Sementara Callisto terus memandang Yolla dan menunggu jawabannya.
"Tidak, saya rasa kita sudah tidak pantas untuk ... pacaran." Yolla tersenyum tidak enak. "Tapi ... apa Anda serius? Bu Clerin pasti akan tidak setuju ...." "Saya sama Bu Clerin tidak ada hubungan apa-apa selain utang jasa," sahut Callisto. "Dia cuma meminta saya jadi papa pura-puranya Vhea, dan itu masih bisa saya lakukan meskipun saya sudah menikah nantinya." Yolla terdiam lagi. Masih lekat dalam ingatannya bagaimana dia menyaksikan sendiri cara Clerin memandangnya saat membicarakan soal Callisto. Ada sedikit nada posesif dalam setiap pilihan diksinya. "Anda ... masih ragu?" tanya Callisto tanpa basa-basi. "Oke, mungkin Anda bisa menyelesaikan masalah Bu Clerin. Tapi... soal papa saya, saya harus membicarakannya dulu..." Yolla beralasan. "Masalahnya adalah Anda sangat mirip dengan mantan suami saya yang hilang itu." "M"Mita, ada telepon penting buat saya nggak?" tanya Yolla saat melewati meja sekretarisnya. "Pak Keva menanyakan stok yang Ibu janjikan mau kirim hari ini," jawab Mita memberi tahu. "Selain itu?" tanya Yolla lagi. "Belum ada Bu," jawab Mita sambil menggelengkan kepala. Yolla melenggang pergi sembari memegangi perutnya yang semakin melilit. Callisto memandang dirinya sendiri di cermin besar yang ada di kamarnya, sejauh ini dia belum juga bisa mengingat siapa sebenarnya pantulan wajah yang balik memandangnya itu. Namun, Callisto tidak peduli. Dia sendiri tidak mengerti apa yang ada dalam diri Yolla hingga dirinya yakin dan memutuskan untuk menikahinya dalam waktu dekat. Cinta? Callisto tidak tahu, yang pasti dia merasakan sesuatu yang tidak bisa dia rasakan saat bersama dengan Clerin. Saat merenung itulah, ponsel Callisto mendadak berdering nyaring dan men
Baik Yolla maupun Sisty sama-sama memekik karena terkejut. “Woy, gila ya tuh orang!” maki Yolla kesal. “Bisa bawa mobil nggak sih?” Sisty mengusap-usap dadanya yang berdebar kencang. “Udah Yol, udah ...” katanya lemas. “... yang penting kita nggak apa-apa ....” “Ya untung aja kita nggak apa-apa,” sahut Yolla gusar. “Aku bakalan tuntut dia kalau kita sampai kenapa-napa.” Sisty menyandarkan kepalanya karena masih shock dengan kejadian tadi. “Memangnya kamu kenal siapa pengemudi mobil yang menyerempet kita tadi?” tanya Sisty ingin tahu. “Enggak sih,” sahut Yolla sembari membelokkan kemudinya ke arah salon Sisty. “tapi kan ada kamera pengawas di beberapa titik.” Sisty diam saja sambil memijat pelipisnya hingga mobil Yolla menepi tepat di depan salon. “Yol, apa nggak sebaiknya kamu hubungi Callisto untuk mengawal kamu pulang?” tanya Sisty sebelum dia turun dari mobil Yolla. “Nggak perlu, sebentar lagi juga sampai rumah.” Yolla menggelengkan kepala. “Lagian malulah kalau
Namun, saat jarum jam menunjuk ke pukul setengah delapan malam dan pria itu belum juga meneleponnya, hati Yolla seketika berubah ketar-ketir. Meskipun demikian, Yolla tetap percaya bahwa Callisto pasti akan datang sesuai janjinya. Dan Yolla tetap menunggu kedatangan pria itu hingga pukul delapan kurang lima belas menit sementara ponsel Callisto tidak dapat dihubungi. Beberapa jam sebelumnya .... Callisto sengaja datang lebih awal ke rumah Clerin untuk menemani Vhea karena dia sudah ada janji akan datang berkunjung menemui kedua orang tua Yolla. “Asyik, Papa datang cepat!” sorak Vhea gembira sembari melompat ke pelukan Callisto. “Itu artinya Papa bisa lama-lama di sini buat menemani aku.” Clerin tersenyum bahagia saat melihat putri kecilnya bahagia. “Maaf ya, tapi papa ada perlu malam ini.” Callisto memutuskan untuk memberi tahu Vhea tentang situasi yan
Clerin ternganga mendengar ucapan Yolla barusan. "Melamar ... Kamu mau melamar Yolla?" ucap Clerin dengan suara yang teramat lirih. "Ya," sahut Callisto tegas. "Keterlaluan," kata Clerin dengan ekspresi wajah seolah hatinya terluka. "Kamu benar-benar keterlaluan, Callisto!" "Nama saya bukan Callisto," bantah pria itu tegas. "Callisto Antaresa itu adalah nama asli mendiang suami kamu yang sengaja kamu berikan pada saya di saat saya tidak punya identitas apa-apa." Clerin terdiam bisu. "Kamu tetap berutang jasa pada saya," tegasnya. "tidak peduli siapapun kamu sebenarnya." Callisto melihat arlojinya dan terkesiap, sebentar lagi jam delapan dan dia harus segera meluncur ke rumah orang tua Yolla. "Saya tahu, karena itu saya bersedia menjadi papa pura-pura Vhea sebagai bentuk balas jasa itu." Callisto menimpali. "Tapi kalau kamu menginginkan saya untuk terus berada di samping Vhea selamanya, maaf saya tid
Yolla buru-buru menarik tangan mantan ibu mertuanya. "Sebentar ya?" pamit Yolla kepada Callisto, setelah itu dia cepat-cepat membawa Sari ke belakang. "Bu, tolong ya? Jangan bahas Byanz lagi di depan tamu seperti tadi," kata Yolla dengan wajah kurang senang. "Tapi Nak, dia itu ...." "Mirip Byanz, saya tahu. Tapi dia bukan Byanz," geleng Yolla. "Namanya Callisto, Bu." Kedua mata Sari masih berkaca-kaca, tapi dia menganggukkan kepalanya dengan berat hati. Callisto mendongak ketika nelihat Yolla muncul kembali sendirian. "Kenapa ibu tadi memandang saya seperti itu?" tanya Yolla ketika dia duduk di sampingnya. "Itu tadi ibu mertua saya," jawab Yolla apa adanya. "Saya sudah pernah bilang kan kalau kalian berdua itu mirip sekali?" "Oh ..." Callisto mengangguk paham dan tidak bertanya apa-apa lagi. "Saya tinggal sebentar, mau panggil mama sama papa saya." Yolla berdiri lagi kemudian ber
Yolla terdiam dan tidak segera menjawab pertanyaan Sony. "Papa kamu benar, Yol." Virnie berputar dan merangkul bahu putrinya. "Yang menjadi pertimbangan mama sama papa semalam adalah kondisi Shano yang hilang ingatan. Sedangkan di luar sana, siapa yang tahu kalau ternyata dia sudah punya anak istri?"Yolla mendongak memandang sang mama."Papa cuma tidak mau kamu kecewa di belakang," timpal Sony. "Papa kok nggak adil begini?" tuntut Yolla. "Saat sama Byanz saja Papa bahkan sampai maksa aku buat tunangan. Kenapa sekarang Papa mempermasalahkan keadaan Shano?"Virnie meremas bahu Yolla untuk meredakan emosinya. "Yol, pertimbangan papa dulu adalah karena papa sudah sangat tahu latar belakang Byanz seperti apa." Sony mencoba memberi pengertian. "Sedangkan Shano, papa bahkan belum tahu siapa dia selain bahwa dia adalah wakil perusahaan Eagle Corp. Jadi jangan kamu tanyakan kenapa dulu papa begitu yakin sama Byanz."Yolla memandang papanya dengan wajah tidak setuju. "Papa memang lebih ter
"Aku paham kenapa Om Sony sampai berpikir sejauh itu," kata Sisty menyimpulkan setelah Yolla menyelesaikan ceritanya. "ini demi kebaikan kamu sendiri Yol. Kan nggak enak kalau setelah kamu menikah dan tiba-tiba Callisto ingat jati dirinya yang asli, iya kalau dia masih lajang. Kalau ternyata punya anak istri, siapa yang kecewa?"Yolla tidak segera menanggapi, tangannya terulur untuk menyingkirkan ponselnya yang terus berbunyi. "Kenapa nggak kamu angkat?" tanya Sisty ingin tahu. "Nggak apa-apa," jawab Yolla sambil menggeleng."Pasti dari Calliisto ya?" tebak Sisty. Yolla diam saja, tapi Sisty sudah bisa menduga jawabannya dari kebisuan Yolla. "Yol, Callisto cemas banget sama kamu." Sisty memberi tahu. "Kamu nggak pernah mau angkat telepon dari dia, apalagi balas pesannya."Yolla menarik napas, dia tidak perlu bertanya dari mana Sisty tahu kalau dirinya tidak mau menjawab panggilan Callisto. "Aku bingung harus bilang apa sama dia," ucap Yolla dengan wajah muram. "papa sama mamaku u
"Selamat datang, Bu Yolla!" sambut Keva dengan senyum mencurigakan saat meliihat Yolla sibuk menolehkan kepalanya. "Pak Callisto belum datang?" tanya Yolla heran sambil tetap berdiri di depan pintu. Keva menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Kalau begitu saya akan tunggu di luar," kata Yolla sambil berbalik pergi. "Tunggu sebentar, Bu Yolla!" cegah Keva sambil berdiri dari kursinya dan menguber Yolla yang terlambat menyingkir. "Ada apa, Pak?" tanya Yolla pura-pura. "Kita tunggu di dalam saja," ajak Keva, dia segera menarik tangan Yolla ke dalam tanpa menunggu persetujuan darinya. "Oke, oke, tapi Anda tidak perlu begini!" sahut Yolla sembari menarik lepas tangannya dari pegangan Keva. "Santai saja Bu, toh sedang tidak ada orang selain kita di sini." Keva menyahut sembari menutup pintunya rapat-rapat. Yolla tiba-tiba merasakan firasatnya tidak enak, apalagi sebelumnya Keva hampir saja berlaku tidak senonoh terhadapnya. "Justru karena hanya ada kita berdua sa