Share

3. Di Luar Nalar

Sejak malam Nicholas melakukan kekerasan kepadanya, Ariana memutuskan untuk pergi pagi-pagi buta agar tidak bertemu suaminya. Dia bangun lebih awal dan mengurung diri di kamar, sebelum Nicholas pulang, berharap bisa menghindarinya. Sudah tiga hari Ariana tidak bertemu dengan Nicholas.

Bayangan kejadian malam itu terus menghantuinya hingga membuat penyakit asam lambungnya kambuh. Dia memutuskan untuk menemui dokter di rumah sakit. Setelah bertemu dokter, Ariana berjalan menuju loket farmasi di lantai satu untuk mengambil obat. Rasa cemas membebani pikirannya, membuatnya penasaran apakah Nicholas sudah mengajukan gugatan cerai atau belum. Di tengah perjalanan, dia menghubungi August, pengacara Nicholas, untuk mencari jawabannya.

"Pak August, ini Ariana. Apakah Nicholas sudah mengajukan gugatan cerai?" tanya Ariana dengan hati-hati setelah August menjawab panggilan teleponnya

Di ujung telepon, August menjawab dengan tenang, "Aku tidak menerima instruksi apapun mengenai perceraian."

Ariana terdengar kecewa. "Baiklah, terima kasih, Pak August."

August merasakan kekecewaan Ariana. "Nona Ariana, jika ada yang bisa kubantu, beritahu aku."

Ariana berpikir sejenak sebelum berkata, "Pak August, bisakah Bapak membuatkan surat pernyataan bahwa aku tidak akan menuntut apapun jika Nicholas menggugat cerai?"

August sedikit terkejut, tetapi segera menjawab, "Tentu saja. Aku bisa membuat surat itu."

"Terima kasih." Ariana menutup telepon. Dia yakin Nicholas akan setuju untuk mengajukan cerai jika dia menandatangani surat itu. Dia pun melanjutkan perjalanannya ke lantai satu rumah sakit.

Namun, tiba-tiba Ariana berpapasan dengan Katrina di depan lift. Katrina duduk di kursi roda, ditemani seorang wanita. Itu pertama kalinya mereka berhadapan sejak Ariana menikah dengan Nicholas. Berbeda dengan Ariana yang merasa tidak nyaman, Katrina tersenyum lembut. "Ariana? Apa kabar?" sapanya dengan ramah.

Keramahan itu membuat Ariana sedikit terkejut. "Aku baik-baik saja."

Sementara, senyum semakin lebar di wajah Katrina melihat Ariana yang jelas terlihat tidak nyaman bertemu dengannya. "Mengapa kau ada di sini?"

Ariana mencoba tersenyum, dan berbohong, "Membesuk seorang teman."

“Semoga temanmu cepat sembuh,” balas Katrina.

Ariana mengangguk. "Terima kasih," jawabnya singkat.

Mereka sudah saling mengenal sejak SMA. Nicholas, Katrina, dan Ariana adalah alumni dari sekolah yang sama. Katrina selalu merendahkan Ariana karena bisa bersekolah di SMA elit khusus kaum borjuis. Ariana, sebagai putri seorang buruh, bersekolah di sana berkat sponsor dari perusahaan milik keluarga Nicholas yang memberikan beasiswa untuk anak karyawan berprestasi.

“Apakah aku bisa meminta waktumu sebentar?” Katrina tiba-tiba bertanya serius, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka di hadapan mereka.

Ariana memperhatikan beberapa orang keluar dari lift. Dia ingin segera menjauhi Katrina, tetapi tidak bisa menolak permintaan wanita itu.

Mereka akhirnya duduk di salah satu meja kantin rumah sakit. Untuk beberapa saat, tidak ada yang berbicara. Ariana memperhatikan Katrina yang meneguk teh dengan anggun. Di sini, Katrina adalah selingkuhan suaminya, tetapi mengapa Ariana merasa dirinya yang seperti pelakor?

Emosi dan rasa bersalah bercampur aduk di dalam diri Ariana, membuat dadanya sesak. Dulu dia adalah orang ketiga yang disisipkan Rachel ke dalam hubungan Nicholas dan Katrina, sekarang dia adalah istri sah Nicholas.

Ariana menarik napas dalam dan menatap Katrina dengan tegas. "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanyanya tenang.

Katrina menatapnya lembut, membuat Ariana semakin bingung. "Aku dengar kau ingin bercerai dengan Nico."

Pernyataan Katrina membuat Ariana heran. Bagaimana Katrina bisa tahu? Dia mencurigai Nicholas telah memberitahunya. Dua tahun ini, dia hidup seperti di gurun pasir bersama Nicholas, kosong dan tidak berwarna. Mengetahui bahwa Nicholas telah berbagi cerita pribadi mereka dengan Katrina membuatnya merasa semakin terasing.

"Apakah itu karena aku?" Katrina bertanya dengan percaya diri, nada suaranya lembut namun penuh cemoohan.

Ariana tersenyum untuk menutupi kemarahannya. "Benar, aku ingin bercerai. Tetapi suamiku tidak ingin berpisah. Tidak bisakah kau membantuku membujuknya?"

Katrina mengangguk, menatap Ariana dengan empati. "Aku tidak bisa membantumu karena aku tidak ingin kalian berpisah. Percayalah, aku selalu ingin bersahabat denganmu, Ariana."

Apakah waktu bisa mengubah seseorang? Ariana ragu. Dia hampir terhipnotis oleh suara manis Katrina, tanpa kilatan masa lalu Katrina yang pernah merundungnya di SMA terlintas di benaknya. Ariana tidak mengerti apa yang membuat Nicholas, yang dulu terkenal dingin, jatuh cinta pada Katrina. Apakah benar Katrina telah berubah menjadi wanita berhati lembut setelah lulus SMA?

Apakah kebakaran yang terjadi 10 tahun lalu saat acara kelulusan SMA mereka, telah mengubah Katrina dan Nicholas? Ariana meremas lengannya ngilu mengingat kejadian yang mengerikan itu.

Ariana melirik jam tangannya, dia sengaja ingin memperlihakan pada Katrina bahwa dia tengah diburu oleh waktu. “Senang bertemu denganmu di sini Katrina. Tetapi aku harus pergi karena ada janji dengan seseorang,” ucap Ariana sembari berdiri, mengabaikan pernyataan manis Katrina tentang persahabatan.

Melihat Ariana yang hendak pergi, Katrina lekas menjalankan kursi rodanya. “Oh, apakah aku menyita banyak waktumu? Maafkan aku,” ucapnya bernada tulus.

“Tidak apa-apa, bye Katrina.”

“Tunggu, Ariana. Sepertinya ponselku tidak ada padaku. Bisakah kau mengantarku ke pakiran? Sepupuku menungguku di sana,” pinta Katrina dengan wajah manisnya yang memelas. “Kursi rodaku kehabisan baterai,” imbuhnya.

Ariana mengamati Katrina sejenak. Apakah dia orang yang kejam karena meninggalkan orang yang memiliki keterbatasan seperti Katrina?

"Baiklah," kata Ariana sambil mendekati Katrina dan mulai mendorong kursi rodanya.

Mereka tiba di parkiran yang ditunjukkan oleh Katrina. Saat hendak menyebrang, Katrina menghentikan tangan Ariana. "Terima kasih, sampai di sini saja. Aku bisa sendiri. Mobilku ada di sana," kata Katrina sembari menunjuk mobil hitam yang terparkir di seberang mereka.

"Apakah kau yakin?" tanya Ariana sambil melihat sekeliling area parkiran yang luas dan sepi. Setelah yakin Katrina akan baik-baik saja, dia berbalik menuju gedung rumah sakit. Dia belum mengambil obatnya.

Tiba-tiba, Ariana mendengar deru mesin mobil yang tidak lazim dari kejauhan. Mobil itu tampak menuju ke arah Katrina. Sontak, jiwa kemanusiaan Ariana terpanggil untuk menolong Katrina.

Namun, di luar nalar, di detik-detik terakhir, mobil tersebut malah menargetkan Ariana untuk ditabrak.

"Akh!!"

BRAK!!!

Kecelakaan itu pun tidak bisa dihindari oleh Ariana. Sementara itu, Katrina tersenyum sesaat sebelum menjatuhkan dirinya bersama kursi rodanya ke aspal.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
sempurna betul tololnya master ariana
goodnovel comment avatar
Vya Kim
duh licik si katrina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status