Suksesnya Gadis Cacat Yang Dihina

Suksesnya Gadis Cacat Yang Dihina

Oleh:  Maharani  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
4Bab
407Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perjuangan seorang gadis yang terlahir tidak sempurna namun tidak diakui oleh ayah dan kedua saudaranya. Ratih, gadis pintar dan menjadi mandiri karena harus berjuang sendiri demi meraih impiannya. Banyaknya siksaan dan hinaan yang dia dapat baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar tak menggoyahkan semangatnya sedikitpun untuk berjuang.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
4 Bab

Gadis Tangguh

Ratih mengusap peluh yang menetes di dahi hingga mengalir ke wajahnya. Terik matahari siang ini memang terasa sangat menyengat, namun hal itu tak menyurutkan langkah Ratih untuk mencari uang.“Tinggal sedikit lagi, aku harus semangat!” gumam Ratih dalam hati, bibirnya terukir senyum tipis.“Kue… Kue…!” Teriak Ratih menawarkan dagangannya, diikuti doa didalam hati berharap ada pembeli yang datang menghampiri dirinya.Beberapa orang yang berpapasan dengannya menatap dengan iba, bahkan ada juga yang melihatnya dengan tatapan jijik.“Bunt*ng! Bunt*ng!”Terdengar ejekan dari beberapa anak kecil yang berlarian disekitar Ratih berjalan. Dia hanya tersenyum mendengarnya.Ratih memang terlahir tidak sempurna. Sejak dari lahir tangan kirinya memang tidak tumbuh sebagaimana mesti. Namun dia tak pernah mengeluh, tak pernah sedikit pun menyalahkan takdir yang sudah digariskan Tuhan.“Buang saja anak kamu itu! Anak cacat seperti dia hanya akan buat susah keluarga!” murka Pak Basuki – ayah Ratih, be
Baca selengkapnya

Separuh Uang Tabungan

Ratih menangis sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit akibat perlakuan orang tuanya. Belum lagi dia harus memberikan uang tabungan yang selama ini dimilikinya. Jika dia memberikan uang tersebut kepada ayahnya, bagaimana nanti dengan keperluan sekolah, padahal Ratih juga berniat untuk mengenyam pendidikan hingga ke bangku kuliah.Dengan langkah tertatih dia masuk ke dalam kamar. Rasa lelah setelah berjualan sampai dirumah bukan sambutan hangat yang diterima olehnya, namun perlakuan kejam dari sang ayah yang harus dia rasakan.Sambil merebahkan tubuhnya dikasur tipis, Ratih masih memikirkan bagaimana caranya dia tak menyerahkan semua uangnya pada sang ayah.Brak! Brak! Brak!“Buka pintunya!” Lagi-lagi Ratih dibuat senam jantung oleh teriakan Pak Basuki. Dengan perasaan was-was dia bangkit dari pembaringannya.“Mana uang yang kamu punya?” sergah Pak Basuki begitu pintu kamar dibuka oleh Ratih.Belum juga Ratih menjawab, Pak Basuki sudah menerobos masuk ke dalam kamar. Dibukanya lema
Baca selengkapnya

Terima atau Tidak

Pandangan Ratih menerawang jauh ke depan, dari dalam lubuk hati Ratih sebenarnya dia ingin sekali menyalurkan bakat melukisnya. Namun apalah daya, waktunya sudah habis untuk belajar dan mencari biaya untuk pendidikan.Jika Ratih menjadi guru melukis, lalu bagaimana dengan rutinitas jualannya, dan belum tentu juga pemilik sanggar itu menerima dia sebagai salah satu guru melukis.Ratih memandang punggung Renata yang perlahan melangkah pergi meninggalkan dirinya. Renata harus segera menuju ke sanggar, sedangkan Ratih kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat dia mengambil dagangan. Semoga saja dagangan hari ini habis, sehingga dia bisa berbagi hasilnya untuk sang ayah.===Menjelang petang Ratih baru tiba dirumah karena dia tadi mengambil dagangan yang cukup banyak, dan mau tidak mau dia harus menghabiskan dagangan tersebut jika dia tak ingin semua hasil penjualan hari ini diminta oleh Pak Basuki.Ratih hanya akan memberikan tiga puluh ribu untuk Pak Basuki dari hasil berjualan, sedan
Baca selengkapnya

Gaji Pertama

Satu bulan sudah Ratih ikut mengajar di sanggar lukis Raihan. Dia pun juga masih tetap berjualan kue seperti biasa, namun dia hanya berkeliling di area terdekat saja. Jika sudah waktunya mengajar, Ratih akan membawa dagangannya ke sanggar. Di area kosong yang ada di depan sanggar, Ratih mendirikan tenda kecil khusus berjualan. Untuk saat ini dia hanya mampu membuatnya dengan terpal dan bambu. Dia harus mengambil lagi tabungannya untuk modal membuat tenda tersebut. Meskipun sebenarnya Raihan sudah menawarkan akan membuatkan kios kecil, namun dengan halus Ratih menolaknya karena tidak ingin merepotkan kawan barunya tersebut. Ratih tidak ingin terlalu banyak berhutang budi pada siapa pun, terlebih meminta belas kasih dari orang lain, itu bukan prinsipnya meskipun dia cacat pantang baginya meminta. “Mas, apa tidak terlalu banyak gaji yang diberikan kepada saya?” tanya Ratih setelah membuka amplop yang dia terima dari Raihan. Raihan tersenyum mendengar pertanyaan dari rekan kerjanya te
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status