SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 31Arita lantas mengambil ponsel miliknya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata na Nania lah yang tengah menghubunginya. "Nania? Ada apa ya? Apakah dia mau menerima tawaranku tadi?" human Arita. Ia lantas mengusap kasar air matanya dan juga membuang ingus yang sedari tadi keluar dari hidungnya. Arita menggeser tombol terima dan tersambunglah telepon tersebut hingga terdengar suara dari mantan sahabatnya itu di seberang sana. "Ada apa kamu menghubungiku? Apakah kamu sudah setuju dengan persyaratan yang aku berikan tadi? Baguslah kalau kau cepat sadar. Sehingga aku tidak perlu bersusah payah untuk ribut-ribut denganmu perihal masalah ini. Kurasa uang segitu bagiku tidaklah besar. Apakah artinya uang lima ratus juta dibanding dengan dua usaha yang dimiliki putrimu itu. Iya kan?" cerocos Arita tanpa memberi jeda untuk Nania berbicara. Nania sengaja memang ingin mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Arita terlebih dahulu. Nania masih berpik
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 32Arita lantas mengambil ponsel miliknya dan melihat siapa yang menelponnya. Ternyata na Nania lah yang tengah menghubunginya. "Nania? Ada apa ya? Apakah dia mau menerima tawaranku tadi?" human Arita. Ia lantas mengusap kasar air matanya dan juga membuang ingus yang sedari tadi keluar dari hidungnya. Arita menggeser tombol terima dan tersambunglah telepon tersebut hingga terdengar suara dari mantan sahabatnya itu di seberang sana. "Ada apa kamu menghubungiku? Apakah kamu sudah setuju dengan persyaratan yang aku berikan tadi? Baguslah kalau kau cepat sadar. Sehingga aku tidak perlu bersusah payah untuk ribut-ribut denganmu perihal masalah ini. Kurasa uang segitu bagiku tidaklah besar. Apakah artinya uang lima ratus juta dibanding dengan dua usaha yang dimiliki putrimu itu. Iya kan?" cerocos Arita tanpa memberi jeda untuk Nania berbicara. Nania sengaja memang ingin mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Arita terlebih dahulu. Nania masih berpik
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 33"Oke saya tunggu. Terima kasih." Setelah ponsel dimatikan Arita kembali merebahkan kepala dan tubuhnya. Kali ini dia tersenyum dan bersiap untuk mimpi indah sebab tidak lama lagi impiannya akan terwujud. ***"Kevin! Cepat kamu carikan orang yang mau beli dua motor ini sekarang!" titah Arita pada Kevin. Kevin yang sedang sibuk membalas pesan dari atasannya pun menoleh ke arah Arita sembari mengerutkan dahi. "Dijual, Bu? Untuk apa?" tanya Kevin heran pada Arita karena Kevin tahu kalau dua motor itu adalah motor kesayangan sang ibu angkat juga kakak angkatnya. Pasalnya salah satu dari motor itu orang tua Raya lah yang membelikannya. Yah, motor N-yamux yang lagi ngetrend itu lah yang orang tua Raya belika dengan dalih agar Raya tidak malu menaiki motor butut milik David. Motor yang pernah menjadi kebanggaan Arita di depan para tetangga kala David belum dibelikan mobil oleh orang tua Raya. Namun, kini ibu angkatnya rela menjual motor yang menjadi k
"Sudah siap? Yuk kita lets go!" ucap Nania yang tampak bersemangat. "Semangat banget, Ma?" tanya Raya. "Tentu saja semangat dong. Kan mau memiskinkan keluarga benalu dan tak tahu malu. Tentu harus semangat." Raya terkikik mendengar ucapan sang mama tercinta. Baginya Nania bukan hanya menjadi sosok ibu yang baik tapi juga menjadi sosok sahabat yang selalu ada di saat dirinya membutuhkan. Itulah kenapa Raya dan Nania tidak ada canggung meskipun status mereka ibu dan anak. "Yaudah ayo, Ma. Itu taksi online nya sudah datang." Raya dan Nania pun lekas berangkat menuju rumah Arita. Namun, sebelumnya Nania sudah menghubungi Guntur suaminya terlebih dahulu. Meskipun terbilang gaul dan kekinian baij Nania maupun Raya tetap tidak mengesampingkan adat dan tata krama. Hal itulah yang Nania dan Guntur tanamkan ada Raya sejak kecil. Seentara itu Nania dan Raya yang sudah di jalan menuju rumah Arita. Kini Arita sudah duduk berhadapan dengan calon pembeli motor miliknya juga milik Raya. Calon
Pov Raya"Eeeee ngelunjak, sini hadapi aku!" Arita sudah menyingsing lengan bajunya ke atas. Ia sudah bersiap untuk menghajar Nania begitu juga dengan Nania yang tidak mau kalah hingga akhirnya mereka dikejutkan oleh sebuah suara yang membuat mereka berhenti. Begitupun dengan Raya yang menghentikan kunyahan permen karet di mulutnya dan menoleh ke arah suara tersebut."Berhenti dan diam kalian semua!"****Kami bertiga secara serempak langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Kevin lah sosok yang muncul.Ah ... sial sekali, padahal lagi asyik-asyiknya menonton pertunjukkan seru, eh malah diberhentikan. Benar-benar datang di waktu yang tidak tepat.Terlihat Kevin melangkah ke arah kami."Tante, apa ada sesuatu yang penting hingga membuat Tante dan juga Mbak Raya datang ke sini?" ucap Kevin setelah berjalan dan menghentikan langkahnya di sebelah Mama dan juga Ibu."Tentu ada dong! Kalau tidak ada urusan penting, ogah banget menginjakkan kaki di rumah ini!" ketus Mama sembari berkac
Pov Kevin**Kepalaku terasa berdenyut nyeri saat aku melihat Ibu dan juga Tante Nania sedang bertengkar. Dan kesal sekali rasanya saat melihat Mbak Raya yang membiarkan mereka bertengkar. Aku berteriak dengan penuh rasa geram, meminta pada mereka agar menghentikan pertengkaran mereka. Ternyata Tante Nania datang ke sini untuk mengambil motor N-yamuk yang dulu Tante Nania belikan untuk Mbak Raya. Dan lagi-lagi Ibu membuat ulah. Ibu berusaha menahan motor itu agar tak jatuh ke tangan pemiliknya. Rasanya aku semakin jengah melihat tingkah Ibu yang semakin menjadi. Rasanya aku sudah benar-benar lelah dan malu pada Tante Nania. Aku pun memerintahkan Tante Nania dan Mbak Raya untuk segera mengambil motornya. "Dasar anak sialan! Lepaskan tanganku!"Aku pun melepaskan cekalan tanganku setelah motor yang dikendarai oleh Mbak Raya itu keluar dari halaman. Sempat Ibu berteriak histeris motor yang sempat menjadi kebanggaannya itu. "Sudahlah, Bu. Motor itu memang milik mereka," ucapku. C
Pov Author**Di sepanjang perjalan, Kevin terus menguatkan hati kalau langkahnya saat ini sudah tepat. Sebenarnya tak tega rasanya meninggalkan keluarga di saat dalam kondisi yang begitu terpuruk. Akan tetapi, kali ini Kevin sudah merasa benar-benar dibuat jengah. Kata balas budi yang dilontarkan oleh Sang ibu menjadi makanan sehari-hari, hingga membuat lelaki itu hidup dalam penuh penekanan. "Maafkan aku, Bu, bukan aku bermaksud melupakan jasamu padaku. Tapi aku sungguh sudah tak sanggup kalau terus-terusan ditekan seperti ini. Aku juga punya hati, Bu, aku juga ingin disayang dan dicinta layaknya mas David," batin Kevin. Lelaki itu pun mengusap wajahnya dengan kasar kala bayangan Ibu yang dalam kondisi menyedihkan terus melintas di pelupuk matanya. Kevin menyandarkan tubuhnya di sandaran jok mobil, hingga lambat laun kedua netra itu tertutup. Lelah jiwa dan raga Kevin karena masalah yang sedang menerpa keluarga tercinta. Sedangkan di tempat lain, Arita terus mengumpat. Sumpah s
Arita yang semakin dibuat kesal itu berjalan menuju ke arah almari, membukanya lalu meraih kotak perhiasan yang akan ia jual. Sebenarnya berat sekali untuk Arita menjual semua perhiasan miliknya. Akan tetapi, keadaan memaksanya untuk melakukan hal demikian. Semua demi kebebasan anak lelaki dan juga akan tergantikan dengan harta gono-gini yang akan ia dapatkan. Begitulah tekat dari seorang perempuan yang bergelar ibu. Arita mengeluarkan satu per satu perhiasan, berikut dengan surat-suratnya. Ia memasukkan benda berharga itu ke dalam salah satu kotak yang berbahan beludru berwarna merah. Setelah masuk semuanya, dimasukkannya ke dalam tas miliknya. Arita menggantungkan tas itu di lengan kanannya lalu berjalan menuju ke luar rumah untuk menghentikan taksi.Mobil berwarna biru itu melesat membelah jalan raya, berjalan menuju ke arah salah satu toko emas yang tadi sempat disebutkan Arita kepada Sang sopir. Arita menghembuskan napas berat lalu membuka pintu mobil setelah membayar tagihan