Farida pun meminta Tasya untuk masuk ke dalam rumah agar tak mendengar percakapannya dengan Adam dan juga Feri.Tasya yang menurut pun langsung berlari ke dalam rumah dan disambut oleh Nani."Jadi tadi kamu sudah ke sini, Mas?" tanya Farida."Iya. Tadi aku ke sini karena aku ingin bertemu denganmu tapi kamu tidak ada dan ternyata kamu sedang bersama laki-laki ini," ucap Adam melirik ke arah Feri.Feri masih membungkam mulutnya dan tak mengatakan sepatah kata apapun untuk menjawab ucapan Adam padanya."Iya, Mas. Aku memang menemui mas Feri tadi. Ada hal yang harus aku katakan padanya," jawab Farida."Kamu ngapain sih, Farida. Masih aja mau deket sama laki-laki ini! Apa kamu nggak ingat bagaimana ibunya memperlakukan kamu kemarin malam." Adam mencoba mengingatkan Farida akan kejadian malam itu."I-itu hanya kesalahpahaman saja, Mas. Sekarang aku dan mas Feri sudah baik-baik saja kok," jelas Farida.Adam semakin tak terima mendengar perkataan dari Farida. Dalam hatinya merasa sangat tak
Setelah menyerahkan Tasya pada Farida, kini saatnya Adam pulang kembali ke rumah.Sepanjang perjalanan Adam terus menciumi tangannya yang terlah bersentuhan dengan Farida.Dengan perlahan, Adam menekan kenop pintu dan mendorong pintu untuk masuk ke dalam rumah.Betapa terkejutnya ia karena melihat Nadia yang tengah duduk di atas sofa sembari memainkan ujung jarinya."Duh, Mama udah pulang, lagi. Aku harus jawab apa ya kalau sampai dia bertanya tentang Tasya," batin Adam bingung.Adam pun memberanikan dirinya untuk melangkahkan kakinya masuk dan mendekati Nadia yang masih bungkam tak bersuara."M-mama sudah pulang?" tanya Adam basa basi."Mana Tasya?" tanya Nadia tanpa ekspresi."Oh emmm T-tasya ....""Kamu memberikan Tasya pada wanita itu?" tanya Nadia lagi dengan nada suara datar."Duh gimana ini. Kayaknya Mama marah banget deh sama aku," batin Adam melirik ke arah Nadia yang masih menekuk wajahnya."Jawab aku, Adam!" Teriak Nadia tiba-tiba.Adam pun terkejut mendengar teriak Nadia y
"Ibu tolong Tasya," teriak Tasya sembari menangis terisak."Bu tolong tahan, Mas Adam! Jangan biarkan dia membawa pergi Tasya," ucap Farida pada Nani.Nani pun kang berdiri dan hendak merebut Tasya dari Adam tapi tubuhnya yang sudah tua sangat mudah disingkirkan oleh tangan kekar Adam.Brukkkkk.Tubuh Nani pun seketika ambruk di lantai tak tahu dari Farida. "Ibu!!!!!" teriak Farida keras saat kedua matanya melihat Nani ambruk ke lantai tepat di depan matanya."Kamu jahat, Mas! Bisa-bisanya kamu melakukan ini pada kami," ucap Farida berusaha menggapai tubuh Nani."Maafkan aku, Farida. Aku terpaksa melakukan ini semua. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Adam lalu pergi meninggalkan Farida dan Nani dengan membawa Tasya secara paksa."Tasya!!!!" Farida hanya bisa berteriak keras memanggil namanya saat Adam telah membawa Tasya pergi darinya.Suara tangisan Tasya bahkan masih terdengar jelas di telinganya tapi Farida tak bisa berbuat apapun untuk mengambil alih Tasya satu tangan Adam saat i
Keesokannya Nadia telah menyiapkan sarapan. Semua masakan yang telah ia masak tersedia di atas meja.Adam keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah sangat rapi dan langsung menghampiri Nadia."Wah, Mama masak enak, ya?" tanya Adam sembari menarik kursi miliknya."Iya, Mama masak enak pagi ini," jawab Nadia yang masih sibuk menata masakannya di atas meja."Oh iya Tasya belum keluar dari kamar, ya Ma? Biar aku panggil deh," ucap Adam menghampiri Tasya yang masih ada di dalam kamarnya."Tasya, Tasya sudah bangun? Yuk kita sarapan sama Oma," ajak Adam pada Tasya yang masih duduk di atas ranjang sembari bermain boneka.Tiba Tasya menggelengkan kepalanya pada Adam. "Nggak, Yah. Tasya nggak lapar. Tasya cuma mau makan masakan ibu Farida saja," jelas Tasya."Tapi Tasya, ibu Farida kan nggak ada di sini. Kalau Tasya nggak makan masakan Oma terus Tasya mau makan apa? Masa Tasya nggak mau makan," ucap Adam membujuk."Taysa tetap nggak mau makan, Yah." Tasya menutup mulutnya dengan telapak t
Adam termenung sembari menatap para pekerja yang tengah sibuk memetik teh.Pikiran Adam terus teringat akan perkataan Nadia padanya. Rasanya ingin sekali Adam tak ingin menikah dengan orang lain selain Farida."Nggak! Aku nggak bisa gini terus. Aku harus tahu keputusan Farida yang sejujurnya. Apa dia benar-benar tidak ingin kembali lagi denganku," ucap Adam.Tanpa ragu, ia pun langsung bangkit dan pergi meninggalkan perkebunan. Padahal Adam baru setengah jam duduk mengamati para pekerja di perkebunan.Adam kemudian berjalan meninggalkan pohon lindung tempatnya berteduh dari teriknya panas matahari. Adam langsung menuju ke rumah Farida.Tanpa ragu, Adam langsung mengetuk pintu rumah Farida dan keluarlah Farida untuk membukakan pintu."K-kamu! Mau apa lagi kamu ke sini," ucap Farida dengan nada ketus dan wajah yang ia palingkan dari tatapan mata Adam."Ada yang ingin aku katakan padamu, Farida," ucap Adam."Tidak perlu, Mas. Tidak ada lagi yang perlu kamu katakan padaku. Aku sudah cuku
Dengan tubuh yang masih basah kuyup karena hujan yang mengguyurnya. Nadia menarik tangan Adam hingga mendekati seorang gadis cantik yang terlihat masih sangat muda.Tatapan Adam seketika itu menyipit menatap gadis itu tanpa gairah sedikitpun meskipun ia terlihat sangat cantik dan manis.Tak lama, Adam memutarkan bola matanya malas dan membuang wajahnya dari tatapan gadis di depannya."Dam, kenalkan ini namanya Gladis. Dia anak teman Mama," ucap Nadia menjelaskan. Namun Adam meresponnya dengan datar dan tak bersemangat."Ya sudah Adam mau ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju," ucap adam yang seketika itu juga meninggalkan Nadia bersama dengan gadis itu.Adam melangkahkan kakinya dengan lemas dan langsung menuju ke dalam kamarnya."Anak itu benar-benar tidak sopan. Dia tidak tahu apa, siapa Gladis," batin Nadia menggerutu. Telapak tangannya menegrtaj kuat menahan rasa marah pada Adam saat itu."Emmmm Gladis, maaf ya. Sepertinya Adam sedang capek karena baru pulang kerja. Maafkan sikapnya y
"Kamu serius mau pergi dari rumah ini? Tapi kita mau tinggal dimana, Farida?" tanya Nani bingung."Aku juga nggak tahu, Bu. Tapi yang jelas aku ingin pergi dari sini. Aku nggak mau diganggu terus sama mas Adam. Dia pasti berbuat seenaknya seperti itu padaku karena merasa bahwa dia sudah banyak membantu kita. Jadi aku putuskan untuk berhenti menerima bantuan apapun dan lebih fokus ke diriku sendiri sekarang." Farida mengehentikan tangannya yang sedari tadi memasukkan baju-bajunya ke dalam tas.Tatapan Farida seketika sedikit sendu menatap Nani yang juga tengah menatap kepadanya."Ibu mau kan ikut denganku?" tanya Farida dengan lekuk bibir yang menurun.Dengan cepat Nani menganggukkan kepalanya. "Pasti, Farida! Ibu pasti ikut denganmu. Kemanapun kamu pergi, ibu akan selalu ikut denganmu," ucap Nani tegas.Tak lama Nani pun keluar meninggalkan kamar Farida dan mengemasi pakaiannya sendiri.Hari sudah semakin larut dan mereka masih sibuk mengemasi pakaian mereka hingga masuk semua ke dala
Gladis keluar dari kamar mandi sembari mengusap ujung bibirnya. Adam yang tengah menunggunya di depan pintu pun langsung menghampirinya."K-kamu nggak apa-apa, kan? Apa kamu sedang sakit? Mau ke rumah sakit?" tanya Adam menawarkan.Gladis dengan cepat menggelengkan kepalanya. " Emmm n-nggak, Mas, nggak perlu. Sepertinya aku lagi kurang enak badan saja makanya muntah-muntah. Nanti kalau sudah istirahat sebentar juga pasti enakan," jawab Gladis yang kemudian berjalan lagi ke arah sofa dan duduk di sana.Adam pun ikut berjalan di belakang Gladis. Raut wajah panik Adam masih terlihat sangat jelas saat menatap wajah Gladis yang tampak sedikit pucat."Kamu yakin nggak perlu ke rumah sakit?" tanya Adam memastikan."Nggak, Mas," jawab Gladis sembari menutup lagi sup tulang yang masih ada di dalam rantang.Adam yang melihat Gladis menutup sup tulang di depannya pun menjadi sedikit penasaran. "Kenapa ditutup, ya. Kan dia katanya lagi pengen banget dan dia juga baru nyicipin kuahnya aja tadi,"