“Mati aku,” gumam Arum dalam hati.
Dia terdiam sesaat, mengambil obat di atas dashboard dan menyimpannya ke dalam tas. Danu hanya diam memperhatikan dan Arum berusaha sebisa mungkin bersikap biasa.
“Ini obat titipan Lisa. Tadi dia minta dibelikan, jadi pas jenguk temanku tadi sekalian mampir ke apotik.” Lagi-lagi Arum berbohong.
“Memang Lisa sakit? Sakit apa? Kata Budi, tadi Lisa ada di kantor dan terlihat baik-baik saja.”
Arum terdiam. Ia lupa kalau asisten suaminya tadi siang ke kantornya dan bertemu Lisa. Malah dia yang terlihat tidak sehat tadi.
“Hmm … itu vitamin, kok. Kebetulan belinya hanya ada di apotik, jadi tidak boleh beli sembarangan.”
Danu hanya manggut-manggut dan percaya begitu saja dengan penjelasan Arum. Arum sedikit lega saat suaminya tidak bertanya banyak lagi padanya. Karena keadaan lalu lintas yang padat sepanjang sore dan malam itu, akhirnya Danu tiba di tempat pert
“Siapa dia, Mas?” cicit Arum.Arum tidak kenal dan bingung dengan maksud ucapan pria paruh baya ini. Ia melihat ke arah Danu berharap Danu memberinya jawaban. Namun, Danu tidak menjawab, hanya melirik Arum sekilas. Kemudian dia kembali membalas tatapan pria paruh baya itu.“Maaf, Tuan. Sudah malam, kami harus pulang,” jawab Danu.Pria paruh baya itu yang tak lain Tuan Rafael, ayah Nadia terlihat marah. Danu dan Arum bersiap pergi. Namun, Tuan Rafael sudah menyambar tangan Danu.“DENGAR!! AKU PUNYA BUKTI SEMUANYA!! Aku bisa melakukan apa saja padamu, DANU!!!”Danu menarik napas panjang sambil melepas cekalan tangan Tuan Rafael. Ia menatap tajam ke pria paruh baya itu.“Saya pikir Anda bijaksana dalam bersikap, tapi ternyata Anda sama dengan Nadia, Tuan.”Tuan Rafael tampak marah dan semakin menatap Danu dengan penuh kebencian.“Aku baru tahu kalau kamu orang yang tidak tahu t
“Obat asam lambung?” Kembali Danu bergumam.Ternyata dia penasaran dan membaca satu persatu obat yang ada di dalam kantong itu. Danu menarik napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Kenapa dia tidak bilang kalau sakit?”Ia melirik ke arah pintu kamar mandi. Pintunya masih tertutup rapat dan suara gemericik air masih terdengar dari sana. Danu meletakkan kantong obat kembali ke tempatnya bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka.Arum keluar dari sana. Wajahnya terlihat segar, rambutnya setengah basah dan kini hanya mengenakan bathrobe saja. Arum tersenyum sambil berjalan menghampiri sofa tempat Danu berada. Arum langsung duduk di samping Danu.“Mas … gak mandi?” tanya Arum. Entah mengapa gestur tubuh Arum terlihat menggoda. Dia juga menggeser posisi duduknya mendekat ke Danu sambil bergelayut di lengannya.Danu tersenyum, meliriknya sekilas. “Iya, habis ini.”Arum manggut-
“Apa? Nasi Padang? Malam-malam begini?” seru Danu.Danu terkejut usai mendengar permintaan aneh Arum. Ia menatap Arum tanpa kedip, sementara Arum hanya diam tak bersuara. Kemudian Danu tiba-tiba tersenyum.“Apa gara-gara sakit asam lambung, jadi sekarang kamu kelaparan?”Arum berdecak sambil mengendikkan bahu. “Gak tahu, Mas. Namun, yang pasti aku laper banget pengen makan nasi Padang.”Danu kini yang diam dan menatapnya dengan aneh.“Emang harus nasi Padang? Gak mau yang lain? Yang ada di rumah atau masakan bibi misalnya?”Arum diam dan menggeleng. “Maaf, Mas. Takutnya aku nanti malah muntah kalau gak makan sesuai yang aku inginkan.”Danu menghela napas panjang, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian tak lama ia sudah bangkit dari kasur. Danu mengambil ponsel dan tampak sedang melakukan panggilan. Samar, Arum mendengar Danu meminta salah satu asisten rumah tangganya
“Ngidam? Maksudmu Arum hamil?” tebak Danu.Budi tersenyum sambil menganggukkan kepala. Danu terdiam untuk beberapa saat. Sekali lagi ia mencoba mengingat apa yang terjadi pada istrinya belakangan ini. Danu tidak melihat banyak perubahan terjadi. Hanya saja kini Arum semakin manja padanya, bahkan terlalu sering menggoda Danu. Ujung-ujungnya akan berakhir dengan aktivitas panas mereka di ranjang.Tanpa sebab wajah Danu merona merah. Dia buru-buru meraup wajahnya dan menjauh dari tatapan Budi.“Orang hamil dan orang sakit asam lambung mempunyai gejala yang mirip, Tuan. Mual, muntah, pusing, rasa enek. Saya rasa tidak ada salahnya Tuan memeriksakan Nyonya lebih lanjut.”Budi kembali menambahkan kalimatnya. Sementara Danu masih terdiam. Memang hubungannya dengan Arum jauh lebih baik dari pada lima tahun yang lalu. Namun, Danu sedikit ragu untuk melakukan apa yang dikatakan Budi.Saat sakit asam lambung kemarin saja Arum tidak mem
