SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (4)
"Sampai kapan kamu menyembunyikan rahasia ini Zain?"Pesan itu dikirim oleh seseorang yang aku pun tidak tahu siapa itu, pasalnya tidak ada nama yang tertera di sana."Mas, ini ponsel milik siapa?" Aku bertanya sambil melayangkan tatapan instens.Pria itu tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan mataku dengan menatapku sedikit bingung."Mas, jawab!" tegasku. Aku tau suamiku mulai merasa risih."Aku tidak tahu," jawabnya pelan namun penuh penekaan seolah-olah tidak ingin aku bertanya lagi.Sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, akan tetapi aku memilih diam saja. Mas Zain bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan aku sangat jarang mendengar suaranya. Ia juga merupakan pribadi yang sedikit dingin dan misterius.Kuletakkan kembali ponsel itu di bawah tempat tidur, sebenarnya ini milik siapa? Mengapa seseorang pemilik pesan itu menyebut nama suamiku padahal jelas suamiku lumpuh. Jangankan untuk memainkan ponsel secara lihai, untuk menggerakkan jemarinya saja dia kesulitan."Heh! Shanti, sini keluar! Sedang apa kau di dalam sana," suara teriakkan ibu memecahkan lamunanku. Kutatap Mas Zain sebentar sebelum akhirnya keluar dan memenuhi panggilan ibu mertuaku itu.***"Buk, aku penasaran dengan Boss di peruhasaan tempat temanku bekerja.""Memangnya kenapa?""Tidak mengapa! Aku penasaran saja," kata Kak Tania.Wanita itu menyeruput coklat panas yang berada dalam gelasnya kemudian kembali memainkan ponselnya."Wow! Ternyata dia sudah menikah, sepertinya pria ini begitu mencintai istrinya, lihat saja di setiap postingannya, ia selalu memuji wanita itu, kira-kira siapa ya wanita beruntung yang menjadi istri pria ini?"Jujur aku penasaran dengan seseorang yang dibicarakan Kak Tania akan tetapi aku mencoba untuk mengabaikan semua itu.Saat sedang asik mengepel, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di luar sana."Hei wanita buruk, sana lihat siapa yang datang?" kata ibu membuat aku mengangguk pasrah.Aku berjalan dengan tergesa-gesa kemudian mengenggam gagang pintu dan memutarnya. Hal yang aku lakukan tadi akhirnya berhasil membuat pintu terbuka sempurna dan memperlihatkan seseorang.Seorang wanita cantik yang sangat aku kenali.Tiara— adik sepupu Mas Zain dan Kak Tania.Wanita itu menatapku sedikit aneh, seperti biasa ia akan melayangkan tatapan sedemikian rupa padaku dengan gerak tubuh yang sedikit menjauh seperti sedang merasa jijik."Kau tau mengapa hari ini aku merasa nasibku buruk?" tanya Tiara dengan tatapan merendahkan.Aku menggelengkan kepala pertanda tidak tau dengan jawaban dari pertanyaanya tadi."Aku menyebut hariku buruk saat mataku melihat wajahmu yang menjijikan itu," katanya sambil menunjuki wajah ini yang memang di sana terdapat bekas luka bakar yang sudah kering namun tidak pernah hilang.Aku memaksakan untuk tersenyum walau pun sebenarnya aku tersinggung. Aku sudah terbiasa dengan tutur bahasanya yang selalu menyakiti hatiku."Maaf!""Maaf! Maaf! Lain kali jika aku datang, suruh kak Tania saja yang buka pintu atau bibi, jangan kau! Aku jijik melihatmu," sahut Tiara sambil melenggang masuk ke dalam.Saat hendak menutup pintu tiba-tiba aku melihat ternyata Tiara datang ke sini tidak sendiri akan tetapi bersama ibu dan suaminya yang tidak kalah julid darinya."Bagaimana kabarmu hari ini moster jelek?" tanya Andre—suami dari Tiara.Aku hanya diam, tidak menjawab sepatah katapun, dia sudah biasa mengejekku. Jadi aku tidak perlu ambil hati.Karena tidak kunjung mendapati responku, Andre akhirnya memilih masuk dan melewatiku begitu juga dengan Bibi Ajeng yang keliatan tidak suka padaku.Sebenanya mereka tinggal di luar kota, aku tidak tahu apa maksud mereka datang ke mari.Setelah memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa lagi di luar, aku memutuskan untuk menutup pintu dan berniat melanjutkan kembali pekerjaanku.Hari ini aku benar-benar sibuk, ibu menyuruhku untuk membersihkan seluruh rumah termasuk gudang dan halaman belakang, aku tidak tahu mengapa ibu tiba-tiba menyuruhku untuk melakukan semua itu. Yang jelas hari ini aku benar-benar lelah, bahkan aku seharian tidak masuk ke kamar untuk melihat Mas Zain.Ah, berbicara tentang pria itu aku baru menyadari sesuatu, aku belum menyuapinya makan hari ini, sontak kulempar asal sapu di tangaku kemudian berlari ke dalam rumah, mengambil sedikit nasi dan lauk kemudian masuk ke dalam kamar.Saat hendak membuka pintu, tidak sengaja aku mendengar suara dari dalam kamarku, jelas rasa penasaran begitu mendominasiku hingga buru-buru ku putar knop pada pintu itu.Aku terkejut, bukan karena melihat sesuatu yang aneh, akan tetapi saat melihat tidak ada apa pun di sana, terlihat juga Mas Zain yang nampaknya sedang tidur, lalu suara apa tadi?"Ah, lupakan saja! Mungkin perasaanku saja." Aku membatin."Mas, makan dulu," kataku membuat matanya terbuka.Aku menghampirinya dan duduk di samping pria itu."Maaf ya, aku melupakanmu hari ini, aku begitu lelah, banyak pekerjaan hari ini," kataku sambil menghela napas panjang. Penampilanku benar-benar lusuh, bahkan rambutku saja sudah berantahkan.Aku mengambil bubur dan menyuapi Mas Zain, namun pergerakanku terhenti saat menyadari bahwa dia sedang menatapku begitu dalam.Seperti ada penyesalan dan rasa bersalah yang terpancar dari matanya."Maaf, Sayang!" katanya membuat mataku membulat.Aku tidak peduli jika orang-orang berkata bahwa aku lebai, aku tidak bisa memungkiri perubahan pipiku yang mungkin sudah merah padam menahan malu.Ini adalah kali pertama Mas Zain memanggilku sayang dan berbicara begitu lembut padaku.Aku berdeham canggung, berusaha untuk menghangatkan suasana yang hening.****"Pesta pernikahan Tania akan digelar lima hari lagi, kita harus mempersiapkan segalanya," aku terkejut mendengar ucapan ibu, tenyata Kak Tania akan menikah, namun aku tidak tahu apa pun. Ah, sudahlah, untuk apa aku tersinggung, toh aku kan hanya butiran debu.Suara ketukan pintu membuat semua orang yang berada di ruang keluarga terdiam."Biar aja saya yang buka," kata Tiara padaku saat menyadari aku yang hendak beranjak.Aku mengngguk pelan.Tiara mulai pergi dengan sedikit berlari. Belum 10 detik setelah kepergian tiara, tiba-tiba teriakan keras wanita itu membuat kami semua terkejut dan menyusulnya kedepan."Ada apa?" tanya ibu sambil menatap bingung."Begini Buk, saya kesini untuk mengantar sesuatu untuk Mbak Shanti Aurora."Aku terkejut saat namaku di sebut."Bi, lihat ini perhiasan dan baju-baju dari brand ternama." Kata Tiara."Semua ini merupakan kiriman dari Atasan saya untuk Mbak Shanti." Jawab pria itu."Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Bersmabung ....SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk! Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (6)"Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa semakin hari, semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini.Seolah-olah mengarti dengan tatapanku, akhirnya Mas Zain mengeluarkan suara."Bukan aku!" katanya. Mendengar jawaban Mas Zain, akhirnya aku memilih percaya saja walau sedikit ragu.Apa salah jika aku curiga? Di mulai dari kiriman makanan mewah yang entah dari siapa, ponsel yang aku temui kemarin dan sekarang benda itu telah lenyap entah kemana, dan kiriman barang-barang mewah serta kejadian sekarang. Kurasa polisi tidak akan tahu kejadian kemarin jika tidak ada orang yang melaporkan."Pak! Aku bisa jelaskan! Kemarin aku tidak sengaja," kata Clara mencoba membela dirinya.Sebenarnya aku tahu sengaja atau tidaknya dia, ya pasalnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari saudara-saudara ibu, jelas mereka sengaja, karena mereka tidak suka pad
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (7)"Apa benar kau lumpuh, Mas?"Entah mengapa, satu pertanyaan itu refleks keluar dari mulutku, ah, jujur aku tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.Pria itu cukup lama diam sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, melihat hal tersebut aku sudah tidak enak sendiri. Akhirnya kualihkan suasana yang sedikit canggung dengan suara dehamanku."Maaf, Mas! Aku tidak bermaks ...""Shanti!" Panggilnya lembut di tengah-tengah aku yang sedang berbicara, alhasil ucapanku terputus. Di tatapnya lekat mataku sembil menarik napas panjang."Maafkan Saya!" Dua kata yang keluar dari mulutnya membuat aku sontak langsung menggelengkan kepalaku pelan. Aku tahu bahwa dia merasa tidak enak, aku tau dia tersinggung dikarenakan pertanyaanku tadi."Mas, kamu tidak salah," jawabku."Bukan itu.""Lalu?" Aku bertanya sambil menatapnya bingung."Sebenarnya saya ingin jujur padamu bahwa sebenaranya saya ....""Heh! Enak saja santai-santai di sini," suara s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA"Dasar beban, kau hanya menyusahkan kami, baik kau mat* saja." "Iya tuh, kerjaanya cuma makan, tidur, berak! Apa kamu ga capek Shanti? Kalau aku jadi Kamu udah cari laki lain.""Mana bisa dia cari laki-laki lain, toh udah cinta mati, ha ha ha.""Ah, emangnya kalau cari lain pun, ada yang mau sama si Shanti yang buruk rupa? Liat noh wajahnya! Busuk, ha ha ha!" Aku hanya mampu diam sambil menggigit bibir bawah menahan diri untuk tidak menangis tatkala mendengar ejekan ibu mertua dan iparku yang saling sahut-sahutan.Sedangkan Mas Zain, hanya mampu duduk diam tidak berkutik di atas kursi rodanya. Bisa kulihat tatapan iba yang terpancar dari mata pria tampan itu. Aku tersenyum pelan, berusaha menyakinkan dirinya bahwa aku baik-baik saja, aku tidak ingin dia sedih melihatku."Pakek senyum-senyum segala, mending kamu ke dapur, nyuci semua bajuku, ingat, ya! Nggak boleh pakek mesin, terus setelah itu masak, setelah masak nyuci mobil aku sampa
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (7)"Apa benar kau lumpuh, Mas?"Entah mengapa, satu pertanyaan itu refleks keluar dari mulutku, ah, jujur aku tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.Pria itu cukup lama diam sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, melihat hal tersebut aku sudah tidak enak sendiri. Akhirnya kualihkan suasana yang sedikit canggung dengan suara dehamanku."Maaf, Mas! Aku tidak bermaks ...""Shanti!" Panggilnya lembut di tengah-tengah aku yang sedang berbicara, alhasil ucapanku terputus. Di tatapnya lekat mataku sembil menarik napas panjang."Maafkan Saya!" Dua kata yang keluar dari mulutnya membuat aku sontak langsung menggelengkan kepalaku pelan. Aku tahu bahwa dia merasa tidak enak, aku tau dia tersinggung dikarenakan pertanyaanku tadi."Mas, kamu tidak salah," jawabku."Bukan itu.""Lalu?" Aku bertanya sambil menatapnya bingung."Sebenarnya saya ingin jujur padamu bahwa sebenaranya saya ....""Heh! Enak saja santai-santai di sini," suara s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (6)"Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa semakin hari, semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini.Seolah-olah mengarti dengan tatapanku, akhirnya Mas Zain mengeluarkan suara."Bukan aku!" katanya. Mendengar jawaban Mas Zain, akhirnya aku memilih percaya saja walau sedikit ragu.Apa salah jika aku curiga? Di mulai dari kiriman makanan mewah yang entah dari siapa, ponsel yang aku temui kemarin dan sekarang benda itu telah lenyap entah kemana, dan kiriman barang-barang mewah serta kejadian sekarang. Kurasa polisi tidak akan tahu kejadian kemarin jika tidak ada orang yang melaporkan."Pak! Aku bisa jelaskan! Kemarin aku tidak sengaja," kata Clara mencoba membela dirinya.Sebenarnya aku tahu sengaja atau tidaknya dia, ya pasalnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari saudara-saudara ibu, jelas mereka sengaja, karena mereka tidak suka pad
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk! Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (4)"Sampai kapan kamu menyembunyikan rahasia ini Zain?"Pesan itu dikirim oleh seseorang yang aku pun tidak tahu siapa itu, pasalnya tidak ada nama yang tertera di sana."Mas, ini ponsel milik siapa?" Aku bertanya sambil melayangkan tatapan instens.Pria itu tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan mataku dengan menatapku sedikit bingung."Mas, jawab!" tegasku. Aku tau suamiku mulai merasa risih."Aku tidak tahu," jawabnya pelan namun penuh penekaan seolah-olah tidak ingin aku bertanya lagi.Sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, akan tetapi aku memilih diam saja. Mas Zain bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan aku sangat jarang mendengar suaranya. Ia juga merupakan pribadi yang sedikit dingin dan misterius.Kuletakkan kembali ponsel itu di bawah tempat tidur, sebenarnya ini milik siapa? Mengapa seseorang pemilik pesan itu menyebut nama suamiku padahal jelas suamiku lumpuh. Jangankan untuk me
SUAMIKU TERNYATA PURA-PURA LUMPUH (3)"Siapa yang ngasih makanan ini?" Kak Tania menarik paksa beberapa menu yang sedang kusantap di atas meja tanpa berpikir panjang membuat aku sedikit terkejut.Ia melempar makanan-makanan mahal itu keluar rumah. Aku hanya diam, tidak mampu mengeruarkan sepatah kata pun, hanya menatap makanan tidak berdosa itu penuh iba."Siapa yang memberimu semua ini? Hah?" Wanita itu membentakku dengan nada suara yang naik satu oktaf."Aku juga tidak tahu? Tadi ada orang yang ngirim," jawabku seadanya. "Halah, bilang aja kamu nyuri uangku kan?" Mataku sontak membulat, apa Maksudnya? Aku memang miskin, tapi otakku tidak semiskin itu, aku masih punya harga diri dan aku juga tau yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana yang tidak!"Aku berani bersumpah, aku tidak tahu makanan ini dari siapa dan kenapa?" Berusaha dengan keras untuk membela diri namun Kak Tania seakan tidak percaya."Ingat, ya, apa pun kiriman ke rumah ini, jangan ambil seenaknya, itu semua milik