"Biar aku jelaskan padamu agar kau paham Alexa," Nick tidak membiarkan Alexa lepas
Ia terus menaiki tangga menuju kamar pribadinya, kemudian membanting Alexa ke kasur lembut. Ia mengunci tubuh wanita itu di bawah kendalinya, seperti yang ia lakukan pada pria bernama Raymond.
"Kamu tidak bisa menggertakku seperti ini, Nick! Aku tau kamu punya kepribadian menyimpang, kau tidak akan tertarik dengan perempuan." ujar Alexa sambil berdecak, seolah meremehkan Nick.
Tidak seperti malam pertama mereka, kali ini Alexa terlihat lebih santai. Dia tidak perlu ketakutan karena Nick tidak akan benar-benar melakukan hal itu kepadanya.
Namun, sorot mata tajam Nick tidak menunjukkan demikian. Pria ini terlihat geram dengan mulut Alexa yang selalu menyebutnya gay. Tanpa membuang waktu, Nick mencium bibir Alexa tanpa memberikan wanita itu mengejeknya lagi.
Alexa membulatkan mata. Apa zaman sekarang, gay juga bernafsu dengan wanita? Bahkan sampai berani menciumnya sepanas ini?
Alexa memberontak, berusaha keras mendorong Nick sampai pria itu mundur.
Nick melepaskan ciumannya, dan menatap Alexa tajam, "Aku sudah menikahimu, dan kau masih meragukan diriku sebagai seorang gay?"
"Nyatanya memang begitu, kan?” Alexa balik bertanya dengan napas terengah. “Coba, apa yang terjadi kalau aku tidak datang? Apa kalian akan melakukannya di dalam ruang kerja?"
"Alexa!" bentak Nick.
Ia sekilas mendengus, kemudian beranjak dari posisinya. Ketika Alexa kira ejekannya berhasil membuat Nick pergi dan mengakui dirinya gay, tapi pria itu malah dengan cepat melepaskan jas kerja.
Ia melempar benda itu ke kursi dan mendekati Alexa kembali. Terlihat kalau saat ini Nick tampak menggertakkan rahangnya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku buktikan jika pria gay yang kamu maksud ini bisa membuatmu hamil?"
Spontan Alexa mendelik, "Kau tidak bisa memaksaku!"
"Lakukan apa pun sampai kau bisa melarangku untuk tidak melakukannya!" balas Nick dengan nada lebih tinggi.
"NICK, STOP!" Pekik Alexa.
Tapi Nick sudah menyerangnya lebih dulu dengan gerakan liar. Tangannya yang kokoh itu menekan kedua tangan Alexa di atas kepala agar tidak mendorongnya menjauh. Alexa yang tadinya bersikap biasa saja, menjadi waspada.
"Nick, cukup! Aku tidak bisa melakukannya!" protes Alexa ketika tangan Nick mulai menyusup ke bagian dalam baju Alexa..
Pria itu menatap wajah Alexa, "Aku adalah suamimu, wajar kalau aku memperlakukanmu sebagaimana mestinya seorang suami pada istrinya."
Alexa menggeleng, "Hentikan! Aku memang istrimu, tapi kau tidak bisa memaksaku!"
"Oh ya?" sahut Nick, bersamaan dengan itu Nick dengan mudahnya merobek baju yang Alexa gunakan.
"Nick!" Alexa memekik kaget, tapi sayangnya Nick sama sekali tidak peduli.
Kedua tangannya menyentuh setiap inci tubuh Alexa. Nick meninggalkan ciuman di sekujur tubuh Alexa, membuat gairah dalam tubuhnya mulai bangkit. Sepertinya, ini tidak akan berhenti begitu saja.
'Kalau Nick bukan gay, dia pasti tidak akan berhenti. Namun, jika sebaliknya, pria ini pasti hanya menggertakku karena mengetahui rahasianya,' pikir Alexa, mencoba meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
Kedua tangan Alexa pun tidak mampu mendorong Nick menjauh, pria ini nyaris melihat bagian tubuh Alexa tanpa busana. Ketika pria ini mulai memberikan ciuman basahnya di sekitar perut Alexa, tiba-tiba terdengar bunyi dering ponsel yang cukup keras.
