Malam harinya setelah pesta selesai, Nick membawa Alexa ke mansion mewahnya yang ada di perbukitan.
Nick membawanya ke sebuah kamar. Awalnya, Alexa menyangka kalau Nick hanya menunjukkannya, tetapi pria itu ternyata juga ikut masuk. Ia bahkan mengunci pintunya. “K-kenapa kau ikut masuk?!” pekik Alexa sambil memeluk badannya sendiri. Padahal dia masih memakai gaun pernikahannya dengan lengkap. “Ini kamarku,” jawab Nick santai sambil membuka dasi kupu-kupunya. “Kalau begitu, kenapa kau membawaku ke sini?!” tanya Alexa lagi. Nick mengangkat sebelah alisnya ketika melihat wajah panik Alexa. Beberapa detik kemudian, satu sudut bibirnya terangkat, membuat Alexa semakin beringsut mundur. “M-mau apa kau?” langkah Alexa semakin mundur, lalu tanpa sadar sudah terpojok di ujung kasur. Ia jatuh terduduk. “Entahlah.” Nick berdiri di depan Alexa. Tangan besarnya menyentuh dagu Alexa, memaksa wanita itu untuk mendongak. "Apa kita harus melakukannya sekarang?" Nick menunduk, hingga hembusan segar napasnya menyapu wajah Alexa. Kepala Nick bergerak menuju bibir Alexa. Namun sebelum bibir mereka bertemu, bertepatan terdengar suara gedoran di pintu. Duk! Duk! Duk! “NICK! BUKA PINTUNYA!” terdengar suara teriakan kasar seorang wanita di sana. Nick mendengus, lalu beranjak begitu saja dari hadapan Alexa. Ia tampak jengah mendengar suara gedoran pintu dan teriakan wanita itu. Nick berjalan menuju pintu dan membuka kunci. Sebelum dipersilakan, wanita itu sudah mendobrak masuk. Nick refleks menyingkir saat seorang wanita masuk tanpa permisi. “Ada apa, Nyonya Camila Robert?” tanya Nick sarkas. Alexa yang masih duduk di pinggir kasur pun terkesiap. Itu adalah ibunya Nick. Saat pernikahan tadi, memang tidak ada keluarga Nick yang datang. Tamu undangan hanyalah para wartawan dan rekan bisnisnya. Mungkin itulah yang membuat Camila tampak marah sekarang. ‘Dia pasti marah karena Nick menikah diam-diam,’ batin Alexa. Tatapan Camila langsung tertuju pada Alexa dengan tajam. “Kau berbohong padaku, Nick! Yang harus kau nikahi adalah Laura, putri tunggal Sergei Corner!” pekiknya nyaring. Camila pun menunjuk kasar ke arah Alexa. “Keluarga Corner itu bisa diandalkan untuk perusahaan kita! Kenapa kau malah menikahi perempuan tidak jelas ini!?” Nick mengusap ujung bibirnya, “Syarat agar aku bertahan di posisi CEO adalah menikah. Tidak peduli dengan wanita manapun, tidak ada ketentuan seperti apa wanita yang akan aku nikahi.” Nick berjalan ke kasur, duduk di sebelah Alexa sambil menyilangkan kakinya. “Dan hari ini, aku menikahi seorang wanita.” “Tapi kenapa harus perempuan ini?!” “Wanita ini cukup membuktikan kalau pewaris keluarga Robert adalah pria normal.” jawab Nick. Namun, Camila terlihat tidak puas. “Kau tidak bisa membohongiku, Nick!” “Berhenti ikut campur, Bu,” sahut Nick dengan nada yang sama. “Nick!” Camila menatap tajam putranya. Camila melihat ke arah Alexa, spontan wanita itu merapatkan tubuhnya ke arah Nick karena kaget. “Aku tidak tau siapa dirimu, tapi aku peringatkan kalau pria ini hanya pura-pura ‘straight’ untuk menjebakmu!” Wajah Alexa pucat. Ia melihat Nick, tapi Nick tampak tidak peduli. Ternyata rumor itu benar adanya, bahkan ibunya Nick sendiri mengakui kalau Nick tidak normal. Entah ini akan menguntungkan Alexa atau malah membuatnya semakin terpuruk. Dengan tatapan sinis, Camila menatap Nick dan Alexa bergantian, “Kita lihat apa yang bisa dihasilkan pada malam pernikahan kalian!” Setelah itu, Camila langsung berbalik dan pergi. Tidak lupa ia menutup pintu dengan kasar. Alexa menelan ludahnya. Apakah ini ancaman? Tapi, Nick adalah seorang gay. Pasti itu tidak akan terjadi, kan? ‘Tapi bukankah perjanjian kita adalah menghasilkan anak? Jadi, apa pria ini akan memaksakan diri, walaupun tidak suka tidur dengan wanita?’ Pikiran Alexa penuh dengan hal-hal aneh sekarang. “Kau dengar apa yang ibuku katakan?” suara Nick tiba-tiba menyadarkan Alexa. “Bagaimana kalau kau membantu suamimu ini membuktikannya?” senyum miring terukir di bibir Nick sembari terus mendekati Alexa. Nick tiba-tiba sudah membuka kancing kemeja putih yang masih melekat di tubuhnya. Ia melemparkan kemeja tersebut sembarang arah. Langkahnya terus mengikis jarak dengan Alexa, hingga tangan besar Nick membelai wajah perempuan itu. “Tidak, tunggu!” kedua tangan Alexa terangkat, mendorong dada bidang Nick, “Aku belum siap untuk melakukannya sekarang.” Saat Alexa menyadari posisi tangannya, seketika ia menariknya kembali. Nick berkacak pinggang, memamerkan otot perut dan dadanya yang terpampang sempurna di depan mata Alexa. “Tidak bisa, aku memaksa.” balas Nick keras kepala. Jari Nick menyentuh dagu Alexa, menatap pupil mata gadis itu seraya merasukinya dengan aura mengancam sampai membuat Alexa panik. Tanpa basa-basi, satu tangan Nick mendorong Alexa sampai jatuh di atas tempat tidur. Sebelum Alexa sempat melarikan diri, Nick menekan gaun Alexa dengan lututnya, mendekat dengan kepastian yang mengancam kebebasannya. "Menjauh dariku!" protes Alexa sambil memukuli dada Nick. Suaranya terdengar lemah dalam kegugupan yang memenuhi hatinya, mencoba mengumpulkan keberanian yang tersisa. “Bukankah ini kesepakatan kita? Kau harus melahirkan keturunanku, Alexa." lanjutnya, suaranya penuh dengan otoritas yang mendominasi ruangan. Meski begitu, Alexa berusaha keras meronta, sayangnya kekuatan yang ia miliki tak ada setengah dari kekuatan Nick. Kedua tangan Nick menahan lengan Alexa di sebelah kepalanya. Nick mulai mencium bagian luar leher Alexa dengan paksa. Ia mengendusnya, lalu kembali memberikan kecupan-kecupan di sana. “Nick–ahh!” Alexa tidak bisa menahan desahannya saat Nick terus melakukan itu. “Sst….” tiba-tiba saja Nick mendesis lembut di telinganya, membawa desiran aneh yang menjalar ke seluruh tubuh Alexa. Pergerakan Nick sangat lihai membuat Alexa khawatir ketika mulai menikmati saat pikiran dan tubuhnya terbakar oleh gairah. Bohong kalau Alexa tidak tergoda, apalagi ketika Nick menciumnya, dan permainan lidahnya mengakses rongga mulut Alexa dengan paksa. “K-kumohon…ahh!” suara Alexa semakin bergetar, dan air matanya mulai mengalir. “K-kau tidak bisa memaksakuhhh…” Bukan hanya pengalaman pertamanya, Alexa juga takut karena Nick adalah seorang gay. Melakukan seks dengan pria normal saja tidak pernah, apa Alexa harus menyerahkan waktu pertamanya untuk gay? Pria tampan di atasnya ini tidak menunjukkan wajah bercanda sama sekali, itu membuat Alexa merasa takut. Nick membelai wajah Alexa dengan seringai tak peduli di bibirnya. Lelaki itu kembali menundukkan wajah memberikan ciuman ke ceruk leher Alexa sampai meninggalkan jejak kemerahan. Alexa mengumpulkan kekuatan untuk mendorong sambil berteriak, “Aku tidak bisa melakukannya dengan pria gay!” Hening beberapa saat, sebelum pada akhirnya Nick ketawa terbahak-bahak sambil turun dari atas tubuh Alexa. Tanpa mengatakan apa pun, Nick pun berjalan ke kamar mandi.Alexa terbangun dengan perasaan campur aduk. Kamar tidur besar dan mewah tempatnya berada tidak memberikan kenyamanan seperti yang diharapkannya. Semalam, mereka memang tidur bersama di kasur. Alexa pura-pura tidur duluan setelah menghapus riasannya, dan dia beruntung karena Nick bukan tipe pria yang menyerang pasangannya ketika tidur.Atau mungkin, karena dia gay, jadi dia tidak tertarik dengan Alexa.Ceklek!Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan Nick masuk ke kamar dengan santai. Ia memakai kaus hitam yang mencetak jelas otot perut dan lengan atasnya."Selamat pagi, Nyonya Robert," katanya dengan senyum sinis.Alexa menatapnya tajam, tidak merasa senang dengan sapaan itu. Ia pun merapatkan selimut ke tubuhnya."Jangan panggil aku seperti itu. Aku masih Alexa, bukan properti milikmu," balasnya dingin.Nick tertawa kecil dan duduk di ujung tempat tidur. "Kau masih terlihat ketakutan. Tidurmu nyenyak?""Itu pertanyaan bodoh! Kau yang memaksaku berada di sini," kata Alexa dengan nada
Pagi itu diakhiri dengan Camila yang dipaksa pulang dengan bantuan pengawal dan pelayan. Nick juga tampak tak peduli, dan langsung pamit bekerja setelah itu. Alexa jadi bertanya-tanya bagaimana hubungan anak dan ibu itu.‘Benarkah mereka ibu dan anak kandung?’ tanya Alexa dalam hati.Saat hari semakin siang. Alexa merasa lebih tenang berada di rumah itu tanpa keberadaan Nick. Namun, ada satu masalah lagi yang muncul.Ia tidak mempunyai pakaian ganti.Satu-satunya pakaian yang ia punya hanyalah kaos hitam polos dan celana jeans, baju yang sama seperti ketika Nick ‘melamarnya’. Baju ini sempat di-laundry pada hari pernikahannya, dan seorang pelayan Nick baru menyerahkannya tadi pagi setelah sarapan.Saat keluar rumah, salah satu mobil mewah milik Nick sudah menunggu beserta supir yang akan mengantarkan Alexa bepergian. Alexa tertegun, baru menyadari kalau pria yang menjadi suaminya itu sangat kaya raya. Ia pun naik ke mobil itu tanpa banyak bicara. Dia hanya berharap suasana baru bisa s
Ini sudah keterlaluan! Alexa pun bangkit, dan langsung menampar pipi pegawai itu. Tanpa kartu pemberian Nick, ia memang hanya orang miskin, tapi bukan berarti dia pencuri. Alexa di sini adalah pelanggan, yang memiliki hak yang sama.“KAU!” Pegawai itu sudah melupakan bahasa formalnya. Dia pun mengangkat tangannya, siap membalas perlakuan Alexa, ketika sebuah suara berat menginterupsi."Sepertinya ada masalah di sini?"Mereka semua menoleh, dan setiap mata membulat. Termasuk Alexa. Wanita itu bahkan sampai menutup mulutnya.‘Kenapa Nick ada di sini?’ bingung Alexa dalam hati.Nick muncul dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, membuat para wanita penghina itu langsung terpaku."Tuan Robert, i-ini… k-kami hanya sedang menangkap seorang pencuri di toko," walaupun menjawab sambil gemetaran, tatapan pegawai itu masih merendahkan Alexa.“Aku tidak—”Alexa tidak melanjutkan kalimatnya, karena melihat Nick mengangkat tangan, menyuruhnya untuk berhenti berbicara. Jadi, apa pria ini juga aka
Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Alexa merasa sedikit canggung sekarang. Sementara Nick menyelesaikan rapatnya di mal itu, ia mempercayakan Alexa kepada sekretarisnya.Kini, setelah identitas Alexa sebagai istri Nick diketahui oleh semua orang, pelayanan yang diterima Alexa jauh lebih baik. Tidak ada lagi cibiran atau tuduhan yang menganggapnya sebagai pencuri."Berapa lama Nick akan bekerja di mal ini?" tanya Alexa saat mereka berjalan di sepanjang sekitar mal.Sekretaris yang mengikutinya sejak tadi menoleh. "Tuan Robert akan kembali ke perusahaan pukul tiga sore nanti. Beliau berpesan, Anda bisa pulang untuk istirahat setelah selesai berbelanja."Itu berarti, Nick tidak akan menemuinya lagi setelah rapat selesai. Ia akan kembali bekerja di kantor, sementara Alexa harus pulang. Mengetahui itu, Alexa pun mendengus.Ia harus mengingatkan sekali lagi, kalau pernikahan ini hanya sandiwara.Saat sedang berjalan, Alexa mendadak berhenti di depan toko pakaian pria. Ia tertarik pada
"Biar aku jelaskan padamu agar kau paham Alexa," Nick tidak membiarkan Alexa lepasIa terus menaiki tangga menuju kamar pribadinya, kemudian membanting Alexa ke kasur lembut. Ia mengunci tubuh wanita itu di bawah kendalinya, seperti yang ia lakukan pada pria bernama Raymond."Kamu tidak bisa menggertakku seperti ini, Nick! Aku tau kamu punya kepribadian menyimpang, kau tidak akan tertarik dengan perempuan." ujar Alexa sambil berdecak, seolah meremehkan Nick.Tidak seperti malam pertama mereka, kali ini Alexa terlihat lebih santai. Dia tidak perlu ketakutan karena Nick tidak akan benar-benar melakukan hal itu kepadanya.Namun, sorot mata tajam Nick tidak menunjukkan demikian. Pria ini terlihat geram dengan mulut Alexa yang selalu menyebutnya gay. Tanpa membuang waktu, Nick mencium bibir Alexa tanpa memberikan wanita itu mengejeknya lagi.Alexa membulatkan mata. Apa zaman sekarang, gay juga bernafsu dengan wanita? Bahkan sampai berani menciumnya sepanas ini?Alexa memberontak, berusaha
Setelah kepergian Nick yang tiba-tiba itu, Alexa menghabiskan malam itu dengan tenang. Ia melakukan apa yang ia mau dengan sedikit lebih leluasa.Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sudah tiga jam sejak Nick pergi menerima panggilan dari Raymond."Mereka pasti sedang berkencan sekarang," pikir Alexa sambil menutup bibirnya, hampir tertawa. Namun, detik berikutnya, raut wajahnya tampak geli membayangkan Nick berpelukan dengan sesama pria. "Oh astaga, itu menggelikan!" Ia sudah hampir tertidur, ketika samar-samar mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Itu pasti Nick. Alexa tetap berpura-pura tidur, tidak mau Nick tahu kalau dirinya sudah terbangun.Langkah berat Nick mendekat. Alexa bisa mencium aroma alkohol yang cukup menyengat. "Lelaki itu mabuk?" batin Alexa. Ia membuka sedikit matanya dan melihat Nick melepaskan kemejanya. Pria itu duduk dengan kepala tertunduk."Apa yang terjadi padanya?" pikir Alexa. Namun, saat Nick menoleh, Alexa segera merapatkan matanya kembali.
"Nick, ada apa?" Alexa terkejut saat tiba-tiba Nick menariknya dengan cepat. Padahal ia baru saja berbincang dengan Raymond. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan Alexa berpikir kalau Nick mungkin cemburu karena Raymond berbicara dengannya. Apalagi tadi ia sempat melihat interaksi kecil dua sejoli itu.Alexa pasrah saat Nick menarik tangannya entah ke mana. Langkahnya terseok-seok saat mencoba mengikuti langkah Nick yang terburu-buru.Setelah mereka berada di dalam sebuah ruangan, Nick melepaskan pegangan tangannya dan menatap Alexa tajam."Kenapa kau menerima minuman dari orang yang tidak kau kenal!" katanya dengan suara keras.Alexa bingung dengan reaksi Nick. "Aku mengenalnya, dia Ray, kekasihmu kan?”Bukannya menjawab, Nick malah menghela napas panjang. Ia masih tampak sangat marah.“Kenapa kau marah? Aku tidak merebut Ray darimu, kami hanya bicara sebentar,” Alexa terus mengeluarkan pembelaan. “Apa kamu cemburu karena Raymond dekat denganku?"Nick mengumpat, "Bodoh! Kau ti
Alexa merasa panas di sekujur tubuh, pakaian yang tadinya menutupi tubuhnya kini hampir sepenuhnya terlepas. Nick membantunya menanggalkan sisa-sisa kain itu.Pikiran Alexa terasa kacau, hanya mampu merasakan sentuhan-sentuhan Nick yang membuatnya semakin tenggelam dalam hasrat yang tak tertahankan. Alexa bergerak liar di luar kendali, napasnya terengah-engah dan suhu tubuhnya semakin panas dengan gairah yang memuncak. "Nick, hentikan…. I-ini sangat tidak nyaman," ucapnya dengan suara terputus-putus.Nick hanya menatap dengan sorot mata teduhnya. "Sudah aku katakan, aku tidak akan berhenti. Kali ini, kamu benar-benar milikku, Alexa." Pria itu melepaskan pakaiannya, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang kokoh sebelum kembali mendekati Alexa."Aku akan membantumu, Alexa…." Pria itu lantas meninggalkan lebih banyak ciuman di seluruh tubuh Alexa, sembari angannya bergerak lembut di sepanjang paha Alexa. Ia menyentuh dengan keahlian yang membuat wanita ini memekik tertahan. Apalagi saa
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan