Seminggu sudah kepergian Kusuma. Melinda berniat pindah ke Jakarta untuk mengurus perusahaan pusat.Pagi ini rencana setelah sarapaan Melinda dan Marisha akan langsung berangkat ke Jakarta.Sari datang dari dapur sembari membawa sepiring ayam goreng."Bi Sari benaran tidak mau ikut ke Jakarta?" tanya Marisha memastikan."Iya, bu. Saya disini saja, biar bisa merawat makam bapaknya anak-anak," sahut Sari."Yah padahal aku ingin bi Sari ikut bersama kami. Tapi mau gimana lagi kalau bibi tetap kekueh ingin tetap tinggal disini. Aku pasti sangat merindukan bibi," Melinda menimpali. Membuat Sari menjadi ikut sedih mendengarnya."Selamat pagi!" tiba-tiba terdengar suara seseorang dari luar membuat Sari langsung keluar. Karna Wowo sedang mengambil berkas di kantor cabang.Sari masuk bersama sepupunya Cici."Selamat pagi bu Marisha dan nona Melinda!" sapa Cici ramah."Pagi juga, Ci. Ini datang pagi-pagi ada apa ya?" Marisha menyerngit heran.Cici tersenyum kikuk, dia membenarkan anak rambutnya
"Berarti setelah kematian Kusuma, maka seluruh hartanya jatuh ke tangan Melinda. Dan otomatis nanti juga akan menjadi milik anakku. Dengan begitu aku tak perlu bekerja lagi, aku akan menjadi sultan yang sesungguhnya. Meskipun bercerai dengan Melinda, anak ku tak mungkin tega membiarkan ayahnya jadi gelandangan kelak." batin Yusuf menyeringai."Kamu handle semua rapat hari ini. Aku ada urusan mendadak. Jangan lupa transfer semua dana perusahaan ke rekening ku!" titah Yusuf kepada Haris. Dia melenggang pergi tanpa menghiraukan jawaban asisten nya itu."Selalu saja begitu. Bagaimana perusahaan mau maju jika bosnya saja begitu? Beruntung punya istri sultan!" gerutu Haris seraya menatap punggung Yusuf yang sudah tak terlihat lagi.***Melinda masih termenung memikirkan keadaan anaknya. Dia sangat shock dengan kematian bapak dan anaknya secara bergiliran.Setelah melakukan kureks dan beberapa prosedur tadi. Marisha pergi keluar menjawab panggilan dari Adam.Tak berselang lama dua orang dokt
Tiga jam berlalu,Akhirnya sebelum di kebumikan, dokter Agni mengizinkan Melinda untuk melihat bayinya untuk yang pertama dan terakhir kalinya.Lagi dan lagi Melinda kembali terisak, saat melihat bayi yang masih sangat kecil dan bagian tubuh yang belum sempurna harus pergi meninggalkannya."Sabar, Mel. Aku tahu ini berat, tapi ini sudah menjadi takdirnya. Mungkin ini juga yang membuka jalan lebar untuk perpisahan mu dengan Yusuf," kata Arum membuat Melinda teringat akan prosesi perceraiannya. Hakim mengatakan mereka boleh bercerai setelah bayi ini lahir, mungkin anaknya ingin mempermudah perceraian orangtuanya. Makanya di memilih pergi lebih dulu."Kamu benar, Rum. Aku tidak boleh terlena dalam kesedihan ini! Sekarang kalian boleh memakamkan anak ku! Ku beri nama Mahendra Kusuma Hadiningrat!" ucap Melinda seraya menghapus airmatanya, dia teringat ucapan dokter Agni dan dokter Rio tadi bahwa ada yang sengaja menyabotase kehamilannya. Dia kemudian menyuruh dokter Rio mendorong kursi rod
Imelda sangat terpukul karna kedatangan Eddy bersama perempuan lain. Dia tak percaya jika suami yang dibanggakannya tega mendua. Bahkan Eddy datang ke rumah mengambil pakaian dan beberapa surat tanah yang mereka kumpulkan berdua."Kenapa papa tega sama mama?" isak Imelda masih meratapi kepergian Eddy."Sudah lah, ma. Gak ada gunanya menangis kepergian papa yang jelas-jelas telah menghianati mama," sahut Santi memeluk erat mamanya. Sebenarnya dia juga sakit hati dengan perlakukan papanya, tapi dia berusaha terlihat baik-baik saja di depan keluarganya."Mbak Santi benar, ma. Beruntung perusahaan sudah ku ambil alih, jika tidak perempuan itu pasti juga menyuruh papa untuk merebutnya dari kita," Yusuf ikut menimpali."Tapi surat tanah dan perhiasan mama bagaimana? Mama udah gak punya apa-apa lagi hiks.. hikss," ucap Imelda tersengal-sengal dalam tangisannya."Berhenti meratapi tentang harta dan papa! Aku punya kabar yang lebih mengejutkan lagi!" kata Dina ikut bergabung di ruang keluarga.
"Tidak perlu! Biar ini menjadi urusanku saja. Terimakasih sudah membantu,""Tidak usah sungkan. Aku suka kok membantumu. Kapan pun kamu perlua bantu, aku siap!" sahut tersenyum simpul menampilkan deretan gigi putihnya."Bisa aja kamu, Yo. Oh iya, ngomong-ngomong kamu gak ke rumah sakit kah? Ini udah jam sembilan loh," kata Melinda membuat Rio menepuk jidatnya."Astaga, Mel. Aku lupa, jam sepuluh nanti aku ada jadwal operasi. Ya udah aku pamit dulu ya, selamat pagi! Jaga kesehatan!" kata Rio langsung berlari keluar, membuat Melinda tertawa lepas melihat tingkah konyolnya.***Keesokan harinya, Yusuf dan Imelda benar-benar datang ke rumah Melinda. Imelda terlihat takjub melihat kemewahan kediaman Kusuma. Jika seandainya Yusuf tidak bertindak bodoh, sekarang mereka pasti bisa ikut menikmati rumah peninggalan Kusuma ini.Marisha kaget dengan kedatangan calon mantan besannya. Pasalnya Melinda memang belum memberitahu tentang hal ini. Melinda pikir Yusuf hanya berkata asal kemarin."Loh? Ke
Selang dua hari setelah kedatangan Yusuf dan Imelda ke rumah Melinda. Berita viral mulai beredar. Berita tersebut membuat sebagian klien menarik sahamnya dari Kusuma Corl. Melinda dan Adam kelimpungan menghadapi para repoter yang datang berbondong-bondong.Berita itu diantara tentang Melinda Sang Pewaris Kusuma Corl rela menggugurkan kandungannya demi berpisah dengan Yusuf direktur Gunawan Grup. Melinda juga di tuduh memiliki hubungan terlarang dengan dokter Rio."Bagaimana? Apakah sudah ada perkembangan?" tanya Melinda duduk dikursi kebesarannya, seraya memijit pelipisnya."Saya sudah menyelidiki beberapa orang yang mungkin terlibat dengan semua kasus yang berhubungan dengan anda dan perusahaan, Nona," sahut Adam duduk di seberang Melinda. Adam telah membuka laptopnya dan memperlihatkan seseorang lelaki berkumis bertindik disebelah kiri telinganya."Sebelum menggantikan kurir langganan Nona, lelaki ini berpropesi sebagai preman di Tanah Abang. Dia adalah adik kelas dari Riska, manta
Deru suara mobil Yusuf memasuki pekarangan rumah. Membuat Imelda dan Santi tersenyum simpul. Pasalnya Yusuf lah yang menjadi tulang punggung keluarga setelah Eddy berselingkuh dan meninggalkan mereka semua.Sedangkan Riko katanya merantau ke Kalimantan untuk berinvestasi di perkebunan sawit. Dia pergi setelah menjual semua aset yang Santi dan Riko miliki. Dia juga jarang mengirimi uang untuk Santi dan anaknya."Kamu mandi dulu gih, Suf. Setelah itu langsung makan malam. Mama sudah masak enak," ucap Imel dengan penuh kasih sayang."Nanti saja, ma. Aku mau istirahat dulu," kata Yusuf sambil menarik bantal yang ada di sofa ruang keluarga. Dia kemudian meraih ponsel yang ada disakunya. Melihat kabar viral yang sudah berhasil menjadi tranding topik. Dia tersenyum senang melihatnya. Banyak para netizen dan deterjen menghujat Melinda dan Kusuma Copl."Salah siapa ngotot pisah sama aku?" batin Yusuf.Yusuf kemudian bangkit dan masuk ke kamarnya. Dia memikirkan untuk tidak datang besok ke peng
Adam melempar tubuh Wisnu ke gudang, menendangnya kasar.Wisnu mengeram kesakitan, "Sialan!"BughBerto kembali memberikan tinjuan ke wajah Wisnu."Uhuk! Uhuk, cuiih!" Wisnu terbatuk mengeluarkan darah segar.Adam berjongkok lalu meraih rambut Wisnu. Dia menjambaknya dan membuat Wisnu mendongak ke arahnya."Katakan dengan jelas! Apa motifmu menukar obat majikanku?" "Hahaha!!!"Adam kembali memukul wajah Wisnu, tapi kurir itu tetap saja tertawa."Haha! Bodoh! Aku tak akan pernah buka mulut!""Bos, pria ini memang harus diberi pelajaran. Biar aku dan Berto saja memberinya pelajaran," kata Aldo.Adam melepaskan rambut Wisnu. Membiarkan Aldo dan Berto mengambil alih. Tangan Wisnu segera diikat, lalu dipukuli. Wisnu di tendang dilantai hingga babak belur. Berkali-kali tubuhnya membentur tembok.Sedangkan Berto menodongkan pisau ke wajah Wisnu."Pisau ini akan menggores wajahmu sampai kamu buka mulut!"Awalnya Wisnu tidak takut dengan ancaman Berto. Tapi ketika ujung pisau itu ditekan kuat
Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k
Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!
Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba
Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.
Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag
Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau
Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya
Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong
"Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story