Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara.
"Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.
Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.
Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"
Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
<
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
[Laura: Alexa, ini darurat! Temui aku di dekat gudang pinggir pantai, segera!] Di sebuah kafe kecil, Alexa baru saja menyelesaikan proyek desainnya ketika ponselnya berdering, menampilkan pesan singkat dari sahabatnya yang membuat hatinya berdebar. “Apa?!” serunya, Alexa beranjak dari kursinya bergegas menuju alamat yang disebutkan Laura. Laura adalah sosok sahabat yang membantu kehidupan Alexa saat terpuruk ketika orang tuanya terlilit hutang. Awalnya, Alexa hanya merasa hutang budi dan materi kepada wanita itu, tetapi Laura masih saja begitu baik. Sejak saat itu, persahabatan Alexa dan Laura begitu erat, seolah tak ada yang mampu meruntuhkannya. Bahkan, Alexa akan mengorbankan apa saja agar sahabatnya bahagia. Alexa tahu bahwa Laura adalah wanita baik dan lembut. Jadi, darah Alexa hampir membeku ketika mengetahui sahabatnya berada dalam ancaman. Hatinya dipenuhi kecemasan yang tak terkendali. Tanpa berpikir panjang, Alexa mendatangi tempat itu. "Laura! Apa yang kau laku
Alexa menelan ludah. Selain ayahnya, Laura adalah satu-satunya orang yang ia sayangi. Ia tidak bisa membuat wanita lemah itu jatuh ke ancaman pria kasar ini. Terlebih, gosip mengatakan kalau Nick adalah seorang gay.‘Kalau Laura menikah dengan Nick, apa yang akan terjadi? Aku tidak bisa membayangkan wanita lemah itu disiksa pria kasar sepertinya….’"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Alexa pada akhirnya dengan kepala tertunduk, suaranya hampir berbisik."Kesepakatan sederhana.” Nick kembali menggeser surat perjanjian ke hadapan Alexa. “Kau cukup menjadi istriku sampai kau melahirkan seorang pewaris. Sebagai bayarannya, semua kebutuhanmu akan kupenuhi, dan anak buahku akan mencari Laura.” Alexa merasa terjebak. Di satu sisi, dia tidak ingin menikahi pria yang tidak dikenalnya, terlebih dia seorang gay. Di sisi lain, dia tidak bisa membiarkan ayahnya dan Laura dalam masalah. "Apa harus ada anak?" tanyanya dengan ragu.Nick malah tertawa sinis. “Aku tahu kau tidak bodoh,” katanya sa
Malam harinya setelah pesta selesai, Nick membawa Alexa ke mansion mewahnya yang ada di perbukitan.Nick membawanya ke sebuah kamar. Awalnya, Alexa menyangka kalau Nick hanya menunjukkannya, tetapi pria itu ternyata juga ikut masuk. Ia bahkan mengunci pintunya. “K-kenapa kau ikut masuk?!” pekik Alexa sambil memeluk badannya sendiri. Padahal dia masih memakai gaun pernikahannya dengan lengkap. “Ini kamarku,” jawab Nick santai sambil membuka dasi kupu-kupunya. “Kalau begitu, kenapa kau membawaku ke sini?!” tanya Alexa lagi. Nick mengangkat sebelah alisnya ketika melihat wajah panik Alexa. Beberapa detik kemudian, satu sudut bibirnya terangkat, membuat Alexa semakin beringsut mundur. “M-mau apa kau?” langkah Alexa semakin mundur, lalu tanpa sadar sudah terpojok di ujung kasur. Ia jatuh terduduk. “Entahlah.” Nick berdiri di depan Alexa. Tangan besarnya menyentuh dagu Alexa, memaksa wanita itu untuk mendongak. "Apa kita harus melakukannya sekarang?" Nick menunduk, hingga hembusan se
Alexa terbangun dengan perasaan campur aduk. Kamar tidur besar dan mewah tempatnya berada tidak memberikan kenyamanan seperti yang diharapkannya. Semalam, mereka memang tidur bersama di kasur. Alexa pura-pura tidur duluan setelah menghapus riasannya, dan dia beruntung karena Nick bukan tipe pria yang menyerang pasangannya ketika tidur.Atau mungkin, karena dia gay, jadi dia tidak tertarik dengan Alexa.Ceklek!Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan Nick masuk ke kamar dengan santai. Ia memakai kaus hitam yang mencetak jelas otot perut dan lengan atasnya."Selamat pagi, Nyonya Robert," katanya dengan senyum sinis.Alexa menatapnya tajam, tidak merasa senang dengan sapaan itu. Ia pun merapatkan selimut ke tubuhnya."Jangan panggil aku seperti itu. Aku masih Alexa, bukan properti milikmu," balasnya dingin.Nick tertawa kecil dan duduk di ujung tempat tidur. "Kau masih terlihat ketakutan. Tidurmu nyenyak?""Itu pertanyaan bodoh! Kau yang memaksaku berada di sini," kata Alexa dengan nada
Pagi itu diakhiri dengan Camila yang dipaksa pulang dengan bantuan pengawal dan pelayan. Nick juga tampak tak peduli, dan langsung pamit bekerja setelah itu. Alexa jadi bertanya-tanya bagaimana hubungan anak dan ibu itu.‘Benarkah mereka ibu dan anak kandung?’ tanya Alexa dalam hati.Saat hari semakin siang. Alexa merasa lebih tenang berada di rumah itu tanpa keberadaan Nick. Namun, ada satu masalah lagi yang muncul.Ia tidak mempunyai pakaian ganti.Satu-satunya pakaian yang ia punya hanyalah kaos hitam polos dan celana jeans, baju yang sama seperti ketika Nick ‘melamarnya’. Baju ini sempat di-laundry pada hari pernikahannya, dan seorang pelayan Nick baru menyerahkannya tadi pagi setelah sarapan.Saat keluar rumah, salah satu mobil mewah milik Nick sudah menunggu beserta supir yang akan mengantarkan Alexa bepergian. Alexa tertegun, baru menyadari kalau pria yang menjadi suaminya itu sangat kaya raya. Ia pun naik ke mobil itu tanpa banyak bicara. Dia hanya berharap suasana baru bisa s
Ini sudah keterlaluan! Alexa pun bangkit, dan langsung menampar pipi pegawai itu. Tanpa kartu pemberian Nick, ia memang hanya orang miskin, tapi bukan berarti dia pencuri. Alexa di sini adalah pelanggan, yang memiliki hak yang sama.“KAU!” Pegawai itu sudah melupakan bahasa formalnya. Dia pun mengangkat tangannya, siap membalas perlakuan Alexa, ketika sebuah suara berat menginterupsi."Sepertinya ada masalah di sini?"Mereka semua menoleh, dan setiap mata membulat. Termasuk Alexa. Wanita itu bahkan sampai menutup mulutnya.‘Kenapa Nick ada di sini?’ bingung Alexa dalam hati.Nick muncul dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, membuat para wanita penghina itu langsung terpaku."Tuan Robert, i-ini… k-kami hanya sedang menangkap seorang pencuri di toko," walaupun menjawab sambil gemetaran, tatapan pegawai itu masih merendahkan Alexa.“Aku tidak—”Alexa tidak melanjutkan kalimatnya, karena melihat Nick mengangkat tangan, menyuruhnya untuk berhenti berbicara. Jadi, apa pria ini juga aka
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan