Alexa mendorong Nick, hatinya kacau, jantung berdebar tidak karuan. Alexa belum menyadari bagaimana perasaannya terhadap pria di depannya ini, tapi saat Nick menciumnya kenapa ia tak bisa menolak dengan tegas?“Apa yang membuatmu diam? Ingin aku mengulanginya?”Alexa menggeleng, ia segera berdehem, membalikkan badan menuju tempat tidur tanpa melakukan apapun. Nick menyeringai sekilas, tapi ia juga tidak banyak bicara, Nick meraih ipad, duduk bersandar di tempat tidur saat Alexa juga berbaring di sana.Suasana menjadi hening. Walaupun mereka sering tidur di kasur yang sama setelah menikah, Alexa tetap merasa berdebar-debar. Apalagi raut wajah tegas Nick yang serius terlihat lebih mempesona.'Apa semua gay di luar sana adalah orang yang memiliki wajah tampan?' batin Alexa, ia tak segan menatap Nick terang-terangan dengan posisi berbaring miring."Sebaiknya kamu tidur, ini sudah tengah malam." tegur Nick tanpa mengalihkan pandangan dari layar."Tapi, aku penasaran. Mengapa kamu tidak per
Hari ini, saat Nick pergi ke kantor, Alexa merasa ada kebutuhan untuk menemui ayahnya. Sejak pernikahannya, tidak ada satu pun keluarga yang mengetahuinya. Ada ketakutan bahwa ayahnya akan marah jika mengetahui keadaan ini, terutama karena reputasi buruknya sebagai seorang yang mengerikan.Ketika Alexa membuka pintu rumahnya, aroma alkohol yang menyengat menusuk hidungnya dengan tidak menyenangkan."Ada orang di rumah?" desisnya, mengibaskan tangannya di depan hidung, mencoba mengusir aroma yang tidak sedap itu.Langkah Alexa terhenti, matanya terpaku pada ayahnya yang terbaring dalam keadaan mabuk. Botol-botol minuman berserakan di lantai dan meja. Inilah alasan kenapa Alexa sangat jarang menemui ayahnya yang pecandu alkohol sejak kekayaan mereka musnah.Dengan hati-hati, Alexa mulai membersihkan kekacauan. Setelah segalanya kembali tertata, dia membangunkan ayahnya."Ayah, mau sampai kapan kamu menghabiskan keseharianmu dengan cara seperti ini? Kekayaan kita sudah tiada, percuma men
Hujan masih turun deras ketika Alexa duduk di dalam mobil, merenung dengan perasaan yang masih terkejut oleh kata-kata Laura. Padahal ia menikah dengan Nick untuk menyelamatkannya, tapi balasan yang dia terima sungguh di luar dugaan."Aku terlalu naif berharap terlalu banyak darinya," gumam Alexa sambil mengusap air mata yang terus mengalir.Setelah beberapa saat, Alexa memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun, kesialan tampaknya masih menghampirinya, karena mobil yang tadinya berfungsi baik-baik saja tiba-tiba tidak mau menyala. Meski mencoba berkali-kali, hasilnya tetap sama. Dan, langit yang semakin gelap tidak membantu situasi Alexa saat ini."Astaga, apalagi sekarang?" desah Alexa dengan frustrasi, memukul stir kemudi. Dia turun dari mobil sambil membawa payung, tak menyangka bahwa kesialan akan terus mengikutinya.Hujan masih deras, dan jalanan sepi. Alexa berdiri di pinggir jalan, mencoba untuk menghubungi Nick. Namun sialnya, nomor Nick masih belum disimpan di ponselny
Alexa duduk di ruang baca sambil mencoba mengaktifkan ponselnya yang mati terkena air hujan. Padahal ada file penting di dalam ponsel tersebut yang tak bisa ia dapatkan di manapun.Pada akhirnya, ia menyerah. Ponselnya tetap tidak mau menyala. Dengan bahu yang terasa berat, ia bersandar, memejamkan mata. Hatinya kembali tersayat oleh kata-kata tajam Laura."Kenapa dia begitu kejam padaku?" gumamnya."Siapa yang kamu maksud?" sahut Nick, sampai membuat Alexa langsung berbalik.Nick sudah berdiri di ambang pintu berjalan masuk sambil membawa dua gelas wine, "Minum ini untuk menghangatkan tubuhmu," ucapnya.Alexa menerima wine tersebut, meneguknya sedikit."Jadi, siapa yang kamu maksud begitu kejam padamu, apa itu aku atau para penjahat tadi?" tanya Nick sambil meneguk wine miliknya.Alexa menggeleng pelan, bibirnya menyunggingkan senyum miris. Ia tidak tau harus memulai jawaban dari mana. Yang Nick tau kalau Alexa begitu mempercayai Laura, tapi ternyata perempuan itu menganggapnya menji
Alexa terbangun di pagi hari, dan mendapati tempat tidur di sebelahnya sudah kosong."Sudah jam berapa sekarang?" gumamnya, mengucek mata dan merapikan rambutnya yang berantakan.Suara percikan air terdengar saat Alexa turun dari tangga. Tanpa diperintah, langkahnya menuju halaman belakang dan melihat kalau ternyata Nick sedang berenang. Alexa pikir, pria itu akan tetap berangkat kerja walaupun akhir pekan seperti ini."Rasanya aku ingin memasak sesuatu," batin Alexa, ia berbalik menuju dapur sambil mengikat rambut ala kadarnya.Untuk pertama kalinya Alexa menyiapkan makanan untuk Nick, semoga saja pria itu menyukai masakannya. Namun mendadak pergerakan tangan Alexa yang akan memasak berhenti, ia melihat ke arah pelayan yang sedang membersihkan meja."Permisi, aku ingin tau apa Nick punya alergi terhadap makan tertentu?" tanya Alexa memastikan.Pelayan menggeleng, "Tidak ada Nyonya, tapi Tuan tidak begitu menyukai olahan dari daging ayam.""Oh baiklah," padahal daging ayam adalah sala
Tugas pertama Alexa belum cukup untuk mematahkan rumor tentang Nick yang seorang gay. Berita tentang seksualitas Nick masih banyak beredar. Karena hal tersebut, Alexa menyarankan malam itu mereka pergi jalan-jalan di depan publik, memamerkan keharmonisan yang membuat orang lain bisa percaya kalau Nick itu normal."Ini cantik, aku ingin kamu mencobanya," kata Nick sambil meraih tangan Alexa dan menyematkan cincin ke salah satu jarinya. "Kamu suka?""Bagaimana kalau kita membeli cincin couple?" saran Alexa."Ide bagus," Nick setuju dan memanggil karyawan toko. "Apa ada cincin sepasang yang bisa dicoba? Kami ingin membelinya.""Tentu, mohon tunggu sebentar," kata karyawan toko.Nick menatap Alexa, "Kamu yakin cara seperti ini bisa ampuh?""Tak ada salahnya dicoba," jawab Alexa.Seorang pegawai tiba membawakan cincin yang Nick maksud, keduanya mencobanya, saat di rasa pas dan cocok, Nick tak segan untuk langsung membayar.Selepas itu, Alexa mengajak Nick ke beberapa tempat romantis. Kebe
"Ada apa?" tanya Nick.Alexa setengah mendongak menatap Nick, ia tidak bisa mengatakan secara jujur mengenai perasaannya. Bisa saja Nick akan langsung memutuskan kontrak dan mencari wanita lain untuk menjadi ibu dari anaknya nanti.Pada akhirnya Alexa menggeleng sambil memaksakan senyum di bibirnya. Menahan diri untuk tidak membuat Nick sadar akan perasaan yang Alexa miliki sekarang seperti apa bahwa ia tertarik pada sosok pria di depannya ini."Tidak ada, aku hanya berpikir bagaimana kalau kita cari makanan yang ada di dekat sini, sepertinya aku sedikit lapar."Nick mengangguk, pria itu mengulurkan tangan, "Ayo." ajaknya, dengan senang hati Alexa menerima tawaran Nick.Keduanya duduk di kursi sebuah kafe menunggu pesanan tiba, Nick menatap Alexa, "Aku ingin tau apa yang kamu kerjakan sebelum bertemu denganku?""Aku hanya seorang desainer grafis lepas, jadi pekerjaanku tidak tetap." jawabnya.Nick mengangguk singkat, "Bagaimana waktu itu kamu bisa ada di sana menggantikan Laura kalau m
Tengah malam saat Nick tidur, Alexa membuka ponselnya dan mulai berselancar di dunia maya, mencari tahu tentang kehamilan dan bagaimana mengatasi berbagai tantangan yang mungkin dihadapinya sebagai calon ibu. Artikel demi artikel ia baca, sesekali melirik ke arah Nick yang terlelap, memastikan pria itu tidak menyadari apa yang sedang ia lakukan."Astaga, kenapa aku merasa berat sekali menjadi seorang ibu?" batin Alexa, meringis saat membaca artikel tentang ibu hamil yang sampai harus dirawat di rumah sakit.Terlarut dalam pencariannya, Alexa tidak menyadari bahwa Nick terbangun karena cahaya layar ponselnya. "Apa yang kamu lakukan jam segini belum tidur?" tanya Nick dengan suara serak.Alexa berjingkat kaget, "Nick! Bukannya kamu tidur?" Ia cepat-cepat menyembunyikan ponselnya di belakang punggung, tapi gerakannya justru membuat Nick curiga."Jangan bilang kamu sedang selingkuh dariku.""A.apa maksudmu? Te.tentu saja tidak." jawabnya tergagap yang membuat Nick semakin curiga.Pria itu
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan