."Dia seorang CEO muda yang merajai bisnis di kota ini, kabarnya dia baru kembali dari

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   5. Menikah

    Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.****Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya."Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.Emily yang sudah lelah menghadapi

    Last Updated : 2023-03-07
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

    Last Updated : 2023-05-03
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

    Last Updated : 2023-05-04
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

    Last Updated : 2023-05-05
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

    Last Updated : 2023-05-05
  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   10. Gagal

    Stella masih terbaring di kasur dengan badan yang lemas, dan letih, tubuhnya di penuhi peluh keringat. Sedangkan Steve telah beranjak ke kamar mandi. Tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya saat ini sedang berpura-pura hamil muda. "Bukankah perempuan yang sedang hamil muda di larang berhubungan? Bagaimana jika Steve mengetahui larangan ini? Ah bodohnya aku! Haruskah aku berpura-pura kesakitan? Tidak, tidak, dia malah akan membawaku ke rumah sakit jika aku kesakitan," guman Stella. Beberapa menit kemudian, Steve keluar dari kamar mandi, dan segera mengenakan bajunya. Dia harus segera kembali ke meja kerjanya. Akan aneh rasanya, jika sekretarisnya masuk dia tidak berada di sana, padahal dirinya tidak terlihat keluar dari pintu. Namun Steve segera ingat bahwa Stella sedang mengandung. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan bayinya, maaf, aku tidak bisa menahan diri," tanya Steve. Benar saja, Steve menanyakan hal itu padanya. Stella segera tersenyum dan membuat alasan yang masuk akal. "Aku

    Last Updated : 2023-05-09

Latest chapter

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   11. Perjanjian

    Stella kembali ke rumah dengan hati yang hampa, setiap dia keluar untuk audisi tidak pernah sekali pun mendapatkan komentar yang memuaskan. Dengan langkah gontai dia masuk ke dalam rumah, rumah yang besar itu semakin sepi sejak kakaknya diusir. Ayahnya yang sakit-sakitan masih di rawat di luar negri, ibunya hanya sesekali datang ke kantor memeriksa bagian keuangan, agak aneh, tapi itulah yang dia lakukan selain menonton drama Korea kesukaannya. Saat ini juga sama, ibunya hanya menonton drama Korea sambil mengunyah camilan. Stella akhirnya merebahkan dirinya di sebelah ibunya. "Ibu, kau tidak pergi ke kantor ayah?" tanya Stella. "Sstt diam, lihat, gadis muda itu akhirnya menjual dirinya pada para juri agar dia bisa lolos ke babak selanjutnya," jawab ibunya. Stella yang merasa bingung akhirnya ikut menonton drama yang ditonton ibunya. Dalam drama itu, si gadis merayu juri agar dia lolos audisi. Benar saja, pada adegan selanjutnya, saat audisi si gadis lolos di tahap berikutnya, sang j

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   10. Gagal

    Stella masih terbaring di kasur dengan badan yang lemas, dan letih, tubuhnya di penuhi peluh keringat. Sedangkan Steve telah beranjak ke kamar mandi. Tiba-tiba dia teringat bahwa dirinya saat ini sedang berpura-pura hamil muda. "Bukankah perempuan yang sedang hamil muda di larang berhubungan? Bagaimana jika Steve mengetahui larangan ini? Ah bodohnya aku! Haruskah aku berpura-pura kesakitan? Tidak, tidak, dia malah akan membawaku ke rumah sakit jika aku kesakitan," guman Stella. Beberapa menit kemudian, Steve keluar dari kamar mandi, dan segera mengenakan bajunya. Dia harus segera kembali ke meja kerjanya. Akan aneh rasanya, jika sekretarisnya masuk dia tidak berada di sana, padahal dirinya tidak terlihat keluar dari pintu. Namun Steve segera ingat bahwa Stella sedang mengandung. "Kau tidak apa-apa? Bagaimana dengan bayinya, maaf, aku tidak bisa menahan diri," tanya Steve. Benar saja, Steve menanyakan hal itu padanya. Stella segera tersenyum dan membuat alasan yang masuk akal. "Aku

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   9. Telepon Dari Ibu

    Pagi-pagi sekali Emily telah membuka matanya, dadanya terasa sesak, seolah ada yang menimpa tubuhnya. Ketika Emily hendak berbalik, dia merasakan sebuah tangan yang kekar sedang memeluknya. Emily sedikit terkejut, namun saat di lihatnya wajah tampan Jonathan yang sedang terlelap, Emily urung untuk beranjak dari dekapan Jonathan. "Ternyata setelah di lihat dari dekat, dia sangat tampan, benar-benar tampan," ujar Emily. Emily lalu meraba wajah Jonathan dengan jari telunjuknya, di mulai dari kening, turun ke hidung, lalu berhenti pada bibir Jonathan. Saat melihat bibir Jonathan, tiba-tiba seolah ada suara dari dalam dirinya yang berteriak. "Cium! Cium! Cium! Cium!" Emily cepat-cepat menepuk-nepuk pipinya, namun suara dari dalam hatinya terus berteriak tanpa henti. Emily menoleh lagi, entah mengapa dia ingin menatap wajah Jonathan lagi. Emily mengangkat tangannya, dan melambaikan di depan wajah Jonathan. "Bulu mata Jonathan tidak bergerak sama sekali, berarti dia masih tidur nyenyak b

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   8. Dari Hati Ke Hati

    Jonathan berjalan menuju kamar yang berada di sebelah kamarnya, dia ingin mencoba bicara agar suasana canggung ini berakhir. "Emily, boleh aku masuk?" tanya Jonathan. Emily sedikit terkejut mendengar suara Jonathan ada di depan pintu, walaupun dia sedikit salah tingkah, namun dengan cepat dia membuka pintunya. "Ada apa? Kau butuh sesuatu?" tanya Emily. "Bisakah kita bicara?" tanya Jonathan. "Tentu, masuklah," jawab Emily. "Bisa ikut denganku? Ada sesuatu yang ingin ku tunjukkan," tanya Jonathan lagi. Jonathan mengangkat tangan, meminta Emily untuk meletakkan tangannya di atas telapak tangannya. Silvia menyambut tangan itu, dan mereka akhirnya berjalan beriringan. Di sepanjang jalan mereka tetap diam membisu. Jonathan tampaknya membawa Emily ke sesuatu tempat, mereka berdua melewati halaman belakang, tapi di sini begitu gelap, Emily mulai takut dan menggenggam tangan Jonathan semakin erat. Jonathan yang mengerti hal ini segera menenangkannya. "Tidak apa-apa, kita sudah tiba," uj

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   7. Canggung

    Rasa penasaran yang menggerogoti perasaan Jonathan semakin tak bisa di bendung. Dia akhirnya memutuskan untuk melihat keadaan Emily di kamarnya. Namun, begitu dia membuka pintu kamarnya, Emily sedang berganti baju, dia melepas handuknya, dan terekposlah kulitnya yang putih mulus tanpa sehelai benang pun, Emily terlihat akan mengenakan piyama. Jonathan langsung menutup kembali pintu kamarnya diam-diam. Cepat-cepat dia kembali ke kamar sebelah, dan meneguk segelas air. Kerongkongannya terasa kering, bayangan tubuh Emily yang tanpa busana terbayang-bayang di benaknya, membuat wajahnya merah merona. "Sial!" umpat Jonathan. Keadaan tidak berubah meskipun dia mencoba melakukan hal lain. Jonathan akhirnya memutuskan untuk mandi dengan air dingin. Di dalam kamar mandi dia segera menghidupkan air dingin, dan berdiri di bawahnya. Tapi justru kejadian tadi semakin terekam jelas di benaknya, dia kini bahkan ingat warna pakaian dalam yang akan di kenakan Emily. "Sial! Seharusnya aku tidak membuk

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   6. Di Usir

    Emily terdiam setelah masuk ke dalam mobil, pikirannya kacau, dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih lagi. Jonathan yang melihat sikap diamnya Emily merasa puas. "Kenapa kau diam? Jika kau tidak suka dengan pernikahan ini, kau bisa menolaknya sejak awal," ujar Jonathan. "Kau sengaja bukan? Kau membuat perusahaan ayahku hampir bangkrut, lalu menawarkan kerja sama, benar kan?" tanya Emily. "Kau benar-benar pintar. Apa kau ingat insiden di lorong toilet tempo hari? Mulai sekarang kau bisa membuktikan apakah rumor itu benar, atau salah," jawab Jonathan. "Kau benar-benar brengs*k!" maki Emily pada Jonathan. Emily semakin kesal mengingat kejadian itu. "Apakah Jonathan hanya melakukan balas dendam padanya? Dia bahkan menjebak dirinya agar bisa menikah dengannya, apa laki-laki ini memiliki otak yang normal?" pikir Emily. "Aku tidak mau tau, karena kau sudah menjadi istriku, maka kau harus tinggal serumah denganku," ujar Jonathan. "Tidak usah repot-repot menyediakan tempat tinggal, a

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   5. Menikah

    Emily pergi menemui orang yang di maksud ayahnya di sebuah restoran Jepang. Bagaikan petir menyambar di siang bolong, betapa terkejutnya dia setelah melihat laki-laki itu. Dia benar-benar tak menyangka laki-laki ini yang akan menjadi suaminya.****Emily kembali ke rumahnya. Kepulangan Emily yang di ketahui oleh Stella dengan cepat di adukan pada ibunya melalui ponselnya. Baru saja dirinya membuka pintu, omelan ibunya sudah memekakkan telinganya."Kau dari mana? Apa yang kau lakukan diluar sana? Dasar anak liar, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamit, kau pasti berkencan dengan om-om diluar sana? Pantas saja Steve berpaling darimu, kau benar-benar susah di atur dan bin*l" cecar Ibu Emily.Bagaimana mungkin ibunya tidak tau bahwa dia selama ini selalu menjadi anak yang patuh dan baik hati. Bahkan selama dua tahun berpacaran dengan Steve, Steve tak pernah dia izinkan untuk menyentuhnya. Ibunya tidak tau karena memang tidak pernah memiliki perhatian padanya.Emily yang sudah lelah menghadapi

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   4. Keputusan

    Emily memasuki Bar dan segera memesan minuman pada bartender."New York Sour" ujarnya.Bartender dengan cekatan menyajikan pesanan Emily.Emily meminumnya dengan pikiran yang kacau, tunangannya yang sangat dia cintai ternyata berkhianat begitu lama di belakangnya dengan adik kandungnya sendiri. Bahkan tak ada satupun keluarganya yang menghibur dirinya atas kejadian ini. Sungguh miris. Tidak bisa dipercaya. Apa itu keluarga? Apakah hanya hiasan agar terlihat sempurna dari luar? Mereka berdua sungguh keterlaluan pikirnya."Hei aku melihat seseorang yang tampan memasuki bar ini tadi, apa kau tahu siapa dia?" tanya seorang wanita pada bartender itu sambil memberikan uang beberapa ratus dollar lewat meja.Emily juga melihatnya masuk tadi, namun dia tak begitu tertarik saat ini, hatinya sedang tak karuan saat ini. Tapi Emily juga tahu, bahwa ada beberapa bartender yang menjual informasi seperti ini di sana."Dia seorang CEO muda yang merajai bisnis di kota ini, kabarnya dia baru kembali dari

  • Sumpah Yang Membangkitkan Pembalasan Dendam   3. Tamu Tak di Undang

    Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa dua hari telah berlalu. Malam itu bunyi bel seolah tak berhenti berbunyi di depan rumah Emily, dengan cepat pelayan membukakan pintu. Tampaklah Steve bersama ayah dan ibunya datang berkunjung ke rumah Emily dengan wajah canggung. Ayah Emily yang mengetahui hal itu bergegas turun dan menemui mereka, Stella dan nyonya Monica yang terlihat berbeda dari biasanya juga ikut turun melihat apa yang akan terjadi. Tapi, Emily sama sekali tak kelihatan batang hidungnya. Ayah Emily yang mengetahui hal ini segera meminta bi Surti, si mbok kesayangan Emily, untuk memanggilnya turun."Noooon, non Emily," panggil bi Surti."Ya mbok, masuk saja, tidak di kunci mbok," jawab Emily."Non, di suruh bapak turun ke bawah, ada tamu," ujar bi Surti."Siapa mbook?" tanya Emily.Dengan ragu bi Surti memberi tahu tamu yang datang."Ada tuan muda Steve bersama orang tuanya," jawab bi Surti."Aduuuuh mau apa lagi dia ke sini mbok, mbok sajalah yang menemui dia, Emily capek,"

DMCA.com Protection Status