#Status_WA_Janda_Sebelah 44Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_44Baby sitter baru(Restu orang tua itu penting)Sabtu pagi, libur akhir pekan.Aku masih ribet nyuapin makan Axel. Dari pada jalan ke sana sini, aku mendudukan anakku di stroller dan mengikat seatbelt-nya.Drrrrrt DrrrrrtPonselku yang kutaruh meja makan berbunyi. Berdiri aku melangkah mengambilnya. Kutinggalkan Axel yang bermain dengan mangkuk dan sendok makannya."Hallo, Ma?" Jawabku saat mengangkat telepon yang ternyata dari Mama di Bandung."Ivonne ... Apa kabar?" Suara Mamaku bertanya."Alhamdulillah baik, Ma. Gimana Mama sama Papa?" Aku balik bertanya."Alhamdulillah baik juga Mana cucu Mama?" "Ada nih, lagi makan. Oh ya, gimana Mbak Retno, Ma, kapan dia balik?" Tanyaku. Kembali aku mendekati Axel. Kuisi sendoknya dengan nasi lembik dan ku suapkan padanya. Anakku ini, makannya gampang. "Itu dia, Von! Mama mau ngasih tahu. Retno belum bisa ke situ. Anaknya malah disuruh isoman. Retno mi
#Status_WA_Janda_Sebelah 45Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_45Minta restu"Mbak Bella, bawa sini Axel. Mbak makan dulu sana," kataku. Kuambil anakku dari gendongan Mbak Bella. Axel sudah mengantuk sepertinya.Mbak Bella berjalan ke meja, tempat makanannya berada. Bersama Juna, aku duduk sambil memangku Axel. "Udah ngantuk sepertinya," Juna mengusap dahi Axel. Anak gantengku menatap Juna sayu. "Bobok, jagoan!" Kata Juna. Tangannya mengusap usap paha Axel. Kulihat Mbak Bella makan dengan lahap seperti udah lama nggak makan enak. Juna menatapnya juga. Kulihat alis mata Juna sedikit menaut saat melihat wajah Mbak Bella tanpa masker. "Gua kek pernah lihat, di mana ya?" Bibir Juna bergumam. "Masak sih?" Aku ikutan memperhatikan Mbak Bella. Perempuan itu tak sadar kami perhatikan."Sorot matanya, kek siapa gitu ya?" Aku juga jadi mengingat ingat seseorang. Tapi entah lah, aku lupa. Sementara, Axel sudah terlelap.Selesai Mbak Bella makan, kami semua pulang
#Status_WA_Janda_Sebelah 46Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_46PoV authorPenculikanDi rumah kontrakannya, Renald menghabiskan waktunya. Setelah Bertemu dengan seorang perempuan yang mengaku bernama Bella, hati Renald jadi risau. Dia menjadi ragu akan dirinya sendiri. "Siapa kah aku?" Mulut Renald bergumam. Tangan mengusap kasar wajahnya. Sesekali Netranya memejam.Selama ini, dia sudah nyaman berada di balik sosok Renald. Mempercayai apa yang diceritakan Ayahnya. Tentang kejadian dua puluh tahun yang lalu, meski terasa janggal. Dua puluh tahun adalah waktu yang mustahil bagi seseorang yang dinyatakan hanyut akan kembali. Sebenarnya, Renald juga tahu itu janggal. Tapi, tak ada pilihan baginya selain mempercayai omongan Ayahnya. Kenyataannya, memang Renald tidak tahu siapa diri dan masa lalunya. Huh! Membuat kepalaku pusing saja! Renald menggaruk rambutnya.Mengambil ponsel, Renald membuka aplikasi biru miliknya. Stalking ke akun Nicky Maliq, yang kebet
#Status_WA_Janda_Sebelah 47Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_47Insiden"Junaa, dimana Axel?" Aku menangis seperti anak kecil. Berjalan ke sana ke mari dengan gelisah. Kupanggil panggil nama anakku. "Tunggu bentar, kali diajak keluar sama pengasuhnya." Jawab juna. Sahabatku itu terus menghubungi orangnya buat mencari keberadaan Axel dan Mbak Bella."Aku nggak bisa nunggu,Jun! Ini udah malam." Rengekku. Sudah lepas Isya'. "Ayo lapor Polisi!" Ajakku. Juna menggeleng."Kalau kasus orang hilang, laporan baru akan ditindak setelah dua kali dua puluh empat jam!" "Terus gimana dong?" Aku udah nggak tahan lagi. Khawatir banget. Tidur di mana Axel, udah makan belum, bawa susu enggak? Ya Allah!Ponsel Juna berdering. Juna segera mengangkatnya. Aku melihatnya tak berkedip. Berharap ada berita atau titik terang keberadaan Axel. "Ok, makasih!" Juna menutup pembicaraan via telepon. Dengan wajah tegang Juna mendekatiku. "A_ada apa, Juna. Kenapa kau tegang sekali?" T
#Status_WA_Janda_Sebelah 48Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_48ResahSampai rumah sakit, kembali Juna menggendong Axel dan menggandeng tanganku. Juna membawa Axel ke UGD dan menceritakan kronologi kejadian secara singkat pada paramedis. Axel diperiksa beberapa saat, tubuh, pupil mata, dan kepala anakku tak luput dari pemeriksaan. Setelah dinyatakan Axel baik-baik saja, aku dan Juna meninggalkan ruang UGD. Juna sangat perhatian. Meskipun belum pernah punya anak. Juna ini sangat teliti orangnya. Ibaratnya, Juna ini lebih senang mencegah dari pada mengobati.Menggendong Axel di pundaknya, tangan Juna yang satu menggandeng tanganku. Bibirku terdiam dan mengatup. Perasaanku tak tenang. Ingin rasanya aku mencari di mana Nicky berada. Sangat ingin aku mengetahui keadaannya. Tapi aku nggak enak sama Juna. Sampai mobil, Juna berkata padaku,"Lo kacau banget, pulang dulu aja. Biar gua yang ngurus Nicky." Juna menyerahkan Axel padaku. Aku mengangguk. Seorang pria
#Status_WA_Janda_Sebelah 49Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_49PoV JunaKata hatiKejadian yang mengerikan. Dahlia menusuk perut Nicky! Peristiwanya begitu cepat! Hingga aku pun tak sempat menolong Nicky! Lelaki itu jatuh di lantai dengan posisi terlentang. Pisau belati tertancap di sisi kiri perutnya. Darah menggenang di lantai keramik berwarna putih ini. Ivonne menjerit histeris.Aku tak yakin dia bisa bertahan. Nafasnya tersengal dan tinggal satu-satu. Wajahnya pucat dan mulutnya sedikit terbuka. Ivonne bersimpuh di sisi Mantan suaminya itu. Menangis tersedu dan memanggil nama Nicky berkali-kali. Tangannya mengusap dan menepuk pipi Nicky, agar membuatnya tersadar terus!"Nicky ... Bertahan lah! Aku di sini ..." Ucapnya beberapa kali. Air mata Ivonne berderai. Setelah Dahlia dibawa polisi, aku berjalan mendekati Ivonne. Kekasihku itu terus saja menangisi Nicky. Sampai dia tak menyadari aku berdiri di sisinya. Mata Nicky yang mendelik menatap Ivonne
#Status_WA_Janda_Sebelah 50Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_50DilemaKeadaan Nicky sudah jauh lebih baik. Lelaki itu sudah dipindahkan di ruang perawatan. Pagi ini, sebelum berangkat kerja, aku dan Juna menyematkan menengok Nicky. Memasuki ruangan, aku melihat Mas Nicky sedang terbaring. Mami tampak sedang menyuapinya bubur. Melihat kedatanganku, senyum Mas Nicky mengembang."Mau berangkat kerja ya, yank?" Tanyanya. Aku mengangguk. Kulirik Juna mukanya acemm. Hhhh!Mas Nicky belum sembuh dari penyakit amnesia-nya. Dari observasi yang dilakukan Dokter bisa disimpulkan Mas Nicky menderita amnesia Retrograde. Amnesia yang disebabkan karena cedera di kepala yang menyebabkan trauma otak. Hal ini diperkuat oleh keterangan Mami. Menurut perempuan itu, terakhir dia melihat, Mas Nicky jatuh dari lantai dua rumah. Kepalanya membentur lantai, dan langsung tidak sadarkan diri.Amnesia Retrograde adalah penyakit amnesia yang membuat penderita tidak bisa mengingat
#Status_WA_Janda_Sebelah 51Orang baik punya masa lalu, orang jahat punya masa depan#Bab_51Aku lelahMenghembuskan nafas kasar, kemudian Kak Astrid berdiri. Dia berpamitan padaku."Kalau begitu, kakak pamit dulu, Von. Kereta api akan berangkat sore ini jam lima." Kak Astrid berjalan masuk ke kamar rawat Nicky, kemudian keluar lagi dengan menenteng travel bag-nya."Tolong psertimbangkan permintaan kakak tadi, ya, Ivonne." Kak Astrid memeluk dan mencium kedua pipiku. "Titip Nicky," ucapnya sambil berlalu meninggalkan aku yang berdiri di ruang tunggu sini. Setelah punggung Kak Astrid menghilang, aku kembali masuk ke ruang rawat. Sudah jam setengah tiga sore. Mami kenapa belum datang ya?"Yank ..." Suara lembut Mas Nicky memanggilku. Aku memberinya senyuman. "Sudah pulang kerja?" "Belum sih. Cuma kan Kak Astrid pulang ke Solo, jadi aku yang jagain kamu dulu," kataku. Mas Nicky mengangguk."Duduk sini." Mas Nicky menunjuk kursi kosong yang ada tak jauh dari tempat tidurnya. Aku mende