Namun perlu diingat bahwa Fakih merupakan orang yang cepat berubah. Sikap bingungnya dia ubah menjadi senyuman yang berbinar. Fakih mencoba mencairkan suasana kembali.“Penjahat kelas kakap wanita, bagus kan?” ujar Fakih sambil mengangkat sebelah alisnya.Anggi tertawa mendengar lelucon Fakih. “Ha ha ha ha, apa sih Mas Fakih ini, bisa-bisanya jadi penjahat kelas kakap wanita. Gak boleh lah,” ancam Anggi lalu mengambil satu sendok puding yang sedang dia santapnya dan menelannya secara kasar.Fakih pun ikut tertawa dengan tingkah Anggi yang seakan mengancamnya. “Wuuih, ngeri-ngeri. Cemburu ya?” sindir Fakih.Anggi yang wajahnya sudah memerah. Sempat menggeleng namun detik berikutnya kembali menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya.“Apa sih, Mas. Udah yuk, aku masih ada tugas, kamu juga kan?” ucap Anggi mengalihkan topik.Fakih mengecek jam tangannya. “Iya, ayo udah sore banget ini, tuhas masih bejibun,” kata Fakih menyetujui ucapan Anggi.Lalu mereka pun segera berlalu d
Hari semakin hari dan hari ini genap empat bulan usia kehamilan Balqis. Balqis terlihat senang saat sekarang dirinya bersama Ashraf tengah memeriksakan kandungannya di bidan pilihan umi Risma.“Alhamdulillah, bayinya sehat, semoga dilancarkan sampai lahiran, ya, bu,” ucap Bidan yang memakai jilbab putih itu. Sembari memeriksa perut Balqis.Balqis dan Ashraf saling melihat ke layar yang ditampilkan. Dimana terlihat seperti bayi yang sangat kecil tengah bergerak di dalal perut Balqis.“Alhamdulillah, Bu Bidan, aamiin,” ujar Balqis sangat bahagia. Karena usia kandungannya sudah semakin besar dan bayi yang dikandungnya dalam keadaan baik saja.Ashraf pun turut mengucap terima kasih. Lalu setelah selesai mereka langsung mengurus pembayaran administrasi. Dan langsung bergegas pulang setelah dirasa semua urusan telah selesai.Sepanjang perjalanan Ashraf tak nya memandangi Balqis. Tak seperti hari biasa, Ashraf sedikit berbeda di hari ini. Balqis jadi salah tingkah dengan sikap Ashraf yang se
Hari kedua acara lomba dimulai. Hari ini akan ada tiga cabang lomba yang akan diperlombakan. Dan hari ini Gibran dan Naila akan tampil membawa nama baik pesantren Al-fatah. Juga beberapa santri dan santriwati lainnya. Lomba akan dimulai sejak oukul tujuh sampai pukul lima sore. Karena banyaknya peserta dan juga nanti di dua haru terakhir akan ada final para peserta. Setelahnya akan full satu hari pengumuman pemenang dan sekaligus pembagian hadiah.Untuk urusan Ridho, masih belum diambil keputusan. Namun Kyai Zulkifli memberi Ridho waktu satu hari jika masih beluk sesempurna Ashraf maka Ridho akan dicabut sebagai ketua panitia. Sementara Gus Rohman tak terlalu mengurusi karena dia sibuk dengan para tamu untuk menemui dan menjamu para tamu. Para ulama dan beberapa kyai besar.Semuanya berjalan dengan lancar, namun masalahnya masih satu. Ridho malah semakin menjadi, dia malah tak membantu kesusahan para anggota panitia meskipun dirinya sudah standby di ruang pengurus. Sungguh ketua panit
Sekarang semua pengurus dikumpulkan. Kyai Zulkifli yang meminta untuk berkumpul. Sepertinya akan ada pembahasan besar kali ini.“Saya tau kendala kalian selama hampir tiga hari acara ini,” ucap Kyai Zulkifli menatap satu persatu pengurus putra yang menjadi bagian dari panitia.Semuanya terkejut dengan penuturan kyai Zulkifli. Dengan berusaha menebak apa sih sebenarnya yang kayu Zulkifli maksud. Setelah itu Kyai Zulkifli mencoba menjelaskan. Untuk kali ini rapat tertutup yang diselenggarakan. Bahkan kyai Zulkifli datang sendirian tanpa ditemani Nyai Asma dan juga Gus Rohman. Apalagi Ayra yang dihukum sejak kejadian kemarin dengan Siska.“Saya rasa ustadz Ridho sebagai ketua panitia harus digantikan. Pengalaman dan kelincahan sebagai ketua itu penting, dan saya lihat ustadz Ridho belum mempunyai itu. Mungkin bisa dicoba di acara lain yang notabene nya acara itu tak lebih besar seperti sekarang. Ustadz Ashraf dulu juga dimulai dari menjadi ketua panitia acara lingkup pesantren, gak langs
Keadaan pesantren Al-fatah sudah berjalan seperti biasa. Proses belajar mengajar tetap berlanjut. Nanti malam tanggal satu Rajab dan biasanya kyai Zulkifli meminta semua santri untuk melakukan khotmil Qur'an dan sholat tasbih bersama. “Malam ini malam satu Rajab, dan untuk itu seperti biasa para santri akan melaksanakan puasa Rajab, minimal wajib puasa Rajab tiga kali, maksimalnya selebih kalian saja. Karena dari tahun ke tahun kita sudah melakukan amalan baik ini, dan jangan lupa setelah sholat wajib membaca doa bulan Rajab. Jangan lupa juga sholat tasbih dan memperbanyak amalan ibadah di bulan Rajab,” kata Kyai Zulkifli di atas mimbar masjid putra. Untuk di masjid bagian putri itu bagian Nyai Asma yang menyampaikan pelaksanaan amalan apa saja saat bulan Rajab berlangsung.Bulan Rajab merupakan bulan yang mulia. Banyak keistimewaan dalam bulan ini. Diantaranya bagi siapa yang berpuasa akan diampuni dosanya sesuai banyaknya hari dia berpuasa. Bulan Rajab menjadikan kita untuk bersiap
Anggi menunggu Fakih menjemputnya di toko buku. Sebab mobil Anggi tiba-tiba mogok dan Fakih langsung memangilkannya bengkel terdekat untuk mengurus mobil Anggi. Sementara Fakih langsung on the way menjemput Anggi. Hubungan mereka sudah berjalan hampir satu bulan lebih.“Heii, sudah lama nunggu ya, dek?” tanya Fakih sambil membukakan pintu mobilnya. Anggi langsung masuk ke mobil Fakih.“Nggak kok kak,” tukas Anggi. Keduanya saling melempar senyum. Sementara Fakih tak langsung menjalankan mobilnya. Dia masih memandangi Anggi yang ternyata cukup manis baginya.“Kenapa kamu bisa semanis ini?” tanya Fakih pada Anggi yang langsung merona wajahnya. Seperti bak kepiting rebus.“Udah ka, gak boleh lama-lama. Dosa tau! Kita kan belum halal juga,” larang Anggi menghindari tatapan Fakih. Tak ingin berlama-lama karena Anggi tau hukumnya seperti apa. Meskipun dengan berduaan seperti itu juga merupakan sebuah dosa.“Ya udah, nanti Kaka halalin ya,” ucap Fakih.“Jangan becanda ka, baru juga ngejalani
Semua orang yang berada di dalam kedai kopi mengalihkan pandangannya pada Anggi yang tiba-tiba datang dengan wajahnya yang sayu. Tatapannya kosong dan redup. Seperti tak ada kehidupan di dalamnya. Anggi sudah benar-benar gila dengan Fakih. Cintanya sudah berlabuh oada Fakih.“Ustadz Fakih, saya serius,” kata Anggi menatao Fakih yang masih duduk di kursinya.Tak peduli dengan tatapan banyak orang yang sudah menatao padanya. “Maksud kamu apa, tolong jangan buat kegaduhan disini,” titah Fakih lalu sambil santai menyruput kopinya.Anggi masih berdiri di hadapan Fakih. “Ustqdz Fakih, saya serius dan serius. Sayatidak akan segan-segan mengakhiri hidup saya disini juga!” ancam Anggi untuk yang ke beberapa kalinya.Semua orang menyoraki Anggi. Meneriaki dan mengatakan Anggi yang tidak-tidak.“Dek dek, cinta gak seindah itu dek,” ucap seorang lelaki yang terlihat sudah dewasa.“Jangan jadi cewek bodoh. Cinta boleh, goblok jangan!” cecar seorang wanita menggunakan kerudung pasmina itu.Semuanya
Ayra melompat ketakutan. Berteriak saja tidak cukup karena seakan semuanya tak mendengar. Lalu tikus, kodok dan ulat juga Ayra temukan di sekitar meja khususnya untuk bertugas. Karena sangat panik, akhirnya Ayra memilih untuk pergi keluar saja. Seakan tak ada orang lain hanya dirinya sendiri di pesantren Al-fatah yang cukup besar ini. Ayra berlari ke taman belakang tempat biasanya para santri tahfidz untuk menghafal dan murojaah.Nafas Ayra tersengal-sengal sebab dia berlari cukup cepat. Lalu Ayra duduk di bawah langsung menyentuh rumput-rumput hijau yang memang dirawat itu dan selalu dibersihkan. Dan sekarang bukan jadwal para santri tahfidz putri untuk menghafal disana. Akhirnya tak ada orang dan sangat sepi.“Aduh, siapa sih yang ngerjain aku, awas aja ya!” ucap Ayra seorang diri. Sangat ketakutan dengan beberapa hewan tadi. Seperti dikejar oleh penjahat saja. Ayra sampai sebegitu takutnya.Cukup lama Ayra beristirahat.Sambil menikmati angin sepoi-sepoi dari beberapa pohon disana y
Setelah empat tahun semenjak kelahiran ketiga anak kembar Balqis dan Ashraf. Akhirnya Ashraf mampu membuat pesantren sendiri. Bermodalkan dari usahanya yang sukses semakin berkembang besar dan jerih payahnya atas dakwahnya yang berhasil membuat banyak orang mengenalnya. Dari sanalah, Ashraf membangun relasi yang banyak dan kuat. Pesantren Al Muhajirin yang bertepatan di kota Semarang. Pesantren yang masih memiliki beberapa ratus santri. Karena memang baru berdiri sekitar dua tahunan. Merupakan pencapaian terbesar untuk Ashraf dan Balqis.“Kyai Ashraf, tamunya sudah datang. Beliau sedang menunggu di Masjid,” ucap seorang pengurus putra menemui Ashraf di ruang khusus tempat Ashraf beribadah.“Setelah ini saya kesana,” kata Ashraf menyudahi dzikirnya. Lalu segera menuju ke rumah yang berada di ujung pertengahan antara asrama putra dan asrama putri.“Humairah,” panggil Ashraf memasuki kamarnya. Pandangan pertama yang dilihat ialah ketiga putranya yang sedang belajar menulis bahasa arab d
Satu tahun kemudian, Gibran lulus madrasah Aliyah dan dia berhasil mendaftar kuliah di universitas luar negeri. Yaitu Universitas Cairo, Mesir. Dengan mengambil jurusan Tafsir Hadits. Perasaan terharu oleh kelas sebelas PK A. Saat ini mereka sedang merayakan kelulusannya di asrama putra. Setelah acara resmi kelulusan mereka oleh pesantren Al Fatah.“Bye bro, setelah ini kamu akan merindukan aku,” kata Andre dengan menyalami satu per satu temannya. Semuanya pun tertawa ngakak karena ekspresi Andre yang hampir mau menangis.“Sampai bertemu di waktu lain, bro,” ucap Gibran pada Andre sambil menepuk bahu Andre berkali-kali.“Siap bro, kamu semoga sukses ya,” kata Andre pada Gibran. Mereka semua melakukan pelukan persahabatan. Acara sederhana di kantin asrama putra itu. Mereka makan bersama sambil merencanakan rencana yang akan mereka lakukan setelah lulus. Lalu Ashraf datang bersama dengan Fakih. Sudah agak lama Ashraf tak berkunjung ke Al Fatah. Paling hanya kalau mau ketemu Gibran atau
Ashraf membawa Balqis di suatu tempat tak jauh dari gang komplek rumahnya. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor. Terlihat begitu mesra saat Balqis memeluk Ashraf dari belakang. Ashraf pun terlihat memperlakukan Balqis dengan sebaik mungkin. Memasangkan helm dan juga membantu Balqis naik dan turun dari motor.Setelah sampai di gedung yang tak seberapa besar itu. Mereka pun sama-sama turun. Memasuki gedung itu sambil bergandengan tangan. Tak ada yang berniat untuk melepas gandengan tangan keduanya. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa orang. Ada Fakih dan Bagas dan beberapa ibu-ibu yang memakai baju yang seragam warnanya. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan Ashraf dan Balqis.Lalu mereka berkumpul di satu ruangan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak yang juga cukup berumur.“Hari ini adalah pembukaan untuk bisnis kuliner kering, ini Ashraf selamu owner. Semoga bisnis kita lancar,” ucap Fakih membuka pembicaraan. Semuanya tampak memperhatikan dengan baik setiap pes
Ayra memutuskan untuk mempunyai hobi baru dan memilih untuk hidup lebih mandiri lagi. Semenjak hari itu Ayra benar-benar memikirkan nasibnya lagi. Mencoba untuk melupakan semua kenangannya dengan Ashraf. Bahkan semua hal tentang Ashraf, Ayra sudah buang jauh-jauh. Seperti hari ini Atra memilih untuk ke pentas seni lukisan di sekitar Jakarta Timur. Sebab Ayra memang punya hobby yang pernah dia tekuni yaitu suka melukis.Tampilan beberapa seni lukis yang di pajang di lorong-lorong menuju ruangan bazar seni lukis itu. Ada banyak tampilan lukisan dari berbagai penulis besar. Banyak orang yang hadir termasuk para penikmat lukis dan juga beberapa orang yang ingin belajar khusus di seni lukis.“Ning Ayra,” sapa seorang laki-laki dengan pakaian khas santri. Para santri Al Fatah memang se konsisten itu tentang pakaian ke santriannya. Baik itu masih menjadi santri maupun sudah menjadi alumni santri.Ayra menoleh dan melihat laki-laki itu dengan cermat. Namun Ayra sedikit lupa laki-laki itu siap
Balqis menepuk-nepuk punggung putranya dengan bergantian. Sebab salah satu menangis maka keduanya juga ikut menangis. Karena mereka sedang tertidur jadi bangun karena salah satunya ramai karena menangis.“Cup cup cup, ayo anak ibu, diemnya jagoan. Ibu lagi sendirian soalnya, ayah lagi ada urusan. Ayo mana anak Sholeh kok cengeng sih, ayo diam, kalian kenapa sih nak? Mas Ashraf, angkat dong,” ucap Balqis seorang diri sambil menenangkan ketiga buah hatinya. Dan juga sambil berusaha menghubungi Ashraf. Karena panggilannya tak diangkat sudah beberapa kali.Lalu Ashraf tiba-tiba masuk ke kamar dengan terburu-buru dan langsung menggendong satu per satu putranya. “ Maaf Humairah, tadi hpnya ke silent, jadi ga kedengaran waktu kamu nelfon. Maaf ya anak-anak ayah, ayah telat datengnya. Sekarang tenang ya, kasian ibu kamu pasti capek,” kata Ashraf sambil menggendong anaknya. Satu per satu dan sampai mereka semuanya tenang. Baru Ashraf taruh kembali ke ranjang tempat tidurnya.“Gak apa-apa kok M
Balqis memberikan asi pada ketiga putranya. Dengan sangat pelan dan bergantian, putranya pun terlihat sangat menikmati. “Mas, liat anak-anak kita, dia semakin gembul ya,” ujar Balqis menunjukan salah satu putranya pada Ashraf yang sedang berkutat dengan laptopnya.“Iya Humairah, mirip kamu ya kalau gembul gini,” kata Ashraf sambil menoel-noel pipi putra-putranya. Anak pertama dipanggil Adam anak kedua dipanggil Idris dan anak ketiga dipanggil Ibrohim. Semua itu nama-nama yang diberikan oleh Ashraf. Karena memang dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkannya. Ashraf sangat senang dengan pemberian nama itu kepada ketiga putranya. Sebab dia tak menyangka kalau akan dikarunia langsung tiga putra yang sangat menggemaskan. Sementara Balqis memang menyerahkan nama-nama untuk anaknya kepada sang suami.“Humairah, saya izin mau bertemu dengan teman saya. Mau bahas seputar bisnis, boleh?” tanya Ashraf meminta izin untuk pergi keluar.Balqis meletakkan bayinya di ranjangnya. “Iya Mas, hati-hati y
Abi Lukman tertawa melihat Ashraf yang sangat antusias saat pembahasan tentang pembuatan pesantren. “Raf, sebegitunya pengen buat pesantren? Tapi kan anak-anakmu masih sangat kecil, kamu juga masih terlalu muda. Apa kamu sanggup untuk menanggung semua itu?” tanya Abi Lukman.Ashraf menggaruk kepalanya, sedikit tak yakin dengan keinginannya sendiri untuk langsung membangun pesantren. “Ashraf pengen, Abi, tapi Ashraf belum tau apa sanggup untuk melakukan semuanya itu. Menurut abi, Ashraf harus gimana?” ucap Ashraf tak mampu menentukan pilihannya sendiri.“Begini nak, kamu cari pekerjaan dulu, cari pekerjaan yang sesuai yang sekiranya tak menganggu waktu, sebab anak kamu masih kecil. Sebenarnya yang kata Abi itu bisa buat pesantrennya, itu mau Abi bantu modal. Tapi kan kamu pasti gak mau buat dibantu secara permodalan, ya sudah kamu usaha dulu, anak-anakmu masih kecil dan butuh biaya yang cukup besar. Butuh nutrisi dan perawatan yang bagus,” kata Abi Lukman.Ashraf mengangguk setuju. “Ba
Abi Lukman meminta keamanan untuk memisahkan Fakih dengan Dzaki yang belum juga menyelesaikan perdebatannya. Keduanya dipisah dan dijauhkan. Lalu keadaan kembali normal. Meskipun beberapa orang masih menyinggung ucapan tadi. Namun Ashraf dan Balqis tetap bersikap tenang. Tak ingin keadaan semakin kacau.“Urusan kita belum selesai, tunggu pembalasanku,” ucap Dzaki di luar halaman sedang bersama Fakih. Mereka berdua tetap berdebat di luar halaman rumah Ashraf.“Ouhh, ngancem ceritanya nih, ya jangan nyesel aja kalau nanti kalah sendiri. Tapi ingat ya, Dzaki, kamu gak berhak ikut campur urusan Ashraf, awas saja kalau sampai seperti tadi. Akan ku buat kamu menyesal seumur hidup!” ancam Fakih karena kesabarannya sudah habis.Dzaki tak menjawab, amarahnya juga sama memuncak. Lalu Ashraf datang seorang diri menghampiri Dzaki dan Fakih yang belum selesai juga. “Ustadz Dzaki, jangan berbuat seperti itu lagi. Saya tau maksud anda, anda iri dengki kan sama saya, tapi itu kan sudah hal masa lalu
Ashraf tersadar dari tidurnya karena benturan tadi cukup keras. Ashraf berdiri dan merasakan nyeri di lengan dan dengkulnya sendiri. “Astaghfirullah, kenapa bisa jatuh, aduh, luka nih,” keluh Ashraf sambil mengusap lengannya.“Kasian, xixixi,” sindir dari seorang perempuan yang duduk di atas tempat dirinya dirawat.Ashraf menoleh pada suara itu. Ashraf langsung berdiri dan matanya sampai melotot tajam. Ashraf seperti tak percaya melihat perempuan di depannya itu. Pemandangan yang sangat ingin Ashraf lihat.“Ini pasti mimpi,” ucap Ashraf mengucek kedua matanya. Sambil lalu tak memperhatikan kehadiran perempuan itu.“Mas Ashraf, sakit ya?” tanya perempuan itu sambil memberikan ASI-nya pada salah satu bayi mungil.“Ya Allah. Hamba memang belum ikhlas, tapi kenapa ini sangat nyata,” ucap Ashraf memijit pelipisnya sambil mondar mandir tak mau melihat perempuan itu.“Mas, ada apa sih? Gak kangen gitu sama aku, ini loh, anaknya lagi minum asi. Lucu kan?” ucap perempuan itu masih sambil terse