Sesampainya di area pengunjung untuk menunggu orang-orang yang hendak mereka temui, Barbara menunggu dengan gelisah. Biasanya Ovan akan menolak bertemu jika tahu dirinya yang datang berkunjung. Untuk itu ia memakai nama Leo untuk membuat Ovan mau menemui. Rasa frustasi itu datang begitu saja saat duapuluh menit berlalu Ovan tak kunjung menemuinya.Setelah sekian lama, Ovan baru muncul dengan pakaian khas penjara. Pria itu langsung menemui Leo yang sudah menunggunya. Ovan tak menyadarai bahwa Barbara juga sedang menunggunya."Leo, apa aku nggak salah mengenali seseorang?" cibir Ovan saat menemui Leo sementara Leo hanya menanggapi dengan senyuman."Kurasa kamu benar. Tidak seharusnya aku berempati pada kriminal sepertimu. Tapi bagaimana lagi, kekasihku masih merindukan kamu," ujarnya."Kekasih kamu?" Ovan mendelik dengan pengakuan Leo."Aku bukan kekasih kamu, Leo. Aku masih istri sah Ovan, jadi tidak mungkin aku menjadi kekasihmu," Barbara segera datang menyangkal ucapan Leo."Dia cuma
"Kamu sedang mempermainkan seseorang, Barbara?" Ovan terlihat memicingkan matanya menatap tajam wanita cantik yang mencurigakan itu. Apa rencana Barbara sebenarnya? Terkadang ia merasa Barbara selalu melebihi ekspetasinya. Apapun selalu bisa Barbara lalui, bahkan meskipun ia pergi menjauh dari wanita ini sampai ke eropa atau kemanapun, dan kini bahkan saat dirinya berada di penjara, wanita ini selalu tak kurang akal."Aku tidak mempermainkan seseorang, Ovan. Kamulah yang mempermainkan hatiku selama ini. Andai saja kamu menyerah dengan cintaku, mungkin saja aku tak akan segila ini."Ovan mengatupkan mulutnya rapat menahan gejolak jiwanya saat ini. Cinta memang indah diucapkan. Bahkan bersama Vanessa ia masih bisa mengucapkan cinta meskipun saat menatap Vanessa yang selalu menderita sebab penyakitnya hatinya justru terluka saat mengatakan kata-kata cinta itu.Kalaupun sebenarnya ia sangat mencintai Barbara, ia tak sampai hati untuk mengatakannya karena hubungan itu tak ubahnya seperti
"Tempat apa ini? Untuk apa kita datang ke tempat ini?" tanya Ovan sembari mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan rumah minimalis yang baru saja mereka masuki itu."Ini rumah kita, ehmm, maksudku, ini adalah tempat untuk kita bisa bertemu dengan leluasa. Meskipun tidak terlalu bagus, aku merasa kamu pastilah sangat menyukainya."Ovan menatap Barbara sejenak. Sekali lagi ia terbelenggu dalam perasaan tak ingin menolak apapun itu dari Barbara."Ini terlalu bagus jika dibandingkan dengan penjara yang aku tempati. Akan tetapi, sebenarnya ini sangat tidak perlu, Barbara.""Kenapa? Apakah kau sungguh tak pernah merindukanku sedikitpun?" lirihnya kecewa. Barbara menatap jauh keluar jendela di hadapannya. "Kau mencintai Vanessa adikku, dan kau tidak pernah berpaling dari mencintainya meskipun aku telah berusaha sebisaku. Apa tidak mungkin bagiku menjadi bayangan Vanessa sekalipun, aku sungguh rela melakukannya, Ovan."Barbara terus menatap jauh, hatinnya terluka saat mengatakannya.
Anton Bagaskara bisa memaklumi kemarahan Leo yang dipermainkan Barbara. Ia juga tak mengerti kenapa putrinya bertingkah konyol seperti itu."Maafkan aku. Aku tak mengerti apa sebab Barbara melakukan semua ini. Apakah dia sedang melakkukan balas dendam kepadamu, akan tetapi aku tau kalau ini sangat keterlaluan. Aku akan memberinya peringatan. Sayangnya masih bituh waktu untuk mengeluarkan kamu dari tempat ini."Leo sangat kesal. Permainan konyol Barbara ini pastilah akan menimbulkan masalah besar karena status Ovan sekarang pasti akan membuatnya diburu polisi di luaran sana."Sial! Bagaimana kalau mereka tidak kembali? Aku aknmenuntut kalian secara hukum karena bermain-main dengan nama baik orang lain.""Tenanglah, aku pasti akan menemukan mereka berdua segera."Anton Bagaskara segera menemui pegawai untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dan menimbulkan kekacauan ini."Ini sangat berbahaya. Bagaimana bisa kalian membiarkan buron bersama putriku? Bagaimana kalau laki-laki itu me
"Oh my god. Barbara, aku harus mencari nafkah demi istriku tercinta tidak kelaparan. Haruskah kita cuma berdiri saja di sini tanpa melakukan apapun? Dan lihat, banyak makanan enak yang harus kubeli untuk istriku itu," katanya lagi sambil mengusap puncak kepala Barbara."Ehemm, tapi nggak akan lama kan? Memangnya kamu akan bekerja sama siapa? Bagaimana caramu mendapatkan pekerjaan itu? Kamu tau aku sangat kuatir, Ovan. Ini sangat ramai dan tidak seperti yang aku kira."Ovan menggelengkan kepalanya. Sebenarnya mereka hanya sedang bertualang dan bermain-main. Akan tetapi sebenarnya ia juga sangat ingin mencoba pekerjaan pria yang sangat menguras keringat itu."Kamu takut aku bekerja atau kamu takut aku tidak mendapatkan apapun untukmu? ayolah, selama manusia berusaha, pastilah Tuhan memberikan bayarannya. Hemm?"Akhirnya Barbara mengangguk demi kesepakatan yang memang sudah mereka buat. Iapun membiarkan Ovan melangkah pergi meninggalkannya.Sementara itu, Ovan melangkah menyusuri toko-to
"Tapi...ini terlalu berat untukmu. Aku takut kalau otot tubuhmu akan cedera.""Jangan kuatir, itu tak akan terjadi padaku selama kamu ada di sini."Barbara tersenyum dan tidak lagi bisa mengatakan apapun untuk melarang Ovan, "Baiklah kalau begitu, aku akan mengawasimu dari sini."Setelah waktu berlalu dan matahari mulai mengeluarkan cahaya panasnya, Ovan telah selesai mengangkut lima karung bawang.Selembar uang berwarna biru itu membuatnya tersenyum sambil berjalan menuju tempat Barbara menunggunya."Apakah uang ini cukup, istriku?"Barbara menatap kaget dengan lembaran uang tersebut. "Apa cuma ini yang kamu terima, Ovan?" desisnya."Ssst, kenapa kamu tidak bersyukur? Ini adalah keringatku yang sangat mengagumkan.""Aaah, benar juga. Ini akan cukup untuk membeli minyak gosok, suamiku."Barbara tertawa lebar, mereka membeli beberapa jenis makanan yang terihat sangat enak lalu segera membawanya pulang ke rumah kontrakan itu.Saat berada di pintu rumah tersebut Barbara menghirup udara p
Benar, apa yang akan terjadi jika ternyata semua perbuatan Veina ada kaitannya dengan hubungan mereka di masa lalu? Bahwa Veina telah mengirim Ovan untuk mnrghancurkan putrinya sendiri ataukah ada sesuatu yang lain? Apakah mungkin itu akan dilakukan oleh seorang ibu? Atau sebenarnya memang hanya masalah dendam yang belum tuntas kepadanya? Atau sebuah penyesalan dan ia ingin kembali dengan caranya? Keraguan menggelayut di sudut hati Antron sehingga ia hanya berdiri dengan pikirannya yang semerawut. Ia tak menyadari bahwa istrinya Lena telah pergi meninggalkan dirinya seorang diri di ruangan itu. *** Ovan dan juga Barbara menikmati nasi bungkus yang baru saja mereka beli dari pasar. Dengan lahap Ovan mengunyah nasi dengan sambal ikan di hadapannya. Barbara melihat Ovan sambil tersenyum karena merasa Ovan seperti orang yang sudah lama tidak bertemu makanan. "Apa kamu nggak lapar? Atau makanannya nggak enak?" tanya Ovan sambil terus mengunyah makanan. "Bagaimana kamu akan terbiasa
"Tidak! Kita tidak akan berpisah selamanya! Aku tidak akan pernah membiarkanmu menghadapi apapun seorang diri, tidak mungkin!" Barbara menolak keras permintaan Ovan untuk pergi keluar terlebih dahulu supaya tidak memancing kecurigaan dan tidak membuat Barbara sebagai tersangka yang membawa kabur penghuni penjara. Setidaknya akan meringankan masalah yan mereka hadapi. "Barbara, aku tidak akan pernah pergi darimu. Dan permintaanku ini bukanlah sesuatu yang berlebihan. Pergilah, mari kita bertemu lagi di waktu yang akan datang." Ovan menatap dengan memohon pada wanita itu. Sebab tadi Ovan sempat melihat sosok pria yang sangat dikenalinya berada di dekat mereka bersembunyi. Pria itu adalah Anton Bagaskara, ayah mertuannya. Ia berharap Barbara kembali sebelum ayahnya melihat mereka sedang bersama. Sangat mungkin Anton Bagaskara murka dan semakin membuatnya jauh dari Barbara. Barbara menatap ragu Ovan yan masih meringkuk di bawah gerobak sayur. Akan tetapi ia mulai berusaha untuk percay