Share

2. Gugat Aku, Mas

Ariana duduk diam di ruang makan, matanya menatap kosong ke arah teh di depannya. Teh yang diberikan oleh Rachel.

Namun, tidak ada yang bisa membuatnya merasa lebih baik saat ini. Sejak menyaksikan senyum Nicholas—senyum yang begitu bahagia—saat bersama Katrina di rumah sakit, sesuatu dalam dirinya hancur berkeping-keping. Dia berhenti menyiapkan makan malam untuk Nicholas, berhenti berusaha menjadi istri yang mengabdikan dirinya. Selama ini, dia hanya mencoba menutup mata terhadap kebenaran yang pahit. Nicholas tidak pernah mencintainya.

Suara langkah kaki mengganggu keheningan malam itu. Ariana yakin itu adalah Nicholas yang baru saja pulang, tangannya refleks mencengkeram kotak teh di depannya.

Lampu dapur menyala tiba-tiba. Benar saja, Nicholas berdiri di ambang pintu, keningnya sedikit berkerut melihat Ariana duduk di sana, di kursi meja makan.

“Apa yang kau lakukan di dalam kegelapan?” tanya Nicholas dengan nada suaranya sedikit heran.

Ariana tetap diam, tak menoleh ke arah Nicholas, dia berusaha memahami nada dalam suara suaminya. Jarang sekali Nicholas yang mulai menyapanya. Biasanya, dia hanya akan berlalu begitu saja, tenggelam dalam pikirannya sendiri, atau mungkin dalam bayangan wanita lain.

“Aku sedang berpikir,” jawab Ariana pelan, suaranya hampir tak terdengar. Kata-kata itu seperti mengalir dari mulutnya tanpa disadari. Ariana menunduk, menatap kotak teh di tangannya. “Aku ingin kau melakukan gugatan cerai di pengadilan.”

Dia tidak bisa menggugat cerai Nicholas karena kontrak dengan Rachel, tapi Nicholas bisa menceraikannya.

Nicholas terdiam, menatap Ariana dengan dingin. “Berapa banyak uang yang kau inginkan?”

Ariana mendesah, matanya masih terpaku pada kotak teh di tangannya. Dia tahu pertanyaan itu akan datang, karena itulah cara Nicholas melihatnya—seorang wanita yang selalu menginginkan uang.

“Aku tidak ingin uangmu,” jawabnya dengan tenang, meskipun hatinya berdegup kencang. “Aku hanya ingin cerai.”

"Cerai?" Nicholas tertawa kecil, nadanya penuh dengan cemoohan. “Benar, kau memintaku untuk menceraikanmu agar, dan merencanakan kompensasi yang besar dari perceraian ini.”

"Aku janji tidak akan menuntut apapun." Ariana mengangkat wajahnya, dan menoleh untuk menatap Nicholas dengan mata yang penuh dengan kelelahan. “Aku sudah muak menjadi istrimu, Nick. Muak dengan diriku yang selalu tersenyum berpura-pura bahagia, berdiri disampingmu. Jika kau begitu mencintai Katrina, menikah saja dengannya.”

Nicholas mempertajam penglihatannya, memindai wajah Ariana yang tengah berbicara. Tiba-tiba wajahnya berubah marah. "Jangan menyebut namanya dengan mulut kotormu."

Ariana terdiam, terkejut melihat Nicholas yang biasanya hanya bersikap dingin, kini tiba-tiba menjadi marah. Kenapa dia marah?

Tapi, kali ini Ariana tidak akan mundur. Dia telah hidup terlalu lama menjadi istri yang diabaikan, diperlakukan sebagai istri pajangan. Sekarang, dia ingin keluar dari semua itu.

“Kau tidak punya hak untuk marah padaku!” seru Ariana, suaranya bergetar namun tegas.

Nicholas mendekat, kali ini lebih cepat, dan sebelum Ariana sempat bereaksi, dia sudah menariknya berdiri. “Sekarang kau sudah berani berteriak padaku?” Dia menyeretnya menuju kamar mandi, matanya menyala dengan kemarahan yang Ariana belum pernah lihat sebelumnya.

Dia menjatuhkan Ariana ke lantai kamar mandi, dan merasakan sakit pada kedua lututnya yang membentur lantai kamar mandi.

Cengkraman tangan Nicholas masih kuat di dagu wanita itu. “Wanita sepertimu, ternyata memiliki nyali besar, huh?” desisnya. Dia meraih sikat gigi dan memaksa Ariana untuk membuka mulutnya. “Kau mau bicara? Aku akan memastikan kau tidak bisa bicara lagi!”

Dengan paksa, Nicholas menyikat gigi Ariana.

Ariana meronta, air mata mulai mengalir di pipinya. “Nick, hentikan!” suaranya parau, penuh dengan rasa sakit dan ketakutan. Tapi Nicholas tidak mendengarkan. Tangannya terus bergerak kasar, hingga akhirnya Ariana mengumpulkan seluruh tenaganya untuk melepaskan dirinya dari Nicholas.

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Nicholas. Entah keberanian apa yang merasuki Ariana. Dia terkejut.

Sementara, Nicholas terdiam. Tangan yang tadi mencengkeram Ariana kini terkulai di sisinya. Matanya terbelalak, seperti tidak percaya apa yang baru saja terjadi.

“Jika kau begitu mencintai wanita itu, seharusnya kau tidak menikahiku,” katanya, suaranya bergetar namun tegas. Dia langsung berlari meninggalkan Nicholas. Takut kalau suaminya itu akan membalasnya dengan lebih gila lagi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
gelar master mu g berguna njing. terlalu banyak drama kau. kau g ubah seperti sampah bagi suamimu. apa hubungannya menyeretmu ke kamar mandi dan memperlakukanmu seperti anak nakal yg bersalah. benar2 g ngotak banget
goodnovel comment avatar
Vya Kim
udah lah kabur aja, amit2 hidup Ama lakik gitu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status