SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)
"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk!Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau berhianat, ya!" katanya lagi sambil menarik keras rambutku membuat aku meringis kesakitan."Bu, aku tidak tau semua itu dari siapa!" jawabku jujur di sela-sela isak tangis yang sedikit kutahan."Sepertinya pria itu kaya, lihat saja, semua barang-barang yang diberikan merupakan barang-barang branded yang harganya mungkin bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta," kata Kak Tania penasaran."Mungkin salah alamat, si moster mungkin memiliki nama yang sama dengan wanita yang seharusnya mendapatkan hadiah ini, lagi pula mustahil jika ada orang yang mengagumi Shanti, lihat saja dia," jawab Tiara sinis."Iya benar, aku setuju," jawab Andre membenarkan istrinya."Sudahlah, Bu, biarkan saja, toh kita juga yang untung bukan, semua ini bisa menjadi milik kita," kata Kak Tania.Ibu tersenyum beberapa saat sebelum akhirnya menatapku sinis."Pergi sana," katanya.****Hari H pernikahan Kak Tania semakin dekat, banyak kerabat ibu yang datang, baik kerabat dekat maupun kerabat jauh, sebenarnya tidak ada yang salah, toh rumah ini sangat benar, ibu tidak perlu susah-susah memikirkan tempat nginap para tamunya.Aku pikir di hari kebahagiaan Kak Tania, pendenritaanku sedikit berkurang, ternyata aku salah besar, aku semakin di pojokkan oleh semua saudara-saudara ibu.Ah, di tambah lagi, ternyata maksud ibu ingin aku membersihkan gudang adalah, dia ingin aku dan Mas Zain pindah kamar ke gudang.Ya, kamarku akan dipakai oleh saudara ibu yang menginap. Padahal masih ada kamar tamu, aku tidak tahu maksud ibu.Aku dan Mas Zain hanya mampu pasrah, aku benar-benar ingin pergi dari rumah bak neraka ini, tapi aku tidak bisa membayangkan nanti bagaimana nasib Mas Zain tanpa aku, ibu dan kak Tania akan bersikap seenaknya.Kadang aku sempat berpikir. Sebenarnya Mas Zain siapa di keluarga ini, mengapa ia tidak mendapatkan sedikit pun kasih sayang dari ibunya."Ups! Maaf!" Aku terjatuh saat ada seseorang yang menabrak tubuhku."Tidak apa-apa, Ra!" kataku sambil berusaha bangkit, akan tetapi saat hendak bangkit, tanganku yang menopang pada lantai untuk menahan tubuh tiba-tiba diinjak sangat kuat.Aku meringis kesakitan."Ah, aku tidak lihat," kata Clara lagi sambil pergi.Kulirik Mas Zain yang duduk di atas kursi rodanya mematap Clara tajam serta rahangnya yang mulai kokoh, aku menghampirinya."Tidak apa-apa, Mas!""Tidak ada orang yang boleh bahagia setelah memperlakukanmu seperti itu," tegas Mas Zain.Aku sedikit terkejut, ia berbicara begitu lancar, tanpa terbata-bata sedikit pun, berbeda dari biasanya."Mas!""Lihat saja," katanya penuh amarah.***Aku merasakan ada belaian lembut di pipi serta beberapa kali kecupa hangat, kemudian aku juga merasakan ada tangan seseorang yang bermain-main di kepalaku, seperti sedang membelai rambutku pelan.Aku benar-banar ngantuk, itu sebabnya aku mengabaikan itu."Kamu akan bahagia sampai-sampai tidak akan mengingat penderitaan itu, aku berjanji." Setelah mendengar kata-kata itu, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi, lelah bekerja seharian membuat aku begitu lelah dan mengantuk.****"Di luar ada polisi, di luar ada polisi." Semua orang heboh, bibi Ajeng berlari ke luar rumah begitu pun dengan yang lain.Semua orang panik tak terkecuali.Karena penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk melihat apa yang terjadi.Ya, aku berjalan mendekati pintu sambil mendorong kursi roda Mas Zain, aku tidak bisa meninggalkannya sendiri."Clara?!" Semua orang berteriak nama Clara."Apa yang aku lakukan Pak? Hingga aku ditangkap?" tanya Clara bingung."Anda telah melakukan penganiayaan terhadap saudara Shanti Aurora," jawaban pria berpakaian seragam itu membuat semua orang terkejut termasuk aku. Beberapa saat kemudian semua orang menatapku benci."Aku tidak merasa melaporkan kejadian kemarin, lalu siapa yang melakukannya?" batinku."Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Bersambung ...SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (6)"Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa semakin hari, semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini.Seolah-olah mengarti dengan tatapanku, akhirnya Mas Zain mengeluarkan suara."Bukan aku!" katanya. Mendengar jawaban Mas Zain, akhirnya aku memilih percaya saja walau sedikit ragu.Apa salah jika aku curiga? Di mulai dari kiriman makanan mewah yang entah dari siapa, ponsel yang aku temui kemarin dan sekarang benda itu telah lenyap entah kemana, dan kiriman barang-barang mewah serta kejadian sekarang. Kurasa polisi tidak akan tahu kejadian kemarin jika tidak ada orang yang melaporkan."Pak! Aku bisa jelaskan! Kemarin aku tidak sengaja," kata Clara mencoba membela dirinya.Sebenarnya aku tahu sengaja atau tidaknya dia, ya pasalnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari saudara-saudara ibu, jelas mereka sengaja, karena mereka tidak suka pad
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (7)"Apa benar kau lumpuh, Mas?"Entah mengapa, satu pertanyaan itu refleks keluar dari mulutku, ah, jujur aku tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.Pria itu cukup lama diam sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, melihat hal tersebut aku sudah tidak enak sendiri. Akhirnya kualihkan suasana yang sedikit canggung dengan suara dehamanku."Maaf, Mas! Aku tidak bermaks ...""Shanti!" Panggilnya lembut di tengah-tengah aku yang sedang berbicara, alhasil ucapanku terputus. Di tatapnya lekat mataku sembil menarik napas panjang."Maafkan Saya!" Dua kata yang keluar dari mulutnya membuat aku sontak langsung menggelengkan kepalaku pelan. Aku tahu bahwa dia merasa tidak enak, aku tau dia tersinggung dikarenakan pertanyaanku tadi."Mas, kamu tidak salah," jawabku."Bukan itu.""Lalu?" Aku bertanya sambil menatapnya bingung."Sebenarnya saya ingin jujur padamu bahwa sebenaranya saya ....""Heh! Enak saja santai-santai di sini," suara s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA"Dasar beban, kau hanya menyusahkan kami, baik kau mat* saja." "Iya tuh, kerjaanya cuma makan, tidur, berak! Apa kamu ga capek Shanti? Kalau aku jadi Kamu udah cari laki lain.""Mana bisa dia cari laki-laki lain, toh udah cinta mati, ha ha ha.""Ah, emangnya kalau cari lain pun, ada yang mau sama si Shanti yang buruk rupa? Liat noh wajahnya! Busuk, ha ha ha!" Aku hanya mampu diam sambil menggigit bibir bawah menahan diri untuk tidak menangis tatkala mendengar ejekan ibu mertua dan iparku yang saling sahut-sahutan.Sedangkan Mas Zain, hanya mampu duduk diam tidak berkutik di atas kursi rodanya. Bisa kulihat tatapan iba yang terpancar dari mata pria tampan itu. Aku tersenyum pelan, berusaha menyakinkan dirinya bahwa aku baik-baik saja, aku tidak ingin dia sedih melihatku."Pakek senyum-senyum segala, mending kamu ke dapur, nyuci semua bajuku, ingat, ya! Nggak boleh pakek mesin, terus setelah itu masak, setelah masak nyuci mobil aku sampa
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (2)"Cepat mati, agar tidak ada lagi beban. Setelah kau mati aku akan mudah mengusir istrimu yang jelek itu."Berulang kali aku beristigfar sambil menggelengkan kepala pelan, menurutku mereka sudah keterlaluan, namun apa boleh buat, aku bagaikan butiran debu yang kehadiranku saja sering tidak dianggap.Dua tahun yang lalu aku menikah dengan Mas Zain karena kesalah pahaman yang terjadi di antara kami, ah, aku tidak ingin mengingatnya.Saat itu, aku hanya mampu pasrah, dinikahkan dengan pria yang memiliki wajah lumayan tampan namun lumpuh. Dari awal menikah hingga sekarang, tidak ada yang berubah, aku tersiksa di sini, namun aku tidak bisa melakukan apa pun, di satu sisi aku ingin pergi meninggalkan Mas Zain, namun di sisi lain aku sudah mulai menerima dan mencintainya.Aku sering mengeluh, namun aku sadar, inilah hidup, kau tidak akan pernah dihargai selama kau tidak cantik dan kaya. Aku benar-benar merasakan ketidak adilan itu.Bisakan s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (7)"Apa benar kau lumpuh, Mas?"Entah mengapa, satu pertanyaan itu refleks keluar dari mulutku, ah, jujur aku tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.Pria itu cukup lama diam sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, melihat hal tersebut aku sudah tidak enak sendiri. Akhirnya kualihkan suasana yang sedikit canggung dengan suara dehamanku."Maaf, Mas! Aku tidak bermaks ...""Shanti!" Panggilnya lembut di tengah-tengah aku yang sedang berbicara, alhasil ucapanku terputus. Di tatapnya lekat mataku sembil menarik napas panjang."Maafkan Saya!" Dua kata yang keluar dari mulutnya membuat aku sontak langsung menggelengkan kepalaku pelan. Aku tahu bahwa dia merasa tidak enak, aku tau dia tersinggung dikarenakan pertanyaanku tadi."Mas, kamu tidak salah," jawabku."Bukan itu.""Lalu?" Aku bertanya sambil menatapnya bingung."Sebenarnya saya ingin jujur padamu bahwa sebenaranya saya ....""Heh! Enak saja santai-santai di sini," suara s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (6)"Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa semakin hari, semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini.Seolah-olah mengarti dengan tatapanku, akhirnya Mas Zain mengeluarkan suara."Bukan aku!" katanya. Mendengar jawaban Mas Zain, akhirnya aku memilih percaya saja walau sedikit ragu.Apa salah jika aku curiga? Di mulai dari kiriman makanan mewah yang entah dari siapa, ponsel yang aku temui kemarin dan sekarang benda itu telah lenyap entah kemana, dan kiriman barang-barang mewah serta kejadian sekarang. Kurasa polisi tidak akan tahu kejadian kemarin jika tidak ada orang yang melaporkan."Pak! Aku bisa jelaskan! Kemarin aku tidak sengaja," kata Clara mencoba membela dirinya.Sebenarnya aku tahu sengaja atau tidaknya dia, ya pasalnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari saudara-saudara ibu, jelas mereka sengaja, karena mereka tidak suka pad
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk! Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (4)"Sampai kapan kamu menyembunyikan rahasia ini Zain?"Pesan itu dikirim oleh seseorang yang aku pun tidak tahu siapa itu, pasalnya tidak ada nama yang tertera di sana."Mas, ini ponsel milik siapa?" Aku bertanya sambil melayangkan tatapan instens.Pria itu tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan mataku dengan menatapku sedikit bingung."Mas, jawab!" tegasku. Aku tau suamiku mulai merasa risih."Aku tidak tahu," jawabnya pelan namun penuh penekaan seolah-olah tidak ingin aku bertanya lagi.Sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, akan tetapi aku memilih diam saja. Mas Zain bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan aku sangat jarang mendengar suaranya. Ia juga merupakan pribadi yang sedikit dingin dan misterius.Kuletakkan kembali ponsel itu di bawah tempat tidur, sebenarnya ini milik siapa? Mengapa seseorang pemilik pesan itu menyebut nama suamiku padahal jelas suamiku lumpuh. Jangankan untuk me
SUAMIKU TERNYATA PURA-PURA LUMPUH (3)"Siapa yang ngasih makanan ini?" Kak Tania menarik paksa beberapa menu yang sedang kusantap di atas meja tanpa berpikir panjang membuat aku sedikit terkejut.Ia melempar makanan-makanan mahal itu keluar rumah. Aku hanya diam, tidak mampu mengeruarkan sepatah kata pun, hanya menatap makanan tidak berdosa itu penuh iba."Siapa yang memberimu semua ini? Hah?" Wanita itu membentakku dengan nada suara yang naik satu oktaf."Aku juga tidak tahu? Tadi ada orang yang ngirim," jawabku seadanya. "Halah, bilang aja kamu nyuri uangku kan?" Mataku sontak membulat, apa Maksudnya? Aku memang miskin, tapi otakku tidak semiskin itu, aku masih punya harga diri dan aku juga tau yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana yang tidak!"Aku berani bersumpah, aku tidak tahu makanan ini dari siapa dan kenapa?" Berusaha dengan keras untuk membela diri namun Kak Tania seakan tidak percaya."Ingat, ya, apa pun kiriman ke rumah ini, jangan ambil seenaknya, itu semua milik