“P-ponselmuhhh….” Alexa mencoba untuk mendorong Nick sekali lagi, tapi Nick mengabaikannya.
Ponsel itu terus berdering, sampai akhirnya Nick mengumpat geram, dan bangun dari tubuh Alexa. Ia meraih ponsel yang tergeletak di sebelah Alexa, dan sekilas wanita itu melihat nama 'Raymond' di layar utama.
"Oh, kekasihmu menelpon?" katanya dengan nada meledek sambil memperbaiki baju yang sudah berantakan.
Beruntungnya Alexa mengenakan tank top bra, sehingga kini ia tidak benar-benar telanjang bulat.
Nick menatap tajam ke arah Alexa. "Dia bukan kekasihku!”
Dengan senyum mengejek, Alexa memiringkan kepala sambil menaikkan alisnya. Keraguannya tentang Nick bukan seorang gay langsung terbukti saat Raymond menghubungi Nick.
"Jangan malu mengakuinya, anggap saja aku tidak melihat apa yang kalian lakukan sore tadi. Aku akan tutup mataku seperti ini," Alexa menutup wajahnya dengan telapak tangan, tapi beberapa jari direnggangkan sengaja menggoda Nick.
"Sialan!" umpat Nick lirih, ia berdecak sambil mengetikkan pesan dengan kasar.
Sementara Alexa terus menatap Nick dengan senyum meledeknya. "Apa kalian akan berkencan malam ini?" tanya Alexa.
Nick tidak lagi menanggapi ejekan Alexa. Pria itu hanya meliriknya sekilas, lalu kembali memasang wajah serius sambil mengetik. Sepertinya ada yang terjadi dengan kekasihnya itu.
“Pergilah, kalau dia membutuhkanmu,” ucap Alexa santai.
Kali ini, Nick langsung mendelik tajam, membuat Alexa refleks menegang. Wanita itu langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, khawatir Nick akan berbuat nekat sekarang.
"Kita lihat saja, sampai kapan kamu akan menganggapku gay saat aku bisa membuatmu memekik menikmati sentuhanku." Nick turun dari kasur sambil memakai kembali kemejanya.
“Aku pastikan, kamu akan tau kalau pria yang kamu kira gay ini bisa membuatmu mengandung anaknya." ucapnya rendah penuh ancaman.
"Aku khawatir kau justru tidak bisa melakukannya," sahut Alexa dengan berani, walaupun hatinya sedikit gemetar.
Alexa mencoba tetap tenang di hadapan Nick, tapi jelas ia merasakan ketegangan yang memancar dari setiap kata yang diucapkannya. Pria ini bukan hanya mengancam, tapi juga bersunggung-sungguh.
Sebelum pergi, Nick menatap Alexa, menegaskan kalau ia tidak bercanda, "Ingat ini, Alexa. Aku tidak akan main-main jika sudah menyangkut rencana kita."
Setelah kepergian Nick yang tiba-tiba itu, Alexa menghabiskan malam itu dengan tenang. Ia melakukan apa yang ia mau dengan sedikit lebih leluasa.Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sudah tiga jam sejak Nick pergi menerima panggilan dari Raymond."Mereka pasti sedang berkencan sekarang," pikir Alexa sambil menutup bibirnya, hampir tertawa. Namun, detik berikutnya, raut wajahnya tampak geli membayangkan Nick berpelukan dengan sesama pria. "Oh astaga, itu menggelikan!" Ia sudah hampir tertidur, ketika samar-samar mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Itu pasti Nick. Alexa tetap berpura-pura tidur, tidak mau Nick tahu kalau dirinya sudah terbangun.Langkah berat Nick mendekat. Alexa bisa mencium aroma alkohol yang cukup menyengat. "Lelaki itu mabuk?" batin Alexa. Ia membuka sedikit matanya dan melihat Nick melepaskan kemejanya. Pria itu duduk dengan kepala tertunduk."Apa yang terjadi padanya?" pikir Alexa. Namun, saat Nick menoleh, Alexa segera merapatkan matanya kembali.
"Nick, ada apa?" Alexa terkejut saat tiba-tiba Nick menariknya dengan cepat. Padahal ia baru saja berbincang dengan Raymond. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan Alexa berpikir kalau Nick mungkin cemburu karena Raymond berbicara dengannya. Apalagi tadi ia sempat melihat interaksi kecil dua sejoli itu.Alexa pasrah saat Nick menarik tangannya entah ke mana. Langkahnya terseok-seok saat mencoba mengikuti langkah Nick yang terburu-buru.Setelah mereka berada di dalam sebuah ruangan, Nick melepaskan pegangan tangannya dan menatap Alexa tajam."Kenapa kau menerima minuman dari orang yang tidak kau kenal!" katanya dengan suara keras.Alexa bingung dengan reaksi Nick. "Aku mengenalnya, dia Ray, kekasihmu kan?”Bukannya menjawab, Nick malah menghela napas panjang. Ia masih tampak sangat marah.“Kenapa kau marah? Aku tidak merebut Ray darimu, kami hanya bicara sebentar,” Alexa terus mengeluarkan pembelaan. “Apa kamu cemburu karena Raymond dekat denganku?"Nick mengumpat, "Bodoh! Kau ti
Alexa merasa panas di sekujur tubuh, pakaian yang tadinya menutupi tubuhnya kini hampir sepenuhnya terlepas. Nick membantunya menanggalkan sisa-sisa kain itu.Pikiran Alexa terasa kacau, hanya mampu merasakan sentuhan-sentuhan Nick yang membuatnya semakin tenggelam dalam hasrat yang tak tertahankan. Alexa bergerak liar di luar kendali, napasnya terengah-engah dan suhu tubuhnya semakin panas dengan gairah yang memuncak. "Nick, hentikan…. I-ini sangat tidak nyaman," ucapnya dengan suara terputus-putus.Nick hanya menatap dengan sorot mata teduhnya. "Sudah aku katakan, aku tidak akan berhenti. Kali ini, kamu benar-benar milikku, Alexa." Pria itu melepaskan pakaiannya, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang kokoh sebelum kembali mendekati Alexa."Aku akan membantumu, Alexa…." Pria itu lantas meninggalkan lebih banyak ciuman di seluruh tubuh Alexa, sembari angannya bergerak lembut di sepanjang paha Alexa. Ia menyentuh dengan keahlian yang membuat wanita ini memekik tertahan. Apalagi saa
Sepanjang perjalanan pulang, Alexa hanya bisa terdiam memikirkan kejadian semalam. Sekilas yang masih dapat ia ingat adalah sesuatu yang terjadi antara dirinya dan Nick karena minuman yang Raymond berikan. Tetapi setelah itu, ingatannya kabur.Di sampingnya, Nick sibuk bekerja dengan iPad, tampak tenggelam dalam dunianya sendiri. Alexa ragu untuk bertanya. Dan, meskipun ia berani bertanya, kemungkinan besar Nick tidak akan menjawab dengan jujur."Apa anak buahmu sudah menemukan Laura?" tanya Alexa, mengalihkan perhatian dari pertanyaan yang sebenarnya ingin ia ajukan.Nick menoleh sejenak, sebelum kembali menatap iPad-nya. "Belum," jawabnya singkat."Mengenai semalam apa kita sungguh—""Tuan, Nyonya. Kita sudah sampai," ucap supir memotong pembicaraan mereka."Baiklah, Alexa, sekarang kamu turun. Aku akan langsung pergi ke perusahaan. Kalau memang kamu butuh sesuatu, katakan pada kepala pelayan untuk menyiapkannya." Nick berkata panjang lebar tanpa menatap Alexa, itu membuat Alexa rag
Suasana makan malam terasa sangat hening, hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring. Alexa yang duduk di seberang meja sesekali melihat ke arah Nick. Sejak satu jam yang lalu setelah Nick tiba di rumah, pria itu tidak mengatakan sesuatu."Aku tidak melakukan hal yang salah kan?" batin Alexa bingung.Cukup lama ia menatap Nick sampai pria itu menyadarinya, "Ada yang ingin kamu tanyakan?" tanyanya sembari meneguk segelas air, menyudahi makannya."Mengenai semalam, apa kita...""Kamu lebih baik habiskan makananmu lebih dulu," sela Nick, "Kalau sudah selesai, kamu bisa menemuiku di ruang kerja."Pria itu pun berdiri meninggalkan Alexa.Alexa terdiam, menunduk melihat piring makannya masih menyisakan banyak makanan. Ia jadi tidak berselera, tapi perutnya juga masih lapar.Akhirnya, Alexa memutuskan untuk menyusul Nick. Ia juga membawa segelas jus buah karena tidak tau apa Nick menyukai teh atau kopi. Begitu pintu dibuka, ia melihat pria itu tengah bekerja di meja kerjanya.Gela
Alexa jadi panik kalau ia akan hamil dalam waktu dekat. Meskipun di dalam kontrak yang tertulis, ia memang diharuskan untuk melahirkan keturunan Nick. Tapi kenapa? Meski sudah tau kontrak tertulis demikian, hatinya tetap tidak tenang?Alexa berjalan ke sana-kemari. Ia juga khawatir dengan kondisi Laura sekarang. Sejak ia menikah dengan Nick, tak sekalipun Alexa mendengar kabar Laura. Nick juga tidak memberinya kepastian apa pun.Cklek!"Kamu belum tidur rupanya." ucap Nick melangkah masuk ke kamar.Alexa menoleh, "Nick, kamu berjanji untuk menemukan Laura. Bagaimana kemajuan atas pencarian yang sudah kamu lakukan? Apa Laura sudah berhasil ditemukan?"Nick malah mengeryitkah dahi dan lebih dulu naik ke kasur."Mengapa kamu begitu peduli dengan Laura?” tanya Nick sinis. “Kalau dia tidak pergi, dirimu tidak akan di sini dan terlibat pernikahan kontrak denganku. Bukankah kamu harusnya membencinya?"Alexa mendekat, menatap Nick dengan serius, Laura sangat berarti untukku. Jadi, temukan dia
Alexa mendorong Nick, hatinya kacau, jantung berdebar tidak karuan. Alexa belum menyadari bagaimana perasaannya terhadap pria di depannya ini, tapi saat Nick menciumnya kenapa ia tak bisa menolak dengan tegas?“Apa yang membuatmu diam? Ingin aku mengulanginya?”Alexa menggeleng, ia segera berdehem, membalikkan badan menuju tempat tidur tanpa melakukan apapun. Nick menyeringai sekilas, tapi ia juga tidak banyak bicara, Nick meraih ipad, duduk bersandar di tempat tidur saat Alexa juga berbaring di sana.Suasana menjadi hening. Walaupun mereka sering tidur di kasur yang sama setelah menikah, Alexa tetap merasa berdebar-debar. Apalagi raut wajah tegas Nick yang serius terlihat lebih mempesona.'Apa semua gay di luar sana adalah orang yang memiliki wajah tampan?' batin Alexa, ia tak segan menatap Nick terang-terangan dengan posisi berbaring miring."Sebaiknya kamu tidur, ini sudah tengah malam." tegur Nick tanpa mengalihkan pandangan dari layar."Tapi, aku penasaran. Mengapa kamu tidak per
Hari ini, saat Nick pergi ke kantor, Alexa merasa ada kebutuhan untuk menemui ayahnya. Sejak pernikahannya, tidak ada satu pun keluarga yang mengetahuinya. Ada ketakutan bahwa ayahnya akan marah jika mengetahui keadaan ini, terutama karena reputasi buruknya sebagai seorang yang mengerikan.Ketika Alexa membuka pintu rumahnya, aroma alkohol yang menyengat menusuk hidungnya dengan tidak menyenangkan."Ada orang di rumah?" desisnya, mengibaskan tangannya di depan hidung, mencoba mengusir aroma yang tidak sedap itu.Langkah Alexa terhenti, matanya terpaku pada ayahnya yang terbaring dalam keadaan mabuk. Botol-botol minuman berserakan di lantai dan meja. Inilah alasan kenapa Alexa sangat jarang menemui ayahnya yang pecandu alkohol sejak kekayaan mereka musnah.Dengan hati-hati, Alexa mulai membersihkan kekacauan. Setelah segalanya kembali tertata, dia membangunkan ayahnya."Ayah, mau sampai kapan kamu menghabiskan keseharianmu dengan cara seperti ini? Kekayaan kita sudah tiada, percuma men
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan