Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Alexa merasa sedikit canggung sekarang. Sementara Nick menyelesaikan rapatnya di mal itu, ia mempercayakan Alexa kepada sekretarisnya.
Kini, setelah identitas Alexa sebagai istri Nick diketahui oleh semua orang, pelayanan yang diterima Alexa jauh lebih baik. Tidak ada lagi cibiran atau tuduhan yang menganggapnya sebagai pencuri.
"Berapa lama Nick akan bekerja di mal ini?" tanya Alexa saat mereka berjalan di sepanjang sekitar mal.
Sekretaris yang mengikutinya sejak tadi menoleh. "Tuan Robert akan kembali ke perusahaan pukul tiga sore nanti. Beliau berpesan, Anda bisa pulang untuk istirahat setelah selesai berbelanja."
Itu berarti, Nick tidak akan menemuinya lagi setelah rapat selesai. Ia akan kembali bekerja di kantor, sementara Alexa harus pulang. Mengetahui itu, Alexa pun mendengus.
Ia harus mengingatkan sekali lagi, kalau pernikahan ini hanya sandiwara.
Saat sedang berjalan, Alexa mendadak berhenti di depan toko pakaian pria. Ia tertarik pada sebuah benda yang terpasang pada sebuah patung manekin.
Nick sering berpakaian rapi menggunakan dasi, entah kenapa Alexa mendadak berpikir untuk memberikannya untuk Nick.
Sekretaris Nick mendekat, seolah peka dengan apa yang ada di pikiran Alexa. "Jika Nyonya menyukainya, kita bisa membawanya pulang."
"Tapi ini pasti sangat mahal," gumam Alexa, menatap dasi tersebut. Pakaian yang Nick pakai juga tidak memiliki harga standar, semuanya pasti akan diatas rata-rata.
Si sekretaris tersenyum. "Tuan Nick tidak akan kekurangan uang meskipun Nyonya membeli semua barang dalam toko ini."
Alexa mendelik, tapi dia tahu bahwa sekretaris itu benar. Nick tidak akan keberatan jika ia membeli satu atau dua barang lagi dari toko ini.
Namun tetap saja, belanjaannya tadi saja sudah sangat banyak. Apa tidak berlebihan kalau dia menambah satu pakaian lagi?
"Aku akan membeli yang ini saja," ujar Alexa sambil menyerahkan dasi yang ia pegang tadi.
Sekitar pukul tiga sore, Alexa selesai berbelanja. Sekretaris Nick mengantarkannya ke parkiran, sementara Nick langsung kembali ke perusahaan tanpa menyapanya lagi.
Alexa juga tidak terlalu peduli. Lagi pula ia mempunyai supir yang akan mengantarkannya pulang. Dan setelah setengah perjalanan, dia baru ingat kalau hadiah yang tadi harus segera diberikan pada pemiliknya.
"Permisi," ucap Alexa pada supir, "Apakah Anda tahu di mana perusahaan Nick berada?"
"Nyonya ingin ke sana? Saya akan mengantar," jawab supir itu dengan ramah.
"Oh, baguslah. Aku ingin menemui Nick."
Mobil berbelok dan membawa Alexa menuju gedung pencakar langit yang menjulang di Houston, markas besar perusahaan Nick. Sopir itu ikut turun dan mengawal Alexa. Ia membantunya berbicara dengan resepsionis, khawatir kalau kejadian di mal tadi terulang.
"Apa Tuan Nicholas Robert ada di dalam?" tanya sopir kepada resepsionis yang terlihat sibuk.
Resepsionis itu tampak mengenali sang sopir, jadi ia hanya mengangguk singkat dan mempersilahkan mereka masuk. "Tuan Robert ada di ruangannya."
Sopir itu menemani Alexa sampai naik lift menuju lantai 45. Setelah sampai, sopir itu tidak ikut turun dan hanya menunjukkan jalan menuju ruangan Nick.
Di depan ruangan itu sangat sepi, tidak ada sekretaris yang berjaga. Karena tidak tahu harus bertanya kepada siapa, akhirnya Alexa memutuskan untuk masuk saja tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Cklek!
