#Status_WA_Janda_Sebelah 40Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_40PoV AuthorDetektif JunaMembuka pintu mobil dan menutupnya dengan kuat, Juna berjalan cepat memasuki sebuah rumah. Pria berkaos hitam, berbadan kekar menyambutnya. Mempersilakan Juna memasuki rumah yang tampak sepi itu. Di dalamnya sudah menunggu tiga pria kekar lagi."Siang, Boss!" Sapa mereka. Juna hanya melirik. Kemudian melanjutkan langkah menuju sebuah meja kayu berukuran besar dengan dilapisi kaca. Juna duduk di kursi kayu, pasangan meja itu.Seorang pria maju dan duduk di kursi seberang meja. Di tangannya membawa map coklat berukuran sedang. Juna menatapnya dingin."Apa yang kau dapat?" Juna menyandarkan punggungnya di kursi. Besikap santai."Tak ada jejak Nicky di Jakarta atau di Solo, Boss! Dia menghilang," lapor lelaki berbadan kekar itu, yang ternyata, anak buah Juna.Juna terdiam, kepalanya saja yang mengangguk tipis."Lanjutkan!" Tatap Juna pada lelaki itu. "Ya, Boss!" Lelaki i
#Status_WA_Janda_Sebelah 41Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_41Pernah Menikah?Juna menatapku dekat ... Dekat banget malah. Tangannya mencengkeram daguku kuat. Mata kami bersitatap."Apaan sih lo?!" Kudorong tubuh Juna hingga dia menjauh dua langkah. "Sakit tauk!" Kupegang daguku sambil menggerutu. Sialan nih Juna! Datang-datang marah. Mana sok berani lagi ngangkat daguku. Aku berjalan dan duduk di kursiku, kupasang wajah cemberut."Gua cuma mau tanya, elu dari mana?" Sahabatku itu menghempaskan bobotnya di sofa yang ada di ruanganku ini. Aku meliriknya. Masih sebal. "Gua dari gunung!" Jawabku sambil mengeluarkan laptop. "Ngapain?" "Melayat Ayahnya Renald meninggal," "Kok pakai nginep?" Juna menekuk wajahnya. Seperti enggan melihatku. Ooh ... Baru ngeh aku Sekarang. Juna jealous hihi. "Tadinya mau pulang, tapi kemalaman sama ujan. Nggak berani gua, jalannya berkabut. Kalau ada apa-apa gimana?"Juna berdiri, berjalan ke arahku dan duduk di kursi dep
#Status_WA_Janda_Sebelah 43Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_43PoV AuthorCuci otakPerempuan muda itu menggerutu setelah membayar belanjaan di kasir. "Huh! Uangku sudah menipis. Ternyata nyari kerja di Jakarta susah. Nyari Om Om tajir belum nemu juga!" Sambil berjalan keluar supermarket, perempuan itu masih mengomel juga. Dia Dahlia.Iya! Dahlia kembali lagi ke Jakarta. Setelah beberapa tahun mengadu nasib menjadi wanita panggilan di Batam, dia lelah. Kembali ke Jakarta, dengan harapan nasibnya lebih baik. Bisa menjadi simpanan atau istri kedua bandot tua pun, dia gapapa. Pikir Dahlia, yang penting kaya raya. Banyak uang pasti bahagia.Dahlia merelakan Naura anaknya dibawa agency ke negeri Singa. Dahlia menandatangani perjanjian adopsi. Sebagai Ibu, Dahlia menyerahkan anaknya itu kepada agency yang akan mencarikan orang tua angkat. Biasanya, sang anak akan ditawarkan kepada pasangan bule Eropa Amerika yang enggan memiliki anak sendiri. Tentu saja Dahl
#Status_WA_Janda_Sebelah 43Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_43BellaBerhenti melangkah, aku berbalik badan menghadap Renald. Mungkin kah dia jutek karena mengetahui statusku sebenarnya? Lalu apa hubungannya dengan dia?"Emang kenapa?" Aku balik bertanya. Renald menatapku lurus, entah apa yang ada di pikirannya."Jawab saja!" "Iya!" Jawabku, "emang napa?" Huh! Kudengar suara Renald membuang nafas kasar. Aneh aja. "Siapa Nicky?"Sedikit terhenyak aku mendengar pertanyaannya. Dari mana dia tahu tentang Nicky? Netraku mengerjap. "Mantan Suamiku. Kau tahu dari mana nama itu?""Nggak penting! Sekarang di mana dia?" Renald berdiri. Aku tambah merasa kalau dia bertingkah aneh."Aku tidak tahu. Dia menghilang." "Jangan bohong!" Suara Renald meninggi. Kutegakkan kepalaku. Menatap Renald tajam. "Kenapa tiba-tiba kau ingin tahu banyak tentang Nicky. Ada apa sebenarnya?" Rasa curigaku muncul. "A_ada yang bilang, Nicky tewas dibunuh ..." Renald berkata pelan. K
#Status_WA_Janda_Sebelah 44Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_44Baby sitter baru(Restu orang tua itu penting)Sabtu pagi, libur akhir pekan.Aku masih ribet nyuapin makan Axel. Dari pada jalan ke sana sini, aku mendudukan anakku di stroller dan mengikat seatbelt-nya.Drrrrrt DrrrrrtPonselku yang kutaruh meja makan berbunyi. Berdiri aku melangkah mengambilnya. Kutinggalkan Axel yang bermain dengan mangkuk dan sendok makannya."Hallo, Ma?" Jawabku saat mengangkat telepon yang ternyata dari Mama di Bandung."Ivonne ... Apa kabar?" Suara Mamaku bertanya."Alhamdulillah baik, Ma. Gimana Mama sama Papa?" Aku balik bertanya."Alhamdulillah baik juga Mana cucu Mama?" "Ada nih, lagi makan. Oh ya, gimana Mbak Retno, Ma, kapan dia balik?" Tanyaku. Kembali aku mendekati Axel. Kuisi sendoknya dengan nasi lembik dan ku suapkan padanya. Anakku ini, makannya gampang. "Itu dia, Von! Mama mau ngasih tahu. Retno belum bisa ke situ. Anaknya malah disuruh isoman. Retno mi
#Status_WA_Janda_Sebelah 45Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_45Minta restu"Mbak Bella, bawa sini Axel. Mbak makan dulu sana," kataku. Kuambil anakku dari gendongan Mbak Bella. Axel sudah mengantuk sepertinya.Mbak Bella berjalan ke meja, tempat makanannya berada. Bersama Juna, aku duduk sambil memangku Axel. "Udah ngantuk sepertinya," Juna mengusap dahi Axel. Anak gantengku menatap Juna sayu. "Bobok, jagoan!" Kata Juna. Tangannya mengusap usap paha Axel. Kulihat Mbak Bella makan dengan lahap seperti udah lama nggak makan enak. Juna menatapnya juga. Kulihat alis mata Juna sedikit menaut saat melihat wajah Mbak Bella tanpa masker. "Gua kek pernah lihat, di mana ya?" Bibir Juna bergumam. "Masak sih?" Aku ikutan memperhatikan Mbak Bella. Perempuan itu tak sadar kami perhatikan."Sorot matanya, kek siapa gitu ya?" Aku juga jadi mengingat ingat seseorang. Tapi entah lah, aku lupa. Sementara, Axel sudah terlelap.Selesai Mbak Bella makan, kami semua pulang
#Status_WA_Janda_Sebelah 46Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_46PoV authorPenculikanDi rumah kontrakannya, Renald menghabiskan waktunya. Setelah Bertemu dengan seorang perempuan yang mengaku bernama Bella, hati Renald jadi risau. Dia menjadi ragu akan dirinya sendiri. "Siapa kah aku?" Mulut Renald bergumam. Tangan mengusap kasar wajahnya. Sesekali Netranya memejam.Selama ini, dia sudah nyaman berada di balik sosok Renald. Mempercayai apa yang diceritakan Ayahnya. Tentang kejadian dua puluh tahun yang lalu, meski terasa janggal. Dua puluh tahun adalah waktu yang mustahil bagi seseorang yang dinyatakan hanyut akan kembali. Sebenarnya, Renald juga tahu itu janggal. Tapi, tak ada pilihan baginya selain mempercayai omongan Ayahnya. Kenyataannya, memang Renald tidak tahu siapa diri dan masa lalunya. Huh! Membuat kepalaku pusing saja! Renald menggaruk rambutnya.Mengambil ponsel, Renald membuka aplikasi biru miliknya. Stalking ke akun Nicky Maliq, yang kebet
#Status_WA_Janda_Sebelah 47Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_47Insiden"Junaa, dimana Axel?" Aku menangis seperti anak kecil. Berjalan ke sana ke mari dengan gelisah. Kupanggil panggil nama anakku. "Tunggu bentar, kali diajak keluar sama pengasuhnya." Jawab juna. Sahabatku itu terus menghubungi orangnya buat mencari keberadaan Axel dan Mbak Bella."Aku nggak bisa nunggu,Jun! Ini udah malam." Rengekku. Sudah lepas Isya'. "Ayo lapor Polisi!" Ajakku. Juna menggeleng."Kalau kasus orang hilang, laporan baru akan ditindak setelah dua kali dua puluh empat jam!" "Terus gimana dong?" Aku udah nggak tahan lagi. Khawatir banget. Tidur di mana Axel, udah makan belum, bawa susu enggak? Ya Allah!Ponsel Juna berdering. Juna segera mengangkatnya. Aku melihatnya tak berkedip. Berharap ada berita atau titik terang keberadaan Axel. "Ok, makasih!" Juna menutup pembicaraan via telepon. Dengan wajah tegang Juna mendekatiku. "A_ada apa, Juna. Kenapa kau tegang sekali?" T
#Status_WA_Janda_Sebelah 55Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_55Malaikat tak bersayapKenapa dengan Juna, kenapa dia seolah menjauhiku. Apa salahku ... Berjuta tanya menari dalam benakku. Apakah dia tak berhasil mendapatkan restu dari Mamanya? Masih ada waktu sebulan buat dia berjuang. Aku senantiasa menunggu. Rasaku menjelma menjadi resah, saat kusadari dua hari sudah tak ada sosok Juna menemaniku. Aku telah terbiasa dengan keberadaannya. Seperti ada yang hilang dan hampa dalam relung hatiku."Mbak Retno, aku mau pergi, tolong jagain Axel, ya?" Kataku. Malam ini, entah kenapa aku ingin keluar. Aku ingin merasakan resahku seorang diri."Ibu mau kemana malam-malam?" "Keluar sebentar." Kulihat jam masih menunjukkan pukul setengah delapan malam."Baik, Bu. Jangan pulang larut, ya." Perempuan pengasuh itu berkata sambil menutup pintu. Aku hanya mengangguk tipis.Mengendarai mobil membelah jalan di antara gemerlap lampu yang menderang di malam hari, tak juga
#Status_WA_Janda_Sebelah 54Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_54PoV Juna"Sekalian mampir ke Mall Anggrek, Jun. Mama mau ambil perhiasan pesanan Mama." Kulirik Mamaku yang cerewet ini. Tadi katanya cuma minta tolong dianterin ke rumah Tante Mayans. Katanya sebentar, ternyata berjam-jam. Sampai lumutan nunggunya. Eh, tadi bilang mau langsung pulang, Sekarang minta mampir ke Mall. Dasar Emak-Emak!Untung sayang, makanya aku anterin kemana-mana. Hari ini, sebenarnya aku mau ke rumahnya Ivonne. Mau aku ajak jalan. Tapi karena udah keburu di booking Mama duluan, terpaksa kutunda, ke rumah Ivonne ntar sorean aja.Mengantar Mama ke gerai perhiasan, aku ikut turun. Menunggu Mama yang sedang berbincang dengan Mbak yang tugas, aku melihat lihat sekeliling. Dulu, aku yang mengerjakan interior gerai perhiasan ini. Rasanya melihat desainku sendiri kok kurang greget. Maksudku begini, tapi owner-nya minta begitu. Ya akhirnya, mesti nurut. Who's the boss! Begitu istilah
#Status_WA_Janda_Sebelah 52Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_52Selamat berjuang Juna dan RenaldJuna tercenung menatapku. Kami bersitatap. Nafasku masih sesengukan. Aku benar-benar menumpahkan segala beban hatiku saat ini."Jawab!" Kataku.Mbak Retno tergopoh datang, dia langsung menggendong Axel dan membawanya pergi. Rupanya dia mendengar suara tangis dan bentakanku pada Juna. Pengasuh itu membawa Axel menjauh."A_aku pasti menikahimu, Von ..." Juna berusaha memegang kedua bahuku. Aku menghindar. Air mataku masih berurai. Janji melulu."Kapan?" Aku mengejarnya."Kau kan tahu, kita menunggu restu dari Mamaku ..." Pelan suara Juna. Membuatku semakin kesal. "Itu tugasmu buat meyakinkan Mamamu, bukan menggantungku seperti ini!" Setengah berteriak aku padanya. Juna berlalu dari hadapanku. Menuju sofa panjang dan menghempaskan bobotnya di sana. Aku mengikuti. Wajah Juna jutek. Mengambil tempat duduk di sampingnya, aku terus mencecarnya dengan pertanyaan."Hu
#Status_WA_Janda_Sebelah 53Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_53Tuhan, jangan sembuhkan diaBegitu lah kehidupanku kini. Single parent dengan satu anak dan dua Lelaki yang sedang berjuang mendapatkan cintaku.Untuk Juna, aku sangat mengapresiasi kebaikan dia. Tak pernah dia meninggalkan aku. Sifat dan kebaikannya, membuatku merasa nyaman dan terlindungi. Aku tahu, karena karakternya yang begitu membuatnya susah untuk memilih. Tak pantas rasanya membandingkan aku dengan Bundanya, orang yang sudah bertaruh nyawa melahirkan dia. Juga membesarkannya dengan penuh kasih.Tak pantas juga rasanya memaksa Juna memilih antara aku dan wanita terhebatnya itu. Semua ini, membuat Juna terkesan mengulur waktu dan menggantung Hubunganku dengan dia. Tapi, menurutku hidup adalah pilihan. Apa pun keputusan Juna akan aku hargai. Seperti halnya aku yang sangat menyayangi Mamaku. Kupikir, Juna juga begitu. Semoga perjuangan Juna buat mendapatkan restu, akan berakhir indah.Buat
#Status_WA_Janda_Sebelah 51Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_51Aku lelahMenghembuskan nafas kasar, kemudian Kak Astrid berdiri. Dia berpamitan padaku."Kalau begitu, kakak pamit dulu, Von. Kereta api akan berangkat sore ini jam lima." Kak Astrid berjalan masuk ke kamar rawat Nicky, kemudian keluar lagi dengan menenteng travel bag-nya."Tolong psertimbangkan permintaan kakak tadi, ya, Ivonne." Kak Astrid memeluk dan mencium kedua pipiku. "Titip Nicky," ucapnya sambil berlalu meninggalkan aku yang berdiri di ruang tunggu sini. Setelah punggung Kak Astrid menghilang, aku kembali masuk ke ruang rawat. Sudah jam setengah tiga sore. Mami kenapa belum datang ya?"Yank ..." Suara lembut Mas Nicky memanggilku. Aku memberinya senyuman. "Sudah pulang kerja?" "Belum sih. Cuma kan Kak Astrid pulang ke Solo, jadi aku yang jagain kamu dulu," kataku. Mas Nicky mengangguk."Duduk sini." Mas Nicky menunjuk kursi kosong yang ada tak jauh dari tempat tidurnya. Aku mende
#Status_WA_Janda_Sebelah 50Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_50DilemaKeadaan Nicky sudah jauh lebih baik. Lelaki itu sudah dipindahkan di ruang perawatan. Pagi ini, sebelum berangkat kerja, aku dan Juna menyematkan menengok Nicky. Memasuki ruangan, aku melihat Mas Nicky sedang terbaring. Mami tampak sedang menyuapinya bubur. Melihat kedatanganku, senyum Mas Nicky mengembang."Mau berangkat kerja ya, yank?" Tanyanya. Aku mengangguk. Kulirik Juna mukanya acemm. Hhhh!Mas Nicky belum sembuh dari penyakit amnesia-nya. Dari observasi yang dilakukan Dokter bisa disimpulkan Mas Nicky menderita amnesia Retrograde. Amnesia yang disebabkan karena cedera di kepala yang menyebabkan trauma otak. Hal ini diperkuat oleh keterangan Mami. Menurut perempuan itu, terakhir dia melihat, Mas Nicky jatuh dari lantai dua rumah. Kepalanya membentur lantai, dan langsung tidak sadarkan diri.Amnesia Retrograde adalah penyakit amnesia yang membuat penderita tidak bisa mengingat
#Status_WA_Janda_Sebelah 49Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_49PoV JunaKata hatiKejadian yang mengerikan. Dahlia menusuk perut Nicky! Peristiwanya begitu cepat! Hingga aku pun tak sempat menolong Nicky! Lelaki itu jatuh di lantai dengan posisi terlentang. Pisau belati tertancap di sisi kiri perutnya. Darah menggenang di lantai keramik berwarna putih ini. Ivonne menjerit histeris.Aku tak yakin dia bisa bertahan. Nafasnya tersengal dan tinggal satu-satu. Wajahnya pucat dan mulutnya sedikit terbuka. Ivonne bersimpuh di sisi Mantan suaminya itu. Menangis tersedu dan memanggil nama Nicky berkali-kali. Tangannya mengusap dan menepuk pipi Nicky, agar membuatnya tersadar terus!"Nicky ... Bertahan lah! Aku di sini ..." Ucapnya beberapa kali. Air mata Ivonne berderai. Setelah Dahlia dibawa polisi, aku berjalan mendekati Ivonne. Kekasihku itu terus saja menangisi Nicky. Sampai dia tak menyadari aku berdiri di sisinya. Mata Nicky yang mendelik menatap Ivonne
#Status_WA_Janda_Sebelah 48Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_48ResahSampai rumah sakit, kembali Juna menggendong Axel dan menggandeng tanganku. Juna membawa Axel ke UGD dan menceritakan kronologi kejadian secara singkat pada paramedis. Axel diperiksa beberapa saat, tubuh, pupil mata, dan kepala anakku tak luput dari pemeriksaan. Setelah dinyatakan Axel baik-baik saja, aku dan Juna meninggalkan ruang UGD. Juna sangat perhatian. Meskipun belum pernah punya anak. Juna ini sangat teliti orangnya. Ibaratnya, Juna ini lebih senang mencegah dari pada mengobati.Menggendong Axel di pundaknya, tangan Juna yang satu menggandeng tanganku. Bibirku terdiam dan mengatup. Perasaanku tak tenang. Ingin rasanya aku mencari di mana Nicky berada. Sangat ingin aku mengetahui keadaannya. Tapi aku nggak enak sama Juna. Sampai mobil, Juna berkata padaku,"Lo kacau banget, pulang dulu aja. Biar gua yang ngurus Nicky." Juna menyerahkan Axel padaku. Aku mengangguk. Seorang pria
#Status_WA_Janda_Sebelah 47Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_47Insiden"Junaa, dimana Axel?" Aku menangis seperti anak kecil. Berjalan ke sana ke mari dengan gelisah. Kupanggil panggil nama anakku. "Tunggu bentar, kali diajak keluar sama pengasuhnya." Jawab juna. Sahabatku itu terus menghubungi orangnya buat mencari keberadaan Axel dan Mbak Bella."Aku nggak bisa nunggu,Jun! Ini udah malam." Rengekku. Sudah lepas Isya'. "Ayo lapor Polisi!" Ajakku. Juna menggeleng."Kalau kasus orang hilang, laporan baru akan ditindak setelah dua kali dua puluh empat jam!" "Terus gimana dong?" Aku udah nggak tahan lagi. Khawatir banget. Tidur di mana Axel, udah makan belum, bawa susu enggak? Ya Allah!Ponsel Juna berdering. Juna segera mengangkatnya. Aku melihatnya tak berkedip. Berharap ada berita atau titik terang keberadaan Axel. "Ok, makasih!" Juna menutup pembicaraan via telepon. Dengan wajah tegang Juna mendekatiku. "A_ada apa, Juna. Kenapa kau tegang sekali?" T