Sienna sedang dioleskan obat oleh dokter. Ketika mendengar ucapan Yasmin, jantungnya terasa hampir copot. Saat dia hendak bersuara, dokter malah tidak sengaja menyenggol bagian cedera di pipinya. Sienna pun merintih kesakitan.Ketika mendengar suara itu, emosi Yasmin semakin membara lagi.“Jacob, dalam waktu sepuluh menit, suruh anak buahmu angkut bocah itu pulang ke rumah. Hari ini, aku pasti akan memberi hukuman kepada bocah tengik itu!”Jacob berdiri di dengan jendela hotel. Jimmy memukul Penny? Mana mungkin?“Bibi, apa ada salah paham?”“Wajah Penny sudah bengkak. Aku bisa melihat jelas ada bekas tangan di wajahnya. Apa semua ini salah paham? Aku sungguh kecewa dengan anak itu.”Jimmy yang sedang berada di klub sedang berjoget ria di bawah suara musik yang memekakkan telinga. Entah kenapa seluruh bulu kuduk Jimmy jadi berdiri.Tatapan Jacob terlihat datar. Ditampar lagi?Saat ini akhirnya Sienna memiliki kesempatan untuk bersuara. Dia pun segera menjelaskan, “Bu Yasmin, bukan Jimmy
Tiana yang tidak kesampaian itu pun merasa marah.Di sini banyak orang yang lalu lalang. Melihat Sienna begitu jago dalam menyindir, Tiana sadar tidak ada gunanya untuk mempermalukan diri sendiri. Jadi, dia melihat orang di sampingnya, lalu mengalihkan topik pembicaraan.“Bukankah kamu ingin tahu siapa yang berhasil mengambil orderan Royal Estate? Nih, orangnya di sini. Tapi dia bisa mendapatkannya karena siasat liciknya.”Tadi Mike sudah mendengar percakapan kedua orang dengan sangat jelas. Dia dapat mencium bau api dari diri mereka berdua.“Ternyata pemenangnya wanita secantik ini.” Mike berinisiatif untuk menjulurkan tangannya dan tersenyum padanya. Dapat terlihat senyum sinis di wajahnya. “Hai, namaku Mike Hutama. Seharusnya kamu pernah mendengar namaku, ‘kan?”Sienna memang pernah mendengar namanya. Terkadang para desainer juga mesti berinteraksi dengan rekan di satu bidang. Sienna memang jarang berinteraksi langsung dengan desainer lain. Hanya saja, terkadang dia akan melihat has
Sienna berjalan ke aula tempat pameran karya seni. Dia berpakaian dengan sangat profesional. Ketika berbaur dengan pebisnis-pebisnis, keberadaan Sienna terlihat sangat menonjol. Dia mengamati sekeliling, lalu dia pun menemukan sasaran yang dicari-carinya, bos dari Perusahaan Trotec, Simon Jadmadi.“Pak Simon, maaf, aku datangnya terlambat.” Sienna berjalan menghampiri Simon, lalu berjabat tangan dengannya.Di samping Simon masih ada beberapa pemimpin universitas. Tahun ini, dia hendak mensponsori semua perangkat elektronik untuk pelajaran mikrokomputer di universitas. Selain itu, dia juga akan mensponsori seratus ribu unit pendingin ruangan.“Nona Penny, akhirnya kamu datang juga. Aku kira kamu melupakannya.”Sebelumnya Sienna pernah mendesain interior rumah Simon. Sejak saat itu, mereka berdua saling mengenal.“Mana mungkin aku berani melupakan undangan dari Pak Simon.”Sambil berbicara, Sienna berbalik menatap seorang wanita paruh baya yang berpakaian sangat rapi. “Bu Dosen, lama tid
Sienna menyipitkan matanya. Jujur saja, dia sudah melupakan masalah video itu.Menyadari Sienna tidak berbicara, Daisy pun mengira dirinya berhasil mengancamnya.“Pak Shawn sering menanyakan kabarmu dari aku.” Daisy menyeka air di wajahnya, lalu berkata dengan nada meremehkan, “Sekarang kamu hanyalah seorang desainer kecil. Menurutmu, kalau Pak Shawn tahu mengetahui keberadaanmu, apa dia bakal mencarimu? Bagaimanapun, dia merasa sangat menyesal karena nggak berhasil memilikimu. Dia sudah lama mendambakan dirimu.”Setelah ucapan itu dilontarkan, Sienna pun berkata, “Bukankah hanya sebuah video?”Tanpa menunggu balasan dari Daisy, Sienna langsung menjulurkan tangannya mendorong Daisy ke dalam bilik toilet.“Sienna! Apa yang ingin kamu lakukan?”Sienna tidak membalas, melainkan membuka tutup kloset, memasukkan kepala Daisy ke dalamnya. Tak lupa Sienna mengambil ponselnya untuk merekamnya. Kloset di universitas tidaklah sebersih kloset di rumah sakit yang akan selalu disterilkan. Daisy pun
Sienna menemani Simon untuk melihat lukisan. Simon pun semakin puas dengan pemaparan Sienna. Hari ini, dia mengundang Sienna juga demi memperluas relasi Sienna.“Apa kamu kenal dengan Pak Shawn dari Perusahaan Tritama? Putranya juga bekerja di bidang desain interior. Dengar-dengar dia juga cukup terkenal. Sepertinya umur kalian sebaya. Aku perkenalkan dia kepada kamu. Kelak kalian mungkin akan saling bertemu. Lagi pula, kalian juga banyak topik pembicaraan yang sama, ‘kan?”Baru saja Sienna hendak menolak, malah terdengar suara Simon, “Baru saja aku mengungkitnya, dia pun telah datang. Mike, ternyata kamu datang juga.”Sienna mengikuti arah pandang Simon, lalu tampak Mike yang sedang berjalan ke sisi mereka. Saat ini, raut wajah Mike tidak terlihat pucat lagi. Dia berjalan mendekat dengan tersenyum. “Paman, kenapa Paman nggak bilang kalau Paman bakal ke sini? Kalau aku tahu, aku pasti akan mendampingimu.”Mike melihat Sienna yang sedang berdiri di sebelah. Kedua matanya spontan berkila
Terlintas senyum arogan di wajah Sherly. Dia pun menatap Sienna dengan tatapan hina.Sienna merasa sangat lucu. “Sebagai seorang pemimpin, Bu Daisy malah tidak melakukan penyelidikan dan langsung mengusirku dari sini. Apa ini cara kalian mendidik mahasiswa di universitas? Hari ini kedatangan banyak pihak sponsor, apa Bu Daisy bisa menanggung akibatnya?”Raut wajah Daisy langsung terkaku. Jujur saja, memang ada banyak pihak sponsor yang datang dalam pameran hari ini. Seandainya masalah ini menjadi heboh, pasti akan berdampak buruk terhadap nama universitas.Hanya saja, Sherly yang berada di samping ini masih tidak berniat untuk mengampuninya. Dia mengangkat kepalanya dan berkata, “Pihak sponsor juga akan berpihak pada kebenaran. Mereka seharusnya tahu semua ini bukan salah universitas. Sudah seharusnya pihak universitas bersikap adil dan memberi contoh untuk mahasiswa. Sekarang gelangku dicuri sama kamu. Sudah sepantasnya pihak universitas menghukummu. Kamu nggak usah bawa-bawa nama spo
Raut wajah Dekan Universitas Seni Nasional terkaku. Dia membalikkan tubuhnya, memang terdapat seorang lelaki berwajah dingin berjarak beberapa meter di hadapannya.Kedatangan Jacob telah menarik perhatian banyak orang. Selain itu, ada Tania yang berdiri di samping Jacob. Dia sedang mengedip-ngedipkan matanya kepada Sienna.Tania merasa sangat panik ketika melihat Sienna dipersulit. Untung saja kakak sepupunya menghadiri acara pameran hari ini. Jika tidak, Tania juga bingung bagaimana menyelesaikan masalah ini.Sherly berasal dari Keluarga Tanzel dan tergolong tokoh hebat di universitas. Jadi, Sienna yang hanya merupakan desainer kecil itu pasti tidak sanggup untuk menghadapinya. Oleh sebab itu, Tania mencari bala bantuan.Saat ini, suasana di sekitar terasa sangat canggung. Pak Dekan juga bingung bagaimana untuk menjelaskannya. Namun, Sienna malah lanjut bertanya, “Kalau semua orang luar harus melakukan registrasi, itu berarti semua orang yang mengunjungi pameran ini harus melakukan re
Daisy juga sangat panik saat ini. Tadi Sherly pergi ke kamar mandi untuk menyelamatkan dirinya yang berantakan itu, bahkan mengantarnya ke ruangan kosong untuk mengganti pakaiannya.Tentu saja Daisy tahu bahwa Sherly menyukai Mike. Saat Daisy mengganti pakaiannya, Sherly sempat menceritakan bahwa dirinya bertemu dengan Mike, Simon dari Perusahaan Trotec, dan juga Sienna. Sherly juga mengungkit masalah dia tak sengaja ditabrak oleh Sienna.Daisy sungguh membenci Sienna. Ketika melihat gelang di pergelangan tangan Sherly, dia pun kepikiran ide baru.Setelah gelang disembunyikan, Sherly menyadari bahwa gelangnya menghilang. Jadi, Daisy pun sengaja berkata, “Jangan-jangan ketika kamu ditabrak tadi, orang itu telah mencuri gelangmu?”Mendengar ucapan Daisy, Sherly langsung kepikiran dengan Sienna. Itulah sebabnya dia langsung mencari Sienna.Saat ini, Sherly tidak merasa ada yang salah dengan perbuatannya. Dia pun semakin membenci Sienna. Jika bukan karena Sienna, apa mungkin dia akan diper
Di ruangan lain, Jacob kembali menyelinap ke dalam saluran ventilasi. Dia terus menjelajahi area itu, tetapi dia menyadari tempat itu hanya memiliki tiga titik yang tersambung tidak peduli seberapa keras pun dia mencarinya. Sharon selalu mengawasinya saat pagi hari, sehingga dia tidak masuk ke saluran ventilasi saat hari masih terang.Sekarang, Jacob kembali menjelajahi setiap area dan akhirnya menemukan Bukti. Kamar yang dihuni Bakti berada tepat di bawahnya, sepertinya Bakti juga menyamar sebagai salah satu pegawai tingkat bawah. Memang paling mudah untuk menyamar sebagai pegawai tingkat bawah di sini karena semuanya mengenakan pakaian pelindung yang tebal.Saat ini, Bakti sudah melepaskan pakaian pelindungnya. Meskipun tidak ada lubang yang tersambung di sana, dia bisa mendengar suara Jacob yang mengetuk bagian atas saluran ventilasi karena ada beberapa celah kecil. Dia pun mengangkat kepala dan melihat ke arah datangnya suara itu.Jacob bertanya, "Mana Arlo?"Jika bukan karena memi
Ed mengepalkan tangannya yang terkulai di samping dengan makin erat. Jika sesuai dengan pemikirannya yang sebelumnya, dia akan langsung menyetujui permintaan Mae. Pentingnya posisi ketua ini setara dengan kekayaan sebuah negara dan dia bisa bebas menggunakan obat-obat dari markas penelitian untuk mencapai tujuannya.Ini adalah ambisi yang selalu diinginkan Ed, tetapi sekarang dia malah ragu selama beberapa detik. Sepuluh detik kemudian, dia baru mengangkat kepalanya dengan lembut dan menatap Mae. "Guru, aku mengerti."Mae pun tersenyum. Dia tahu Ed adalah orang yang selalu tidak segan untuk melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Lagi pula, Hans ini hanya seorang kerabat saja. Keberadaan Hans juga tidak begitu penting, sama sekali tidak perlu dipikirkan.Dia mengangkat tangan dan menepuk bahu Ed. "Pergi lanjutkan pekerjaanmu."Ed berbalik, tetapi ekspresinya masih agak muram. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba tertuju pada Jacob.Namun, Jacob tidak menatap Ed, melainkan berjalan
Setelah memastikan beberapa titik yang terhubung dan perkiraan lokasinya, Jacob kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Saat membuka lemari, dia menemukan beberapa set pakaian pelindung yang baru di dalamnya. Dia langsung mengernyitkan alis dan secara refleks melihat ke sekeliling kamar.Saat tadi baru masuk ke kamar, Jacob tidak membuka lemari itu. Oleh karena itu, dia tidak tahu apakah pakaian itu memang sudah ada di dalam lemari sejak awal atau doktor wanita itu masuk ke kamarnya saat dia pergi. Meskipun pintu kamar terkunci dari dalam, wanita itu pasti memiliki kunci juga. Namun, dia tetap merebahkan diri di atas tempat tidur dan memejamkan mata untuk istirahat.Keesokan paginya, Jacob mengenakan pakaian dan kacamata pelindung sebelum keluar.Sharon sudah berdiri di depan meja penelitian dengan berbagai macam reagen di tangannya. Dia menyodorkan salah satu nampan dan berkata dengan nada yang datar, "Antarkan semua ini ke luar dan serahkan pada orang yang ada di de
Jacob mengalihkan pandangannya, lalu lanjut berjalan. Akhirnya, dia berhenti di aula yang terletak di bagian tengah.Jacob bisa melihat kondisi di aula itu dari beberapa celah. Sekelompok staf penelitian sedang mengurus berbagai data."Mana data fisik monster itu?""Bagaimana kondisi objek di kamar nomor 1? Apa perkembangbiakan hari ini berhasil?""Objek di kamar nomor 3 sudah mati. Suruh orang bereskan mayatnya."Bagi para staf penelitian, orang-orang yang dikurung bukan manusia, melainkan bahan eksperimen. Mereka melanjutkan pembahasan."Kulit objek di kamar nomor 5 sudah membusuk. Virus kali ini sangat berhasil. Selanjutnya, kita bisa menyebarkan virus ini.""Ah! Aku nggak tahan lagi! Biarkan aku mati! Aku nggak mau menggunakan manusia sebagai bahan eksperimen lagi! Tuhan, aku memang manusia berdosa! Aku pantas masuk neraka setelah mati!"Setelah itu, tidak terdengar suara lagi. Suasana di aula menjadi tegang. Kemudian, pintu terbuka. Seorang pria yang memakai seragam berjalan masuk
Jacob mengernyit. Suara pria ini sedikit familier, mirip Ethan. Namun, seharusnya dia bukan Ethan, melainkan saudara kembarnya.Apa mereka juga datang ke markas penelitian? Jacob tidak berlama-lama di tempat itu. Meskipun bisa mendengar suara, dia tidak bisa melihat situasi di dalam ruangan dengan jelas.Sebagian besar tempat tertutup rapat. Jacob hanya bisa melihat ke luar dari celah. Selain itu, dia tidak menemukan titik penghubung di tempat ini sehingga tidak ada jalan keluar. Dia hanya menemukan titik penghubung di kamar yang ditempatinya.Jacob terus berjalan. Akhirnya, dia menemukan titik penghubung lain yang bisa dibuka. Namun, Jacob tidak langsung membukanya. Dia melihat ke bawah.Jacob melihat kamar yang dikelilingi dinding kaca. Seorang pemuda yang berusia sekitar 18 tahun berbaring di lantai kamar itu.Rambut pemuda itu agak panjang sehingga menutupi sebagian wajahnya. Jacob tidak bisa melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Namun, Jacob bisa melihat kalung giok di lehernya.
Sharon mengabaikan sanjungan para staf dan menghampiri orang-orang yang terpilih. Beberapa orang ini sudah kehilangan kesadaran.Sharon sangat puas, lalu tatapannya tertuju pada Jacob. Staf bertanya, "Bu Sharon, ada masalah apa?"Sharon menunjuk Jacob dan menyahut, "Suruh dia ikut aku."Staf tampak dilema. Seharusnya, para staf tidak boleh berpindah ke area lain. Sharon bisa datang karena diberi kebebasan oleh petinggi. Sekarang, Sharon ingin membawa pergi seorang staf."Bagaimana?" tanya Sharon dengan aura yang mengintimidasi.Staf itu berkeringat dingin. Dia menunduk dan menjawab, "Oke. Ini permintaan Bu Sharon. Aku akan segera suruh orang ini ikut kamu."Sharon menegaskan, "Aku mau dia ikut aku sekarang."Staf tersebut tampak ragu-ragu. Akhirnya, dia tidak berbicara lagi. Tatapan Jacob menjadi dingin saat dia mengikuti Sharon. Sepertinya, jabatan Sharon di markas penelitian cukup tinggi.Jacob merasa mengikuti Sharon pergi ke area lain adalah kesempatan yang bagus. Mereka melewati b
"Ed, jangan marah," ucap Hans. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Hans hanya ingin menyenangkan hati Mae. Dengan begitu, Ed juga ikut senang.Apa Hans membuat masalah lagi? Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hans tiba-tiba panik, sepertinya dia akan dimasukkan ke dalam ruang penelitian lagi.Hans memanggil, "Ed ...."Ed merasa suara Hans sangat memusingkan. Dia menarik tangan Hans dengan ekspresi marah. Ed tidak pernah marah kepada Hans, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.Ed bertanya dengan ketus, "Kamu berhubungan intim dengannya? Apa yang kamu pikirkan?""Aku ... cuma mau kamu senang," jawab Hans."Kamu merasa aku akan senang?" tanya Ed.Hans tampak kebingungan. Dia terus bertanya-tanya apa Ed tidak senang? Ed tiba-tiba merasa malu. Ekspresinya tidak terlihat lembut lagi.Ed sudah tinggal di ibu kota selama bertahun-tahun. Dia pernah melihat dunia yang penuh dengan intrik. Ed sering menghadapi orang-orang yang licik, tetapi sekarang dia tidak mampu menghada
Ed bertanya, "Bu Mae, markas penelitian membutuhkan genius seperti Luna. Kenapa para petinggi mengizinkannya pergi?"Mae meminum teh, lalu menyahut dengan ekspresi bingung, "Sampai sekarang aku juga nggak paham kenapa Luna bisa pergi. Bahkan, Fredie juga nggak mampu bawa Luna keluar dari markas penelitian. Jadi, aku penasaran dengan Fredie."Mae menambahkan, "Jabatan Fredie di markas penelitian nggak terlalu tinggi. Dia bukan petinggi di sini. Jabatannya hampir setara denganku."Mae hanya termasuk anggota inti markas penelitian. Dia belum mencapai posisi petinggi. Mae tidak bisa membawa seseorang keluar, apalagi Fredie.Ed tidak bisa mencampuri masalah ini, tetapi dia mendengarkan ucapan Mae dengan serius. Mae memijat keningnya dan melanjutkan, "Sharon juga terus mencari masalah denganku. Kali ini, hanya dia yang menolak kamu diangkat menjadi ketua. Bahkan, dia meremehkanku waktu di telepon."Sharon sangat disukai para petinggi. Dia bisa bertindak sesuka hatinya di markas penelitian. S
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang