SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)
"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu sudah dibebaskan. Dia menatapku sinis dan langkahnya perlahan semakin menajam, wanita itu mendekatiku."Lo kan yang laporin gue?" Clara bertanya setengah menuduh membuat aku sontak menggelengkan kepalaku cepat."Tidak! Bukan aku Ra ...""Halah ngaku aja lo, kalau bukan lo terus siapa lagi. Laki lo yang lumpuh dan menyusahkan itu?""Aku berani bersumpah bukan aku.""Gue ga peduli sumpah dusta lo, liat aja nanti kalau hal yang sama terulang kembali."Setelah mengatakan hal tersebut Clara langsung pergi meninggalkan aku yang masih mematung di tempatku.***Sejak tadi ibu sibuk memasak di dapur, aku hanya memperhatikan gerak-geriknya dari jauh dikarenakan ibu tidak ingin aku membantunya.Aneh sekali bukan, biasanya ibu begitu senang memerintah, bahkan selama ini dia tidak pernah menyentuh satu pun benda-benda masak. Hei, lalu apa yang terjadi dengannya hari ini.Padahal hari ini merupakan hari H acara pernikahan Kak Tania. Ya walau pun akad sudah terlaksana sepuluh menit yang lalu, akan tetapi seharunya ibu di depan menyambut tamu-tamunya yang jumlah mencapai ribuan orang."Ibu sedang apa? Bukankah di depan banyak makanan?" tanyaku. Akhirnya aku memberianikan diri untuk bertanya."Kau tidak perlu tahu, sana jauh-jauh! Sebaiknya kau kedepan patau makanan jangan sampai tamu-tamuku kehabisan makanan!" kata ibu sedangkan aku hanya mengangguk pasrah.Jika kalian berpikir pakaianku hari ini bersih dan mewah khas pakaian orang-orang selayaknya saat menghadiri pesta pernikahan. Maka kutegaskan kalian salah besar.Aku hanya memakai baju lamaku yang umurnya mungkin sudah sekitar tiga tahun, bahkan warna bajuku saja sudah sangat pudar, dengan rambut yang kusanggul dan kini mulai berantahkan.Jika ada penampilan yang bisa disamakan denganku maka itu adalah penampilan pembantu.Padahal ini juga rumahku, tapi aku merasa asing di sini, di tambah lagi semua kerabat ibu yang bersikap seolah-olah menguasai rumah, aku benar-benar tidak nyaman."Mengapa ada pengemis di sini," seseorang mengejekku."Dia bukan pengemis," kata teman wanita tadi sambil ikut menatap penampilanku dari atas hingga bawah."Lalu?""Pemulung?"Seolah-olah, itu adalah puncak komedi mereka tertawa begitu keras bahkan sangat keras hingga mmebuat aku sedikit risih.Aku memilih mengabaikan mereka, duduk diam sambil melihat ke arah pelaminan. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku."Bagaimana kabarmu?" tanya pria itu. Mataku membulat saat melihatnya, aku tersenyum ramah sambil menunjuk dia dengan jari."Kau? Sedang apa kau di sini?" tanyaku bingung."Aku mendapatkan undangan dari acara penikahan ini," katanya."Undangan? Dari siapa? Kamu kenal kak Tania atau ibu?""Ah, ngomong-ngomong mengapa kau sendiri? Di mana suamimu?" tanya pria itu. Aku tahu bahwa dia sedang mencoba mengalihkan pembicaraan."Dia kurang sehat, makanya memilih istirahat saja," kataku dan pria itu mengangguk paham."Ah, ngomong-ngomong kita sering bertemu, akan tetapi aku lupa menanyakan namamu," kataku."Perkenalkan Hans," katanya.Laki-laki yang sedang berbincang denganku tidak lain dan tidak bukan adalah laki-laki yang sama yang selalu mengirimkan aku barang-barang dari atasan misteriusnya."Ohh, di mana istrimu?" tanyaku, dan pria itu menunjuk seorang wanita cantik yang sedang berbicara santai dengan beberapa wanita yang lain.Hans memberikan isyarat pada sang istri untuk mendekat.Tunggu! Aku kenal wanita itu."Tasya?""Shanti?"Aku memanggil namanya dan begitu pun dia yang juga memanggil namaku heboh."Kau? Sedang apa kau di sini?" tanya wanita itu, dia memelukku erat, seolah tidak merasa jijik dengan tubuhku, padahal dia sudah begitu cantik sekarang, akan tetapi ia masih mengingatku."Dia wanita yang sering aku ceritakan itu, Sayang!" jawab Hans membuat Tasya melepaskan pelukannya lalu menatapku tidak percaya."Kau beruntung sekali Tasya! Nasibmu sangat baik," kataku.Dia menggelengkan kepalanya."Oh my god, Shanti, aku selalu menebak-nebak siapa wanita beruntung yang sering suamiku ceritakan, ah ternyata itu kau?" Aku tidak mengerti dengan arah pembicaraan Tasya."Kau lebih beruntung dariku Shanti," katanya lagi, ia memijiti tangaku dengan lembut."Apa kau lelah hari ini? Tidak mengapa kau harus sabar," katanya lagi, aku menatap Hans, mencoba mencari jawaban atas setiap perkataan Tasya, akan tetapi Hans terlihat tidak ingin menjelaskan apa pun."Hai itu Hans!" tiba-tiba seorang wanita berkata dengan sedikit berteriak.Aku melirik dan kudapati ternyata itu adalah teman Kak Tania yang katanya berkerja pada boss misterius."Memangnya dia siapa?" tanya kak Tania, padahal banyak tamu di hadapannya yang hendak bersalaman namun diabaikan."Apa kau ingat Tania? Tentang boss tempatku berkerja? Boss misterius?" tanya wanita itu."Ya, memangnya kenapa?" tanya Kak Tania bingung."Hans itu adalah asisten pribadi boss tempatku bekerja, hanya dia yang kenal dan tahu wajah asli boss di perusahaanku."Aku terdiam cukup lama mendengarkan jawaban teman Kak Tania? Perlahan aku semakin menemukan titik terang.Siapa Hans sebenarnya? Dan mengapa boss itu sering sekali mengirim sesuatu untukku?Bersambung ...SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA"Dasar beban, kau hanya menyusahkan kami, baik kau mat* saja." "Iya tuh, kerjaanya cuma makan, tidur, berak! Apa kamu ga capek Shanti? Kalau aku jadi Kamu udah cari laki lain.""Mana bisa dia cari laki-laki lain, toh udah cinta mati, ha ha ha.""Ah, emangnya kalau cari lain pun, ada yang mau sama si Shanti yang buruk rupa? Liat noh wajahnya! Busuk, ha ha ha!" Aku hanya mampu diam sambil menggigit bibir bawah menahan diri untuk tidak menangis tatkala mendengar ejekan ibu mertua dan iparku yang saling sahut-sahutan.Sedangkan Mas Zain, hanya mampu duduk diam tidak berkutik di atas kursi rodanya. Bisa kulihat tatapan iba yang terpancar dari mata pria tampan itu. Aku tersenyum pelan, berusaha menyakinkan dirinya bahwa aku baik-baik saja, aku tidak ingin dia sedih melihatku."Pakek senyum-senyum segala, mending kamu ke dapur, nyuci semua bajuku, ingat, ya! Nggak boleh pakek mesin, terus setelah itu masak, setelah masak nyuci mobil aku sampa
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (2)"Cepat mati, agar tidak ada lagi beban. Setelah kau mati aku akan mudah mengusir istrimu yang jelek itu."Berulang kali aku beristigfar sambil menggelengkan kepala pelan, menurutku mereka sudah keterlaluan, namun apa boleh buat, aku bagaikan butiran debu yang kehadiranku saja sering tidak dianggap.Dua tahun yang lalu aku menikah dengan Mas Zain karena kesalah pahaman yang terjadi di antara kami, ah, aku tidak ingin mengingatnya.Saat itu, aku hanya mampu pasrah, dinikahkan dengan pria yang memiliki wajah lumayan tampan namun lumpuh. Dari awal menikah hingga sekarang, tidak ada yang berubah, aku tersiksa di sini, namun aku tidak bisa melakukan apa pun, di satu sisi aku ingin pergi meninggalkan Mas Zain, namun di sisi lain aku sudah mulai menerima dan mencintainya.Aku sering mengeluh, namun aku sadar, inilah hidup, kau tidak akan pernah dihargai selama kau tidak cantik dan kaya. Aku benar-benar merasakan ketidak adilan itu.Bisakan s
SUAMIKU TERNYATA PURA-PURA LUMPUH (3)"Siapa yang ngasih makanan ini?" Kak Tania menarik paksa beberapa menu yang sedang kusantap di atas meja tanpa berpikir panjang membuat aku sedikit terkejut.Ia melempar makanan-makanan mahal itu keluar rumah. Aku hanya diam, tidak mampu mengeruarkan sepatah kata pun, hanya menatap makanan tidak berdosa itu penuh iba."Siapa yang memberimu semua ini? Hah?" Wanita itu membentakku dengan nada suara yang naik satu oktaf."Aku juga tidak tahu? Tadi ada orang yang ngirim," jawabku seadanya. "Halah, bilang aja kamu nyuri uangku kan?" Mataku sontak membulat, apa Maksudnya? Aku memang miskin, tapi otakku tidak semiskin itu, aku masih punya harga diri dan aku juga tau yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana yang tidak!"Aku berani bersumpah, aku tidak tahu makanan ini dari siapa dan kenapa?" Berusaha dengan keras untuk membela diri namun Kak Tania seakan tidak percaya."Ingat, ya, apa pun kiriman ke rumah ini, jangan ambil seenaknya, itu semua milik
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (4)"Sampai kapan kamu menyembunyikan rahasia ini Zain?"Pesan itu dikirim oleh seseorang yang aku pun tidak tahu siapa itu, pasalnya tidak ada nama yang tertera di sana."Mas, ini ponsel milik siapa?" Aku bertanya sambil melayangkan tatapan instens.Pria itu tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan mataku dengan menatapku sedikit bingung."Mas, jawab!" tegasku. Aku tau suamiku mulai merasa risih."Aku tidak tahu," jawabnya pelan namun penuh penekaan seolah-olah tidak ingin aku bertanya lagi.Sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, akan tetapi aku memilih diam saja. Mas Zain bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan aku sangat jarang mendengar suaranya. Ia juga merupakan pribadi yang sedikit dingin dan misterius.Kuletakkan kembali ponsel itu di bawah tempat tidur, sebenarnya ini milik siapa? Mengapa seseorang pemilik pesan itu menyebut nama suamiku padahal jelas suamiku lumpuh. Jangankan untuk me
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk! Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (11)"Saya bahkan tidak pernah lumpuh.""Lalu selama ini?" Mas Zain mendekat, ia berdiri di depanku membuat aku harus mendinggakkan wajah ini sedikit agar bisa melihat pahatan wajah tampan itu."Terimakasih." Satu kata yang keluar dari mulutnya membuat air mata yang sejak tadi kutahan keluar jaga. Dia memelukku dengan sebelah tangan kekarnya mencoba mengelus rambut ini dan mengecupnya beberapa kali.Sungguh! Aku sedang tidak bermimpi, bagaikan rumahku yang hancur utuh kembali. Aku merasa bahwa perjuanganku selama ini tidak sia-sia.Tangisanku semakin pecah, bahkan aku mulai sesegukan, bayangkan saja, sudah lama aku tahan semua air mata ini akhirnya berhasil kutumpahkan di dada bidang seseorang yang membuatku bertahan sampai sekarang."Apa kau begitu menderita selama ini?" tanya pria itu. Aku hanya diam tidak merespon, masih nyaman berlama-lama berada di dalam peluknya."Bahkan kau tidak bisa menghentikan tangismu." Mendengar hal itu tang
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (10)"Apa ibu ingin aku putar sekarang, di sini terdapat pengakuan ibu mengenai rencana jahat dan perlakuan-perlakuan kejam ibu."***"Shanti, kenapa kau diam saja ayo jawab," kak Dewi mengoyangkan tubuhku membuat aku tersadar dari lamunan, tenyata sejak tadi aku hanya melamun. Lagi pula aku tidak akan berani mengatakan semua itu, aku takut di usir dari rumah ini, nanti aku mau tinggal di mana, di tambah lagi Mas Zain yang sangat membutuhkan aku."Kenapa? Kak?" tanyaku bingung, jujur aku tidak mendengar ucapannya tadi."Apa pipimu sakit akibat tamparan tadi?" tanya wanita itu, dan aku hanya menggelengkan kepalaku pelan."Kau tidak perlu takut, aku bisa melaporkan dia juga, ah sepertinya menyenangkan jika Tania juga ikut masuk penjara!" jelas Kak Dewi."Dewi! Berani sekali kau!""Tidak mengapa kak, aku baik-baik saja," aku mencoba meyakinkan membuat Kak Dewi tersenyum sinis."Dasar wanita bodoh," katanya sambil memukul kepalaku pelan."Ah
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (9) "Itu untuk siapa Buk," tanyaku saat ibu membuka pintu kamar dengan samangkuk bubur berada di tangannya."Ini untuk Zain!" jawabnya lalu menyerahkan nampan itu di tanganku."Tolong dihabiskan," katanya lalu pergi.Aku menatap Mas Zain cukup lama sedangkan dia hanya diam saja."Kenapa?" "Ibu ingin membunuhmu, Mas!" "Apa maksudmu?"Aku menghela napas pelan kemudian berjalan ke arah pintu dan menutup rapat-rapat.Setelah itu aku kembali mendekati Mas Zain dan menunjukkan sebuah rekaman."Mungkin kau akan lebih percaya ini dari pada ucapanku," kataku yang mulai memutar rekaman itu perlahan.Rekaman itu hanya berdurasi 10Menit, itu sebabnya aku tidak perlu susah payah untuk menunggu dan menjelaskan langsung pada Mas Zain. Ini sudah cukup menjawab.Ketika pelahan demi perlahan rahasia terdengar di balik rekaman itu, Aku bisa melihat perubahan wajahnya yang sedikit lebih tegang. Rahangnya mulai mengeras dengan mulut terkatup rapat-rapat.
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (8)"Kau bisa racuni makanannya, buat seolah-olah Si buruk rupa yang melakukan itu, bukankah selama ini dia yang memberi makan Zain? Jadi kurasa wanita buruk rupa itu cocok dijadikan kambing hitam."Tubuhku bergetar sangat hebat saat mendengar pembicaraan dua orang di dalam sana. Mengapa mudah sekali kata-kata itu keluar dari mulutnya, seolah menghabisi nyawa seseorang itu bukanlah perkara besar."Kau benar, mengapa selama ini aku tidak kepikiran, ya?" Ibu malah bertanya sedemikian rupa bukannya membantah.Oh, tuhan, ternyata selama ini aku hidup bersama dengan manusia yang kejam. Tidak salah ibu membenci Mas Zain, akan tetapi menjadi salah ketika ibu berniat membunuhnya.Padahal, pria itu tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi padanya selama ini, dia pikir ibu adalah ibu kandungnya. Bagaimana caranya aku menceritakan semua ini pada Mas Zain?Aku menjauh dari depan pintu kamar ibu, dari jauh aku melihat Clara. Ternyata wanita itu s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (7)"Apa benar kau lumpuh, Mas?"Entah mengapa, satu pertanyaan itu refleks keluar dari mulutku, ah, jujur aku tidak bermaksud untuk membuatnya tersinggung.Pria itu cukup lama diam sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, melihat hal tersebut aku sudah tidak enak sendiri. Akhirnya kualihkan suasana yang sedikit canggung dengan suara dehamanku."Maaf, Mas! Aku tidak bermaks ...""Shanti!" Panggilnya lembut di tengah-tengah aku yang sedang berbicara, alhasil ucapanku terputus. Di tatapnya lekat mataku sembil menarik napas panjang."Maafkan Saya!" Dua kata yang keluar dari mulutnya membuat aku sontak langsung menggelengkan kepalaku pelan. Aku tahu bahwa dia merasa tidak enak, aku tau dia tersinggung dikarenakan pertanyaanku tadi."Mas, kamu tidak salah," jawabku."Bukan itu.""Lalu?" Aku bertanya sambil menatapnya bingung."Sebenarnya saya ingin jujur padamu bahwa sebenaranya saya ....""Heh! Enak saja santai-santai di sini," suara s
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (6)"Apa Mas Zain?" tanyaku pada diri sendiri sambil menatap suamiku intens.Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa semakin hari, semakin banyak kejadian aneh yang terjadi di rumah ini.Seolah-olah mengarti dengan tatapanku, akhirnya Mas Zain mengeluarkan suara."Bukan aku!" katanya. Mendengar jawaban Mas Zain, akhirnya aku memilih percaya saja walau sedikit ragu.Apa salah jika aku curiga? Di mulai dari kiriman makanan mewah yang entah dari siapa, ponsel yang aku temui kemarin dan sekarang benda itu telah lenyap entah kemana, dan kiriman barang-barang mewah serta kejadian sekarang. Kurasa polisi tidak akan tahu kejadian kemarin jika tidak ada orang yang melaporkan."Pak! Aku bisa jelaskan! Kemarin aku tidak sengaja," kata Clara mencoba membela dirinya.Sebenarnya aku tahu sengaja atau tidaknya dia, ya pasalnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan sedemikian rupa dari saudara-saudara ibu, jelas mereka sengaja, karena mereka tidak suka pad
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (5)"Siapa atasanmu itu?" tanyaku penasaran."Dia adalah ...."Pria itu diam cukup lama, ia terlihat salah tingkah."Maaf, saya tidak bisa katakan dia siapa! Saya takut di pecat, tolong pahami saya, saya mempunyai anak istri yang harus saya beri makan," kata pria itu. Aku mengangguk paham kemudian membiarkan dia untuk pergi.Namun sebelum benar-benar pergi, pria itu sempat berkata."Ini semua untuk anda, tolong di terima, anda seseorang yang beruntung," bisiknya tepat di samping telingaku.Pria itu bahkan tidak merasa jiiik dengan wajahku yang busuk ini.Setelah tubuh pria misterius hirap ditelan oleh jarak, tiba-tiba.Plakk! Aku terkejut bukan main, sebuah tamparan keras mengenai wajahku hingga membuat aku terjatuh.Banyak paper bag berisikan hadiah misterius dari atasan pria tadi jatuh begitu saja ke atas lantai, Kak Tania dan Tiara memunguti semua itu."Dari siapa kau mendapatkan ini?" tanya Ibu penuh amarah."Ternyata selama ini kau
SUAMIKU PURA-PURA LUMPUH UNTUK MEMBALAS IBUNYA (4)"Sampai kapan kamu menyembunyikan rahasia ini Zain?"Pesan itu dikirim oleh seseorang yang aku pun tidak tahu siapa itu, pasalnya tidak ada nama yang tertera di sana."Mas, ini ponsel milik siapa?" Aku bertanya sambil melayangkan tatapan instens.Pria itu tidak menjawab, ia hanya membalas tatapan mataku dengan menatapku sedikit bingung."Mas, jawab!" tegasku. Aku tau suamiku mulai merasa risih."Aku tidak tahu," jawabnya pelan namun penuh penekaan seolah-olah tidak ingin aku bertanya lagi.Sebenarnya masih begitu banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan padanya, akan tetapi aku memilih diam saja. Mas Zain bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan aku sangat jarang mendengar suaranya. Ia juga merupakan pribadi yang sedikit dingin dan misterius.Kuletakkan kembali ponsel itu di bawah tempat tidur, sebenarnya ini milik siapa? Mengapa seseorang pemilik pesan itu menyebut nama suamiku padahal jelas suamiku lumpuh. Jangankan untuk me
SUAMIKU TERNYATA PURA-PURA LUMPUH (3)"Siapa yang ngasih makanan ini?" Kak Tania menarik paksa beberapa menu yang sedang kusantap di atas meja tanpa berpikir panjang membuat aku sedikit terkejut.Ia melempar makanan-makanan mahal itu keluar rumah. Aku hanya diam, tidak mampu mengeruarkan sepatah kata pun, hanya menatap makanan tidak berdosa itu penuh iba."Siapa yang memberimu semua ini? Hah?" Wanita itu membentakku dengan nada suara yang naik satu oktaf."Aku juga tidak tahu? Tadi ada orang yang ngirim," jawabku seadanya. "Halah, bilang aja kamu nyuri uangku kan?" Mataku sontak membulat, apa Maksudnya? Aku memang miskin, tapi otakku tidak semiskin itu, aku masih punya harga diri dan aku juga tau yang mana yang boleh dilakukan dan yang mana yang tidak!"Aku berani bersumpah, aku tidak tahu makanan ini dari siapa dan kenapa?" Berusaha dengan keras untuk membela diri namun Kak Tania seakan tidak percaya."Ingat, ya, apa pun kiriman ke rumah ini, jangan ambil seenaknya, itu semua milik