Pintu terbuka, tapi detik berikutnya, ia membeku di tempat. Matanya membulat. Bahkan paper bag berisi kado Nick pun jatuh di lantai.
Refleks, kedua tangannya menutup mulutnya yang terbuka kala melihat Nick berada di atas tubuh seorang pria yang berbaring di sofa.
Mendadak situasi menjadi tidak mengenakkan. Alexa seperti disiram air dingin, dan kembali ingat tentang orientasi seksual Nick. Lantas, wanita itu menurunkan tangannya, dan Alexa tersenyum kaku.
"K-kalian lanjutkan saja! Aku tidak melihat apa pun!" Alexa langsung berbalik, dan menutup pintu.
"Alexa, ini—”
Bam! Pintu tertutup.
*
Malam harinya.
Alexa sedang menikmati santapan malamnya, ketika melihat Nick dengan wajah lelah baru saja masuk ke rumah. Ingatan Alexa tertuju pada keromantisan Nick dan pria yang ada dalam kendalinya tadi. Sampai-sampai, ia tersedak sendiri.
Siapa pria itu? Apa mungkin kekasih rahasia Nick?
"Sudah pulang? Ingin aku menyiapkan makanan untukmu?" tanya Alexa berusaha terlihat biasa saja, dan melupakan kejadian siang tadi.
"Alexa, aku ingin meluruskan kalau apa yang kamu lihat tadi siang tidak—"
Uhuk!
Alexa terbatuk, dan langsung minum air putih banyak-banyak. "Kamu tidak perlu menjelaskannya," Alexa menyela.
Ia pun tersenyum tipis, seolah meyakinkan Nick kalau ia tidak akan membongkar rahasia itu ke orang lain.
"Aku sudah tau, kamu memang punya hubungan rahasia dengan pria tadi,” lanjut Alexa. “Walaupun kamu sampai pura-pura menikahiku, dan memintaku melahirkan anak, aku paham jati dirimu.”
Namun, Nick malah mendesah frustasi. “Tidak, Alexa—”
Lagi-lagi, Alexa mengangkat tangannya. “Aku janji, tidak akan mengatakannya pada siapapun."
Nick tampak ingin membantah, tapi ia justru menghembuskan nafas. "Namanya Raymond, dia–"
"Kau mau makan? Aku akan menyiapkannya." sekali lagi Alexa menyela tanpa membiarkan Nick menyelesaikan kalimatnya.
Tangan Nick mengepal. Wajahnya terlihat jengkel, entah karena apa. Kemudian, tiba-tiba pria itu mendekat, dan tanpa permisi mengangkat Alexa di punggungnya seperti sekarung beras.
Sontak saja Alexa memekik. "Nick, turunkan aku! Apa yang kau lakukan?!"
"Biar aku jelaskan padamu agar kau paham Alexa," Nick tidak membiarkan Alexa lepasIa terus menaiki tangga menuju kamar pribadinya, kemudian membanting Alexa ke kasur lembut. Ia mengunci tubuh wanita itu di bawah kendalinya, seperti yang ia lakukan pada pria bernama Raymond."Kamu tidak bisa menggertakku seperti ini, Nick! Aku tau kamu punya kepribadian menyimpang, kau tidak akan tertarik dengan perempuan." ujar Alexa sambil berdecak, seolah meremehkan Nick.Tidak seperti malam pertama mereka, kali ini Alexa terlihat lebih santai. Dia tidak perlu ketakutan karena Nick tidak akan benar-benar melakukan hal itu kepadanya.Namun, sorot mata tajam Nick tidak menunjukkan demikian. Pria ini terlihat geram dengan mulut Alexa yang selalu menyebutnya gay. Tanpa membuang waktu, Nick mencium bibir Alexa tanpa memberikan wanita itu mengejeknya lagi.Alexa membulatkan mata. Apa zaman sekarang, gay juga bernafsu dengan wanita? Bahkan sampai berani menciumnya sepanas ini?Alexa memberontak, berusaha
Setelah kepergian Nick yang tiba-tiba itu, Alexa menghabiskan malam itu dengan tenang. Ia melakukan apa yang ia mau dengan sedikit lebih leluasa.Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sudah tiga jam sejak Nick pergi menerima panggilan dari Raymond."Mereka pasti sedang berkencan sekarang," pikir Alexa sambil menutup bibirnya, hampir tertawa. Namun, detik berikutnya, raut wajahnya tampak geli membayangkan Nick berpelukan dengan sesama pria. "Oh astaga, itu menggelikan!" Ia sudah hampir tertidur, ketika samar-samar mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Itu pasti Nick. Alexa tetap berpura-pura tidur, tidak mau Nick tahu kalau dirinya sudah terbangun.Langkah berat Nick mendekat. Alexa bisa mencium aroma alkohol yang cukup menyengat. "Lelaki itu mabuk?" batin Alexa. Ia membuka sedikit matanya dan melihat Nick melepaskan kemejanya. Pria itu duduk dengan kepala tertunduk."Apa yang terjadi padanya?" pikir Alexa. Namun, saat Nick menoleh, Alexa segera merapatkan matanya kembali.
"Nick, ada apa?" Alexa terkejut saat tiba-tiba Nick menariknya dengan cepat. Padahal ia baru saja berbincang dengan Raymond. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan Alexa berpikir kalau Nick mungkin cemburu karena Raymond berbicara dengannya. Apalagi tadi ia sempat melihat interaksi kecil dua sejoli itu.Alexa pasrah saat Nick menarik tangannya entah ke mana. Langkahnya terseok-seok saat mencoba mengikuti langkah Nick yang terburu-buru.Setelah mereka berada di dalam sebuah ruangan, Nick melepaskan pegangan tangannya dan menatap Alexa tajam."Kenapa kau menerima minuman dari orang yang tidak kau kenal!" katanya dengan suara keras.Alexa bingung dengan reaksi Nick. "Aku mengenalnya, dia Ray, kekasihmu kan?”Bukannya menjawab, Nick malah menghela napas panjang. Ia masih tampak sangat marah.“Kenapa kau marah? Aku tidak merebut Ray darimu, kami hanya bicara sebentar,” Alexa terus mengeluarkan pembelaan. “Apa kamu cemburu karena Raymond dekat denganku?"Nick mengumpat, "Bodoh! Kau ti
Alexa merasa panas di sekujur tubuh, pakaian yang tadinya menutupi tubuhnya kini hampir sepenuhnya terlepas. Nick membantunya menanggalkan sisa-sisa kain itu.Pikiran Alexa terasa kacau, hanya mampu merasakan sentuhan-sentuhan Nick yang membuatnya semakin tenggelam dalam hasrat yang tak tertahankan. Alexa bergerak liar di luar kendali, napasnya terengah-engah dan suhu tubuhnya semakin panas dengan gairah yang memuncak. "Nick, hentikan…. I-ini sangat tidak nyaman," ucapnya dengan suara terputus-putus.Nick hanya menatap dengan sorot mata teduhnya. "Sudah aku katakan, aku tidak akan berhenti. Kali ini, kamu benar-benar milikku, Alexa." Pria itu melepaskan pakaiannya, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang kokoh sebelum kembali mendekati Alexa."Aku akan membantumu, Alexa…." Pria itu lantas meninggalkan lebih banyak ciuman di seluruh tubuh Alexa, sembari angannya bergerak lembut di sepanjang paha Alexa. Ia menyentuh dengan keahlian yang membuat wanita ini memekik tertahan. Apalagi saa
Sepanjang perjalanan pulang, Alexa hanya bisa terdiam memikirkan kejadian semalam. Sekilas yang masih dapat ia ingat adalah sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Nick karena minuman yang Raymond berikan. Tetapi setelah itu, ingatannya kabur.Di sampingnya, Nick sibuk bekerja dengan iPad, tampak tenggelam dalam dunianya sendiri. Alexa ragu untuk bertanya. Dan, meskipun ia berani bertanya, kemungkinan besar Nick tidak akan menjawab dengan jujur."Apa anak buahmu sudah menemukan Laura?" tanya Alexa, mengalihkan perhatian dari pertanyaan yang sebenarnya ingin ia ajukan.Nick menoleh sejenak, sebelum kembali menatap iPad-nya. "Belum," jawabnya singkat."Mengenai semalam apa kita sungguh—""Tuan, Nyonya. Kita sudah sampai," ucap supir memotong pembicaraan mereka."Baiklah, Alexa, sekarang kamu turun. Aku akan langsung pergi ke perusahaan. Kalau memang kamu butuh sesuatu, katakan pada kepala pelayan untuk menyiapkannya." Nick berkata panjang lebar tanpa menatap Alexa, itu membuat Alexa rag
Suasana makan malam terasa sangat hening, hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring. Alexa yang duduk di seberang meja sesekali melihat ke arah Nick. Sejak satu jam yang lalu setelah Nick tiba di rumah, pria itu tidak mengatakan sesuatu."Aku tidak melakukan hal yang salah kan?" batin Alexa bingung.Cukup lama ia menatap Nick sampai pria itu menyadarinya, "Ada yang ingin kamu tanyakan?" tanyanya sembari meneguk segelas air, menyudahi makannya."Mengenai semalam, apa kita...""Kamu lebih baik habiskan makananmu lebih dulu," sela Nick, "Kalau sudah selesai, kamu bisa menemuiku di ruang kerja."Pria itu pun berdiri meninggalkan Alexa.Alexa terdiam, menunduk melihat piring makannya masih menyisakan banyak makanan. Ia jadi tidak berselera, tapi perutnya juga masih lapar.Akhirnya, Alexa memutuskan untuk menyusul Nick. Ia juga membawa segelas jus buah karena tidak tau apa Nick menyukai teh atau kopi. Begitu pintu dibuka, ia melihat pria itu tengah bekerja di meja kerjanya.Gela
Alexa jadi panik kalau ia akan hamil dalam waktu dekat. Meskipun di dalam kontrak yang tertulis, ia memang diharuskan untuk melahirkan keturunan Nick. Tapi kenapa? Meski sudah tau kontrak tertulis demikian, hatinya tetap tidak tenang?Alexa berjalan ke sana-kemari. Ia juga khawatir dengan kondisi Laura sekarang. Sejak ia menikah dengan Nick, tak sekalipun Alexa mendengar kabar Laura. Nick juga tidak memberinya kepastian apa pun.Cklek!"Kamu belum tidur rupanya." ucap Nick melangkah masuk ke kamar.Alexa menoleh, "Nick, kamu berjanji untuk menemukan Laura. Bagaimana kemajuan atas pencarian yang sudah kamu lakukan? Apa Laura sudah berhasil ditemukan?"Nick malah mengeryitkah dahi dan lebih dulu naik ke kasur."Mengapa kamu begitu peduli dengan Laura?” tanya Nick sinis. “Kalau dia tidak pergi, dirimu tidak akan di sini dan terlibat pernikahan kontrak denganku. Bukankah kamu harusnya membencinya?"Alexa mendekat, menatap Nick dengan serius, Laura sangat berarti untukku. Jadi, temukan dia
Alexa mendorong Nick, hatinya kacau, jantung berdebar tidak karuan. Alexa belum menyadari bagaimana perasaannya terhadap pria di depannya ini, tapi saat Nick menciumnya kenapa ia tak bisa menolak dengan tegas?“Apa yang membuatmu diam? Ingin aku mengulanginya?”Alexa menggeleng, ia segera berdehem, membalikkan badan menuju tempat tidur tanpa melakukan apapun. Nick menyeringai sekilas, tapi ia juga tidak banyak bicara, Nick meraih ipad, duduk bersandar di tempat tidur saat Alexa juga berbaring di sana.Suasana menjadi hening. Walaupun mereka sering tidur di kasur yang sama setelah menikah, Alexa tetap merasa berdebar-debar. Apalagi raut wajah tegas Nick yang serius terlihat lebih mempesona.'Apa semua gay di luar sana adalah orang yang memiliki wajah tampan?' batin Alexa, ia tak segan menatap Nick terang-terangan dengan posisi berbaring miring."Sebaiknya kamu tidur, ini sudah tengah malam." tegur Nick tanpa mengalihkan pandangan dari layar."Tapi, aku penasaran. Mengapa kamu tidak per
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan