#Status_WA_Janda_Sebelah 33Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_33Setahun kemudianSetelah aku mendengar sendiri omongan Tante Viyonna, aku jadi menjaga jarak dengan Juna. Lelaki itu masih baik padaku. Dia masih perhatian dan banyak menolongku. Bukannya aku nggak mau lepas seratus persen dari Juna, bukan! Aku masih butuh bantuan dia sampai aku melahirkan. Setelah itu, aku punya rencana sendiri.Jelang melahirkan, aku mau pulang ke Bandung. Rencana mau melahirkan di sana, yang dekat sama orang tuaku. Kalau kata Juna sih, suruh melahirkan di sini saja. Ntar Mama sama Papa yang dijemput ke sini. Tapi aku nggak mau. Melahirkan untuk yang pertama kali, kupikir lebih baik dekat dengan Mama. Hatiku lebih tenang. Lagian bisa belajar juga dari Mama, cara merawat bayi yang baru lahir.Juna sendiri yang mengantarku ke Bandung. Aku membawa banyak perlengkapan bayi yang aku beli dari Jakarta. Dokter bilang, jenis kelamin anakku laki-laki. Seneng banget dong aku ... Apal
#Status_WA_Janda_Sebelah 34Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_34Kandidat itu ...Aku tidak menyambut uluran tangannya, demikian juga Juna. Degup jantungku kencang. Benar kah dia Nicky? Tapi, kenapa dia bilang namanya Renald?"Maaf, saya permisi," ucap laki-laki yang mengaku bernama Renald itu sambil sedikit menundukkan kepalanya. "Juna ..." Panggilku setelah lelaki itu menjauh."Jangan tanya aku!" Juna bergumam. "A_apakah dia Nicky?" Aku ragu.Juna melirikku, kemudian mempererat pelukan lengannya di bahuku. "Dia bilang namanya Renald." "Iya, sih ...""Ayo pulang saja!" Setelah membayar semua totalan di kasir, Juna mengajak aku, Axel dan Mbak Retno pulang. Di mobil, Juna lebih banyak diam. Sepertinya dia sedang berpikir. Apakah lelaki yang mirip Mas Nicky tadi mengganggu pikirannya?"Jun, bukannya lo dulu pernah nyuruh orangmu untuk menyelidiki kematian Nicky?" Seingatku, dulu Juna pernah bilang begitu. Juna tak menjawab lama."Orangku bilang, mereka t
#Status_WA_Janda_Sebelah 35Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_35CemburuNetraku menatap tak berkedip, lelaki bernama Renaldy Asmasubrata itu. Hari ini, aku dan Pak Bayu memanggilnya untuk mengikuti final interview sebagai kandidat assisten Direktur.Tinggi sekitar seratus delapan puluh lebih sedikit, paras ganteng dan senyum menawan. Mengenakan kemeja putih lengan pendek dipadu dengan celana jeans biru belel dan sepatu casual. Ya Allah ... Rasanya aku meleleh! Ini sih, Nicky banget!"Silakan duduk," kata Pak Bayu. Renald kemudian duduk di kursi yang berhadapan denganku dan Pak Bayu."Bukannya Anda manager di restaurant fast food terkenal itu?" Tanyaku langsung. Renald menganggukkan kepalanya. "Betul, Bu." Jawabnya."Lalu, kenapa anda tertarik untuk bergabung di perusahaan saya. Sedangkan ini jauh berbeda dengan referensi yang Anda miliki?" Aku mencecarnya dengan pertanyaan. Renald tersenyum aja, matanya memandangku. "Dunia ini memang sempit buat kita ber
#Status_WA_Janda_Sebelah 36Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_36Sedikit tentang RenaldyJuna melangkah ke luar dengan gusar. Gegas kuikuti dia. Pikiranku udah pasti ribut nih. Brakk!Pintu ruangan kantor Renald dibuka kasar oleh Juna. Renald yang sedang sibuk bekerja dan duduk di kursinya, mengangkat kepala. Dia menatap Juna tak mengerti."Nicky!" Panggil Juna dengan menatap tajam.Netra Renald balas menatap. Aku yang berdiri di belakang Juna jadi berdesir. Udah mendelik semua gini. Ck!"Aku bukan Nicky!" Ucap Renald tenang."Lo bisa bohongin semua orang, tapi bukan gua! Elu Nicky!" Tunjuk Juna pada lelaki yang masih duduk di balik meja itu."Gosah pura-pura!" Juna merangsek maju. Tanganku memegangi jasnya. "Udah lah, Jun! Nggak penting banget sih!" Kuapit lengannya, biar nggak tambah maju."Lo kembali atau tidak, nggak ada yang berubah. Aku dan Ivonne, tetap akan menikah!" Seru Juna. Membuat Renald berdiri dan pindah duduk di tepi mejanya. "Jadi, kalian
#Status_WA_Janda_Sebelah 37Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_37Menginap"T_tante?" Aku berusaha tersenyum. Perempuan setengah tua itu medekat. "Apa kabar, Von?" "B_baik, Tante ... Silakan masuk." Kubuka pintunya lebih lebar. Mempersilakan Tante Vi dan perempuan muda itu memasuki rumahku.Duduk di sofa panjang bruang tamu, aku berhadapan dengan Tante Vi yang duduknya bersebelahan dengan perempuan muda berparas cantik itu. Penampilannya modern, dengan dress berwarna kulit, panjang selutut, model leher V potongan rendah."Ternyata kamu pindah ke sini, Ivonne?" Mata Tante Vi mengitari sudut rumah mungilku."Iya, Tante," aku tersenyum. Bola mata Tante Vi berhenti padaku. "Juna sering me sini?" Tanyanya datar. Aku tak menjawab. "Ah ya, pastinya, ya?" Mamanya Juna itu tersenyum mengejek. Kenapa ya, semenjak aku deket dengan Juna ~ lebih dari sekedar sahabat~, Tante Vi jadi sinis kepadaku. Padahal dulu, dia sangat baik padaku. Saat tinggal di Bandung, bahka
#Status_WA_Janda_Sebelah 38Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_38PoV AuthorAmnesia"Tuan! Ada orang hanyut!""Ada orang hanyut di sungai, Tuan!"Dua orang pria pekerja kebun sayur berlari tergopoh-gopoh sambil berteriak menuju sebuah rumah panggung berhalaman luas.Tuan Asmasubrata, lelaki paruh baya yang sedang bersantai di teras depan sambil menikmati teh manis, berdiri dan menatap mereka."Ada apa?" Tanya Tuan Asmasubrata, setelah kedua orang tersebut mendekat. Dengan nafas terengah dan gugup, kedua orang itu bicara bersahutan. Masing-masing ingin bercerita lebih dahulu pada Tuannya."A_ada mayat di sungai Tuan!""Bukan! Ada orang hanyut, Tuan!" "Ada di sungai!" Netra Tuan Asmasubrata, menatap keduanya bergantian. Mereka ini ngomong apa? Begitu pikirnya."Ngomong yang jelas! Asep!""I_iya, T_tuan, ada orang hanyut di sungai, sebelah sana!" Tangan Asep menunjuk arah sungai yang tak jauh dari Villa milik Tuan Asmasubrata ini. "Ayo kita lihat!" Tuan t
#Status_WA_Janda_Sebelah 39Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_39RememberMasih jam sembilan malam, udara dingin menusuk tulang. Aku yang terbiasa tinggal di Jakarta, merasa sangat mengigil di sini.Axel sudah tertidur lelap dalam dekapan Mbak Retno. Perempuan pengasuh itu sangat sayang pada Axel. Tak salah memang, Mamaku memilih dia menjadi baby sitter anakku.Renald memberikan kamar besar ini untukku bertiga. Tadinya, dia menawarkan aku kamar sendiri, tapi, aku tidak mau. Lebih baik tidur bertiga. Axel bersama Mbak Retno dan aku di bed sendiri.Belum ngantuk. Sengaja aku keluar kamar untuk melihat situasi. Berjalan ke samping kiri, aku menuju ruang depan. Tampak di teras depan beberapa laki-laki duduk-duduk, ngopi, merokok dan bercengkrama. Aku berbalik, berjalan melewati dapur yang letaknya menjorok ke belakang. Masih ada beberapa orang juga di sana. Mereka para pelayan Villa ini. Aku tersenyum pada mereka."Mau kemana Neng?" Tanya seorang Ibu bertubuh
#Status_WA_Janda_Sebelah 40Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_40PoV AuthorDetektif JunaMembuka pintu mobil dan menutupnya dengan kuat, Juna berjalan cepat memasuki sebuah rumah. Pria berkaos hitam, berbadan kekar menyambutnya. Mempersilakan Juna memasuki rumah yang tampak sepi itu. Di dalamnya sudah menunggu tiga pria kekar lagi."Siang, Boss!" Sapa mereka. Juna hanya melirik. Kemudian melanjutkan langkah menuju sebuah meja kayu berukuran besar dengan dilapisi kaca. Juna duduk di kursi kayu, pasangan meja itu.Seorang pria maju dan duduk di kursi seberang meja. Di tangannya membawa map coklat berukuran sedang. Juna menatapnya dingin."Apa yang kau dapat?" Juna menyandarkan punggungnya di kursi. Besikap santai."Tak ada jejak Nicky di Jakarta atau di Solo, Boss! Dia menghilang," lapor lelaki berbadan kekar itu, yang ternyata, anak buah Juna.Juna terdiam, kepalanya saja yang mengangguk tipis."Lanjutkan!" Tatap Juna pada lelaki itu. "Ya, Boss!" Lelaki i
#Status_WA_Janda_Sebelah 55Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_55Malaikat tak bersayapKenapa dengan Juna, kenapa dia seolah menjauhiku. Apa salahku ... Berjuta tanya menari dalam benakku. Apakah dia tak berhasil mendapatkan restu dari Mamanya? Masih ada waktu sebulan buat dia berjuang. Aku senantiasa menunggu. Rasaku menjelma menjadi resah, saat kusadari dua hari sudah tak ada sosok Juna menemaniku. Aku telah terbiasa dengan keberadaannya. Seperti ada yang hilang dan hampa dalam relung hatiku."Mbak Retno, aku mau pergi, tolong jagain Axel, ya?" Kataku. Malam ini, entah kenapa aku ingin keluar. Aku ingin merasakan resahku seorang diri."Ibu mau kemana malam-malam?" "Keluar sebentar." Kulihat jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam."Baik, Bu. Jangan pulang larut, ya." Perempuan pengasuh itu berkata sambil menutup pintu. Aku hanya mengangguk tipis.Mengendarai mobil membelah jalan di antara gemerlap lampu yang menderang di malam hari, tak juga
#Status_WA_Janda_Sebelah 54Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_54PoV Juna"Sekalian mampir ke Mall Anggrek, Jun. Mama mau ambil perhiasan pesanan Mama." Kulirik Mamaku yang cerewet ini. Tadi katanya cuma minta tolong dianterin ke rumah Tante Mayans. Katanya sebentar, ternyata berjam-jam. Sampai lumutan nunggunya. Eh, tadi bilang mau langsung pulang, Sekarang minta mampir ke Mall. Dasar Emak-Emak!Untung sayang, makanya aku anterin kemana-mana. Hari ini, sebenarnya aku mau ke rumahnya Ivonne. Mau aku ajak jalan. Tapi karena udah keburu di booking Mama duluan, terpaksa kutunda, ke rumah Ivonne ntar sorean aja.Mengantar Mama ke gerai perhiasan, aku ikut turun. Menunggu Mama yang sedang berbincang dengan Mbak yang tugas, aku melihat lihat sekeliling. Dulu, aku yang mengerjakan interior gerai perhiasan ini. Rasanya melihat desainku sendiri kok kurang greget. Maksudku begini, tapi owner-nya minta begitu. Ya akhirnya, mesti nurut. Who's the boss! Begitu istilah
#Status_WA_Janda_Sebelah 52Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_52Selamat berjuang Juna dan RenaldJuna tercenung menatapku. Kami bersitatap. Nafasku masih sesengukan. Aku benar-benar menumpahkan segala beban hatiku saat ini."Jawab!" Kataku.Mbak Retno tergopoh datang, dia langsung menggendong Axel dan membawanya pergi. Rupanya dia mendengar suara tangis dan bentakanku pada Juna. Pengasuh itu membawa Axel menjauh."A_aku pasti menikahimu, Von ..." Juna berusaha memegang kedua bahuku. Aku menghindar. Air mataku masih berurai. Janji melulu."Kapan?" Aku mengejarnya."Kau kan tahu, kita menunggu restu dari Mamaku ..." Pelan suara Juna. Membuatku semakin kesal. "Itu tugasmu buat meyakinkan Mamamu, bukan menggantungku seperti ini!" Setengah berteriak aku padanya. Juna berlalu dari hadapanku. Menuju sofa panjang dan menghempaskan bobotnya di sana. Aku mengikuti. Wajah Juna jutek. Mengambil tempat duduk di sampingnya, aku terus mencecarnya dengan pertanyaan."Hu
#Status_WA_Janda_Sebelah 53Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_53Tuhan, jangan sembuhkan diaBegitu lah kehidupanku kini. Single parent dengan satu anak dan dua Lelaki yang sedang berjuang mendapatkan cintaku.Untuk Juna, aku sangat mengapresiasi kebaikan dia. Tak pernah dia meninggalkan aku. Sifat dan kebaikannya, membuatku merasa nyaman dan terlindungi. Aku tahu, karena karakternya yang begitu membuatnya susah untuk memilih. Tak pantas rasanya membandingkan aku dengan Bundanya, orang yang sudah bertaruh nyawa melahirkan dia. Juga membesarkannya dengan penuh kasih.Tak pantas juga rasanya memaksa Juna memilih antara aku dan wanita terhebatnya itu. Semua ini, membuat Juna terkesan mengulur waktu dan menggantung Hubunganku dengan dia. Tapi, menurutku hidup adalah pilihan. Apa pun keputusan Juna akan aku hargai. Seperti halnya aku yang sangat menyayangi Mamaku. Kupikir, Juna juga begitu. Semoga perjuangan Juna buat mendapatkan restu, akan berakhir indah.Buat
#Status_WA_Janda_Sebelah 51Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_51Aku lelahMenghembuskan nafas kasar, kemudian Kak Astrid berdiri. Dia berpamitan padaku."Kalau begitu, kakak pamit dulu, Von. Kereta api akan berangkat sore ini jam lima." Kak Astrid berjalan masuk ke kamar rawat Nicky, kemudian keluar lagi dengan menenteng travel bag-nya."Tolong psertimbangkan permintaan kakak tadi, ya, Ivonne." Kak Astrid memeluk dan mencium kedua pipiku. "Titip Nicky," ucapnya sambil berlalu meninggalkan aku yang berdiri di ruang tunggu sini. Setelah punggung Kak Astrid menghilang, aku kembali masuk ke ruang rawat. Sudah jam setengah tiga sore. Mami kenapa belum datang ya?"Yank ..." Suara lembut Mas Nicky memanggilku. Aku memberinya senyuman. "Sudah pulang kerja?" "Belum sih. Cuma kan Kak Astrid pulang ke Solo, jadi aku yang jagain kamu dulu," kataku. Mas Nicky mengangguk."Duduk sini." Mas Nicky menunjuk kursi kosong yang ada tak jauh dari tempat tidurnya. Aku mende
#Status_WA_Janda_Sebelah 50Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_50DilemaKeadaan Nicky sudah jauh lebih baik. Lelaki itu sudah dipindahkan di ruang perawatan. Pagi ini, sebelum berangkat kerja, aku dan Juna menyematkan menengok Nicky. Memasuki ruangan, aku melihat Mas Nicky sedang terbaring. Mami tampak sedang menyuapinya bubur. Melihat kedatanganku, senyum Mas Nicky mengembang."Mau berangkat kerja ya, yank?" Tanyanya. Aku mengangguk. Kulirik Juna mukanya acemm. Hhhh!Mas Nicky belum sembuh dari penyakit amnesia-nya. Dari observasi yang dilakukan Dokter bisa disimpulkan Mas Nicky menderita amnesia Retrograde. Amnesia yang disebabkan karena cedera di kepala yang menyebabkan trauma otak. Hal ini diperkuat oleh keterangan Mami. Menurut perempuan itu, terakhir dia melihat, Mas Nicky jatuh dari lantai dua rumah. Kepalanya membentur lantai, dan langsung tidak sadarkan diri.Amnesia Retrograde adalah penyakit amnesia yang membuat penderita tidak bisa mengingat
#Status_WA_Janda_Sebelah 49Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_49PoV JunaKata hatiKejadian yang mengerikan. Dahlia menusuk perut Nicky! Peristiwanya begitu cepat! Hingga aku pun tak sempat menolong Nicky! Lelaki itu jatuh di lantai dengan posisi terlentang. Pisau belati tertancap di sisi kiri perutnya. Darah menggenang di lantai keramik berwarna putih ini. Ivonne menjerit histeris.Aku tak yakin dia bisa bertahan. Nafasnya tersengal dan tinggal satu-satu. Wajahnya pucat dan mulutnya sedikit terbuka. Ivonne bersimpuh di sisi Mantan suaminya itu. Menangis tersedu dan memanggil nama Nicky berkali-kali. Tangannya mengusap dan menepuk pipi Nicky, agar membuatnya tersadar terus!"Nicky ... Bertahan lah! Aku di sini ..." Ucapnya beberapa kali. Air mata Ivonne berderai. Setelah Dahlia dibawa polisi, aku berjalan mendekati Ivonne. Kekasihku itu terus saja menangisi Nicky. Sampai dia tak menyadari aku berdiri di sisinya. Mata Nicky yang mendelik menatap Ivonne
#Status_WA_Janda_Sebelah 48Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_48ResahSampai rumah sakit, kembali Juna menggendong Axel dan menggandeng tanganku. Juna membawa Axel ke UGD dan menceritakan kronologi kejadian secara singkat pada paramedis. Axel diperiksa beberapa saat, tubuh, pupil mata, dan kepala anakku tak luput dari pemeriksaan. Setelah dinyatakan Axel baik-baik saja, aku dan Juna meninggalkan ruang UGD. Juna sangat perhatian. Meskipun belum pernah punya anak. Juna ini sangat teliti orangnya. Ibaratnya, Juna ini lebih senang mencegah dari pada mengobati.Menggendong Axel di pundaknya, tangan Juna yang satu menggandeng tanganku. Bibirku terdiam dan mengatup. Perasaanku tak tenang. Ingin rasanya aku mencari di mana Nicky berada. Sangat ingin aku mengetahui keadaannya. Tapi aku nggak enak sama Juna. Sampai mobil, Juna berkata padaku,"Lo kacau banget, pulang dulu aja. Biar gua yang ngurus Nicky." Juna menyerahkan Axel padaku. Aku mengangguk. Seorang pria
#Status_WA_Janda_Sebelah 47Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_47Insiden"Junaa, dimana Axel?" Aku menangis seperti anak kecil. Berjalan ke sana ke mari dengan gelisah. Kupanggil panggil nama anakku. "Tunggu bentar, kali diajak keluar sama pengasuhnya." Jawab juna. Sahabatku itu terus menghubungi orangnya buat mencari keberadaan Axel dan Mbak Bella."Aku nggak bisa nunggu,Jun! Ini udah malam." Rengekku. Sudah lepas Isya'. "Ayo lapor Polisi!" Ajakku. Juna menggeleng."Kalau kasus orang hilang, laporan baru akan ditindak setelah dua kali dua puluh empat jam!" "Terus gimana dong?" Aku udah nggak tahan lagi. Khawatir banget. Tidur di mana Axel, udah makan belum, bawa susu enggak? Ya Allah!Ponsel Juna berdering. Juna segera mengangkatnya. Aku melihatnya tak berkedip. Berharap ada berita atau titik terang keberadaan Axel. "Ok, makasih!" Juna menutup pembicaraan via telepon. Dengan wajah tegang Juna mendekatiku. "A_ada apa, Juna. Kenapa kau tegang sekali?" T