“Artis sekaligus model papan atas Nadia Amalia tertangkap basah sedang menghabiskan waktu sepanjang malam bersama seorang pria tampan di sebuah hotel. Pria tampan yang disinyalir seorang pengusaha kaya raya berinisial DN itu ternyata sudah lama menjalin hubungan dengannya. Menurut kabar yang terdengar, mereka akan segera melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.”Suara berita gosip yang sedang tayang di salah satu stasiun televisi itu sudah mendominasi atmosfer ruang tunggu salah satu rumah sakit pagi ini.Seorang wanita berwajah teduh hanya terdiam sambil sesekali menghela napas panjang memperhatikan tayangan yang terus diulang di televisi 40 inchi itu. Hatinya bergetar saat melihat sosok pria yang ditayangkan dalam berita gosip tersebut. Tidak bisa dipungkiri kalau sosok itu memang mirip dengan suaminya, Danu Nagendra.Enggak. Gak mungkin itu Mas Danu, batin Arum.Wanita cantik berwajah teduh dengan rambut hitam legam itu bernama Arum Bisanti. Ia sengaja datang ke rumah sak
“Dari mana saja kamu, Arum?? Jam segini baru datang? Kamu bahkan belum menyiapkan makan siang untuk kami,” hardik Nyonya Lani.Usai dari rumah sakit tadi, Arum memutuskan pulang saja. Dia tidak kuat usai melihat interaksi mesra suaminya tadi bahkan dia sudah membatalkan terapinya hari ini. Dia hanya ingin pulang. Namun, baru saja masuk rumah, ibu mertuanya yang tak lain ibu tiri Danu sudah menghardiknya seperti itu.Sejak menikah dengan Danu, Arum memang tinggal di rumah keluarga Danu. Itu adalah salah satu syarat yang tercantum dalam wasiat kakek Danu. Bahkan pernikahannya dengan Danu terjadi gara-gara wasiat itu. “Eng ... saya ... saya dari rumah sakit, Ma. Hari ini jadwal terapi saya. Bukannya tadi pagi saya sudah pamitan.”“Omong kosong, pasti dia keluyuran, Ma. Dia bosan disuruh-suruh terus di rumah ini,” sahut Citra dari arah belakang Arum.Arum menoleh dan menatap Citra dengan tajam. Citra adalah adik tiri Danu. Sejak awal menikah Citra yang paling terlihat tidak suka dengan Ar
“ARUM!!!! ARUM!!!” seru Nyonya Lani.Hari masih pagi, tapi Arum sudah disibukkan dengan aktivitas rumah tangga. Semalam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hatinya masih sibuk bertanya dan ingin meminta kejelasan dari sang Suami, tapi Danu malah menghindar darinya. Apa memang benar kalau suaminya terlibat affair dengan artis cantik itu?“Iya, Ma,” jawab Arum.Ia tergopoh datang dengan wajah lesu menghampiri Nyonya Lani yang sedang berdiri di depan kamar.“Kamu ke mana saja? Dari tadi dipanggil tidak menyahut.”Arum membisu sambil menundukkan kepala. Sejak tadi pagi, dia sudah sibuk di dapur, banyak hal yang harus ia kerjakan termasuk memasak untuk tamu wanita keluarga ini.“Saya memasak di dapur, Ma. Bukannya Mama yang meminta aneka menu pagi ini.”“Pintar saja kamu menjawab. Sudah, cepat bantu Nadia di kamarnya!!”Arum menghela napas panjang. Padahal jelas-jelas banyak asisten rumah tangga yang menganggur, mengapa mertuanya malah meminta dia yang membantu wanita asing itu. Namun, aneh
“Aku mau cerai!!” ujar Arum.Arum sangat marah usai mendengar ucapan Nadia tadi. Ia langsung keluar dari kamar Nadia dan kembali ke kamarnya. Hatinya terluka, tidak dia sangka pria yang hampir setahun dinikahinya bermain di belakang. Parahnya lagi ada benih miliknya yang tertanam di wanita lain.Arum berdiri sambil menatap tajam ke arah Danu. Rahangnya menegang, wajah ayunya merah padam belum lagi suara gemelatuk yang keluar dari giginya. Amarah Arum sudah memuncak dan dia berusaha keras menahannya.“MAS!!! Kamu dengar ucapanku, kan?” sentak Arum.Suaranya terdengar bergetar dan keras. banyak luapan emosi yang sedang dia lontarkan lewat ucapannya. Namun, reaksi Danu berbanding terbalik dengan keadaan Arum. “Mas, aku mau cerai!! Sekarang juga!!” Sekali lagi Arum berseru dan Danu masih bergeming di tempatnya tanpa jawaban.Arum menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Ia melihat suami gantengnya yang sedang bercermin dengan sudut matanya. Banyak kebencian serta merta